Hipertensi Antarkan FK UII Juara 1 Nasional di UNJANI

,

[:id]

CIMAHI (fk.uii.ac.id) – Zavia Putri Salsabila, Dunia Ahmada Nur Alif, dan Zulfania Rahmah, mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) yang menjadi delegasi pada event kompetisi ilmiah Jenderal Achmad Yani Science Competition (JAYSCO) FK Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI), berhasil meraih prestasi membanggakan dengan menyabet gelar Juara 1 Nasional Poster Publik pada babak final yang berlangsung pada tanggal 26-28 Februari 2021 secara daring, dengan host di kampus FK UNJANI, Kota Cimahi, Jawa Barat.

JAYSCO edisi kali ini mengangkat tema besar, yaitu: “Stepping Up The Pace on Handling Non Communicable Disease“. Delegasi FK UII yang maju pada final round cabang poster publik harus bersaing ketat dengan berbagai finalis yang berasal dari universitas dengan nama besar di bidang ilmiah, seperti: Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Sriwijaya, Universitas Udayana, dan sebagainya.

Karya yang ditampilkan oleh delegasi FK UII berjudul: “Waspada Hipertensi! Cegah dengan SABAR”. Kata “SABAR” di sini merupakan akronim dari langkah-langkah pencegahan hipertensi. Karya tersebut dilatarbelakangi oleh kenyataan masih tingginya kasus hipertensi di Indonesia.

Melalui poster publik ini kami ingin memberikan pengetahuan lebih kepada masyarakat mengenai berbahayanya hipertensi dan cara pencegahannya yang benar,” ujar Dunia Ahmada Nur Alif, salah satu anggota delegasi FK UII.

Selain itu hipertensi merupakan silent killer yang menyerang perlahan namun bisa mematikan ketika dia tidak dicegah atau ditangani dengan baik, sehingga edukasi mengenai prevensi hipertensi perlu ditingkatkan. Dengan poster yang kami buat ini, semoga masyarakat menjadi lebih waspada akan hipertensi,” tambah Dunia. (dsh)

Hipertensi: Masalah Klasik yang Masih Mengusik

HIPERTENSI merupakan salah satu masalah kesehatan yang sejak lama banyak ditemukan pada populasi global. World Health Organization (WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari 20% yang mau melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Padahal pengendalian tekanan darah agar tetap terkontrol pada angka yang normal merupakan kunci utama pencegahan berbagai komplikasi tekanan darah tinggi pada penderitanya, seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit saraf, dan sebagainya.

Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi di dunia, yaitu sebesar 27%. Yang perlu diwaspadai, Asia Tenggara ternyata menempati posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduknya. WHO memperkirakan 1 diantara 5 orang perempuan di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah tersebut lebih besar dari kelompok laki-laki, yaitu 1 diantara 4 orang.

Hasil Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas (salah satu riset berskala nasional berbasis komunitas yang telah dilaksanakan secara berkala oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia) tahun 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada penduduk usia > 18 tahun secara nasional mencapai angka 34,11%. Sebuah angka yang fantastis mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Terdapat berbagai acuan dalam menentukan seseorang mengidap hipertensi atau tidak. Pedoman yang masih banyak digunakan di Indonesia adalah berdasarkan Joint National Committee (JNC) 7, dimana dikatakan hipertensi bila hasil pengukuran tekanan darah seseorang mencapai minimal systole 140 mmHg atau diastole 90 mmHg.

Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya terjadinya hipertensi pada seseorang, antara lain: riwayat keluarga dengan hipertensi, usia tua (terutama di atas 65 tahun), kegemukan, konsumsi garam yang berlebihan, konsumsi kopi atau minuman lain dengan kafein yang berlebihan, merokok, kecanduan alkohol, hingga kecemasan.

Banyak penelitian yang telah menjelaskan hubungan dari faktor-faktor di atas dengan kejadian hipertensi, seperti kekakuan pada dinding pembuluh darah pada lansia yang menyebabkan peningkatan tahanan perifer sehingga meningkatkan tekanan darah, natrium pada garam yang bersifat meningkatkan kontraksi jantung, rokok dan alkohol yang dapat mengaktivasi katekolamin alfa sehingga mencetuskan penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi), dan sebagainya.

Hipertensi dapat menyebabkan menurunnya perfusi pada sel organ target, sehingga mengurangi pula pasokan oksigen. Dampaknya, pasien dapat mengalami berbagai gejala yang bervariasi, antara lain: sakit kepala, nyeri otot, pandangan kabur, berdebar-debar, nyeri dada, sesak, kesemutan, dan lain-lain.

Selain itu hipertensi juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang berbahaya, seperti gagal jantung, sindrom koroner akut, stroke, dan berbagai penyakit berbahaya lainnya.

Pengobatan hipertensi tidak akan efektif tanpa diikuti dengan modifikasi gaya hidup. Berbagai pola hidup sehat harus mulai diterapkan oleh pasien hipertensi sejak dini, seperti mulai berusaha untuk berhenti merokok, menghindari alkohol, mengurangi konsumsi minuman berkafein, mengurangi konsumsi garam (anjuran asupan natrium pada pasien hipertensi adalah ≤ 1,5 gram/hari atau setara dengan 3,5-4 gram garam dapur per hari), pikiran yang tenang (antara lain dengan mengedepankan 4B: bersyukur, berfikir positif, berserah diri, dan berbesar hati/mudah memaafkan), serta menurunkan berat badan agar kembali normal.

Mencegah Hipertensi Sejak Dini

HAL yang samapun juga berlaku pada orang normal yang belum terkena hipertensi. Gaya hidup sehat, kebiasaan beolahraga, dan manajemen stresor perlu dibiasakan dan dipraktekkan sejak dini sebagai bentuk pencegahan dan menjaga agar tekanan darah tetap stabil.

Pada orang normal, banyaknya anjuran natrium pun tetap harus dibatasi, yaitu sebanyak < 2 gram/hari atau setara dengan 5 gram (sekitar 1 sendok teh kecil) garam dapur. Sementara olahraga yang baik untuk menjaga tekanan darah agar tetap normal adalah latihan jasmani yang dilakukan secara teratur sebanyak 3-5x/minggu dengan durasi sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit/minggu dan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Adapun jenis olahraga yang dapat dipilih berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang, seperti: jalan cepat, jogging, bersepeda santai (gowes), ataupun berenang.

Tingginya angka pengidap hipertensi di Indonesia tidak terlepas dari pola hidup sebagaian besar masyarakat kita yang masih belum baik. Konsumsi natrium yang berlebihan, malas berolahraga, kegemukan seolah dianggap sebagai hal biasa atau wajar. Akibatnya hal tersebut seolah menjadi bom waktu yang siap meledak dengan dampak yang lebih besar lagi di masa mendatang. Tantangan inilah yang menjadi tugas kita bersama (tidak hanya tenaga medis saja) untuk saling mengingatkan satu sama lain dalam mengubah pola hidup masyarakat guna menurunkan angka hipertensi di Indonesia. (dsh)

[:en]

CIMAHI (fk.uii.ac.id) – Zavia Putri Salsabila, Dunia Ahmada Nur Alif, and Zulfania Rahmah, students of the Medicine Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Islam Indonesia (FM UII) who were the delegations in the General Achmad Yani Science Competition (JAYSCO) scientific competition event General Achmad Yani University (UNJANI). They won a prideful achievement by winning the First Place in the National Public Poster final round. The competition took place on 26-28 February 2021, hosted via online in FM UNJANI campus, Cimahi City, West Java.

This time, JAYSCO picked a great theme, namely: “Stepping up the Pace on Handling Non Communicable Disease”. The FM UII delegations were advanced to the final round of the public poster. They had to compete other finalists from famous universities in the scientific field, such as: University of Indonesia, Airlangga University, Sriwijaya University, Udayana University, and so on.

The poster presented by the FM UII delegation was entitled: “Beware of Hypertension! Prevent with SABAR”.

The word “SABAR” here is an acronym of hypertension prevention measures.This public poster is motivated by the fact that there are still high cases of hypertension in Indonesia.

Through this public poster, we want to provide more knowledge to the public about the dangers of hypertension and how to properly prevent it,” said Dunia Ahmada Nur Alif, a member of the FM UII delegation.

In addition, hypertension is a silent killer that attacks slowly but can be deadly when it is not prevented or handled properly, so education about hypertension prevention needs to be improved. With this poster we created, I hope people will be more aware of hypertension,” added Dunia. (dsh)

Hypertension: A Classic Problem but Still Disturbing

HYPERTENSION is one of the health problems that have long been found in the global population. The World Health Organization (WHO) estimates that currently the prevalence of hypertension globally is 22% of the total world population. Of these patients, only less than 20% are willing to make efforts to control their blood pressure. Whereas controlling blood pressure to keep it under control at normal numbers is the main key to preventing many complications of high blood pressure in patients, such as kidney disease, heart disease, neurological disease, and so on.

The African has the highest prevalence of hypertension in the world, which is 27%. What needs to be alerted is that Southeast Asia is in the 3rd highest position with a prevalence of 25% of the total population. WHO estimates that 1 in 5 women in the world have hypertension. This number is greater than the male group, which are 1 in 4 men.

The results of Basic Health Research/Riskesdas (one of the national scale community-based research that has been carried out regularly by the Research and Development Agency for the Ministry of Health of the Republic of Indonesia) in 2018 showed that the prevalence rate of hypertension in people aged > 18 years reached 34.11%. It is a fantastic number considering that Indonesia is one of the countries with the largest population in the world.

There are diverse references in determining whether someone has hypertension or not. Guidelines which are still widely applied in Indonesia are based on the Joint National Committee (JNC) 7, in which stated as hypertension when a person’s blood pressure measurement reaches a minimum systole of 140 mmHg or diastole of 90 mmHg.

Many factors can raise a person’s risk of developing hypertension, including: family history of hypertension, old age (especially over 65 years), obesity, excessive salt consumption, consumption of coffee or other drinks with excessive caffeine, smoking, alcoholic, to anxiety.

Many studies have explained the relationship of the stated factors with the case of hypertension, such as stiffness in the walls of blood vessels in the elderly which causes increased peripheral resistance thereby increasing blood pressure, sodium in salt which increases heart contraction, smoking and alcohol which can activate alpha catecholamine thereby triggering constriction of blood vessels (vasoconstriction), and so on.

Hypertension can cause decreased perfusion in target organ cells, thereby reducing oxygen supply as well. As a result, patients may experience various symptoms, including: headache, muscle pain, blurred vision, palpitations, chest pain, tightness, tingling, and others.

In addition, hypertension can also cause various dangerous complications, such as heart failure, acute coronary syndrome, stroke, and various other dangerous diseases.

Treatment of hypertension will not be effective without lifestyle changing. Assorted healthy lifestyles must be implemented by hypertensive patients from an early age, such as starting to quit smoking, avoiding alcohol, reducing consumption of caffeinated drinks, reducing salt consumption (the recommended sodium intake in hypertensive patients is ≤ 1.5 grams/day or the equivalent of 3.5-4 grams of salt per day), a calm mind (among others, by promoting 4B: being grateful, thinking positively, surrendering, and being encouraged/forgiving), and losing weight to normal.

Preventing Hypertension Early

THE SIMILAR things go to normal people who have not been exposed to hypertension as well. A healthy lifestyle, sport habits, and stressor management need to be got used to and done from an early age as a form of prevention and to keep blood pressure stable.

In normal people, the recommended amount of sodium should still be limited, which is < 2 grams/day or the equivalent of 5 grams (about 1 small teaspoon) of table salt. While good exercise to keep blood pressure normal is physical exercise that is done regularly 3-5 times/week about 30-45 minutes. The total of 150 minutes/week and the interval between exercises is not more than 2 consecutive days. The types of sports that can be chosen are physical exercises such as aerobic with moderate intensity for example: brisk walking, jogging, cycling, or swimming.

The high number of people with hypertension in Indonesia cannot be separated from the lifestyle. Most our society have not done exercise well. Excessive sodium consumption, lazy in doing exercise, obesity seems to be considered normal or usual. As a result, this seems to be a time bomb that is ready to explode with greater impact in the future. This challenge is our duty (not only medical personnel) to remind each other in changing people’s lifestyles in order to reduce hypertension in Indonesia. (dsh)

[:]