[:id]T-Shoes (Temperature Shoes) dan Repellent Paper (Repper) Dapat Medali Emas[:]
[:id]
Mahasiswa Fakultas Kedokteran kembali menorehkan prestasi di ajang internasional. Dua tim delegasi dari FK UII berhasil membawa pulang total 2 buah medali emas dan dua penghargaan spesial dalam The 8th Cyber International Genius Inventor Fair (CIGIF) 2017. CIGIF tahun ini diselenggarakan di Chungmu Art Hall, Seoul, Korea pada 12 November 2017. Beberapa negara yang ikut serta di antaranya Indonesia, Hongkong, Filipina, Jepang, Malaysia, Korea dan beberapa negara lain.
T-Shoes (Temperature Shoes)
Tim pertama yang beranggotakan Andita Khoilina(2015), Fitria Febriana (2015), Aghnia Kiasati (2016), bekerjasama dengan Muhammad Hamzah Fansuri (2014) dari Fakultas Teknologi Industri (FTI). Tim ini berhasil meraih medali emas dan penghargaan spesial dari Malaysia dengan karya yang berjudul T-Shoes (Temperature Shoes) to Detect Ulcus or Wound in Diabetic Person. Sepatu yang dapat mendeteksi penyakit ulkus (sakit pada lapisan esofagus, lambung, atau usus kecil) pada penderita Diabetes Melitus (DM). Andita menjelaskan di dalam sepatu tersebut dibekali sensor suhu dan kelembapan yang fungsinya untuk mendetiksi adanya luka kaki pada penderita DM. Sensor tersebut akan mengirimkan data ke aplikasi dimana penderita DM dapat mengecek perubahan suhu yang terjadi pada kaki mereka. “Saat terjadi neuropati dimana pasien tidak bisa merasakan sakit jadi tidak mengetahui adanya luka yg terjadi. Disini alat kami berfungsi mengetahui apakah ada suatu perlukaan yang terjadi atau tidak, jika terjadi luka akan ditandai dengan peningkatan suhu yang tinggi yang bisa dilihat dengan aplikasi yang ada”, jelasnya.
Repellent Paper (Repper)
Sedangkan tim kedua yang terdiri dari Andita Khoilina, Aghnia Kiasati, dan Hafidh Rasikhun, juga membawa pulang medali emas dan penghargaan spesial dari Toronto dengan karya mereka Repellent Paper (Repper). Rapper atau Reppelant Paper pengusir nyamuk terbuat dari kulit jeruk dan membuat lilin dari minyak atsiri kulit jeruk dan sereh. “Jadi kami mengumpulkan kulit jeruk dari pedagang-pedagang di kawasan UII dan juga membeli sereh lalu kami proses di Lab Minyak Atsiri (FMIPA UII -red)”, jelas Andita kepada tim redaksi.
Pembuatan minyak dari kulit jeruk dan sereh dengan cara destilasi rebus. Minyak yang sudah jadi kemudian dijadikan bahan dasar pembuatan lilin. Kemudian ampas kulit jeruk sisa destilasi dipergunakan untuk membuat kertas daur ulang dengan cara memblender kertas bekas yang sudah direndam selama 24 jam dan kulit jeruk yang telah direndam dalam larutan NaOH untuk memisahkan selulosa dengan komponen lain dari kulit jeruk.
Fungsi dari lilin dan kertas kami untuk mencegah dengue fever yang banyak terjadi di negara tropis. Karena kandungan di dalam jeruk dan sereh bisa membuat nyamuk tidak mengenali bau badan manusia dan juga bisa membuat kerusakan saraf nyamuk sehingga nyamuk mati. “Kami juga ingin mengurangi masalah lingkungan terkait sampah karena sebagai mahasiswa kedokteran kami ingin peduli terhadap lingkungan”, pungkasnya.
Tri[:]