LFMF 2024: Mendorong Transformasi Perawatan Primer untuk Penyakit Katastropik di Indonesia

Bandar Lampung (27/7) – Dalam upaya meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia, Lampung Family Medicine Forum (LFMF) menggelar seminar dan workshop bertema “Transforming Primary Care for Catastrophic Diseases in Indonesia“. Acara yang berlangsung dari 25 hingga 27 Juli 2024 di Hotel Novotel, Bandar Lampung ini dihadiri oleh 483 peserta, termasuk dokter keluarga, akademisi, dan praktisi kesehatan.

Kegiatan ini bertujuan untuk membahas peran vital dokter keluarga dalam mengatasi kesenjangan akses dan kualitas perawatan kesehatan primer, terutama dalam penanganan penyakit katastropik seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan kronis. Dalam konteks ini, dokter keluarga berfungsi sebagai garda terdepan yang tidak hanya memberikan perawatan medis, tetapi juga mendampingi pasien dalam jangka panjang, sehingga dapat meningkatkan deteksi dini dan pengelolaan penyakit kronis secara efektif.

Acara ini juga menjadi platform bagi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia untuk berkontribusi dalam mengisi kesenjangan pelayanan kesehatan di tingkat primer. Melalui presentasi oral, dr. Yaltafit Abror Jeem, M.Sc, Ph.D dan dr. Yayuk Fathonah, MSc membagikan temuan penelitian yang diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan mendukung upaya peningkatan kualitas perawatan kesehatan di Indonesia.

Dalam seminar ini menampilkan presentasi hasil penelitian yang menyoroti pentingnya pengawasan terhadap pengelolaan sampah medis di fasilitas kesehatan. Penelitian tersebut merekomendasikan kepada para pemangku kepentingan untuk meningkatkan pengawasan terhadap dokter yang bekerja di fasilitas kesehatan tingkat primer, guna memastikan bahwa pengelolaan sampah medis tidak hanya berdampak positif pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Dengan fokus pada penguatan peran dokter keluarga, LFMF berharap kegiatan ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam penanganan penyakit katastropik di Indonesia. Diharapkan, seminar dan workshop ini tidak hanya menjadi kegiatan akademis, tetapi juga langkah konkret dalam mengurangi disparitas dalam akses terhadap perawatan yang berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan. (yaj/jo)