Wadek FK UII Invited Speaker Acara FIMA Conference 33 di Abuja Nigeria

C:Documents and SettingsARBLocal SettingsTemp20160725_093905.jpg

Foto : Wibowo / Istimewa : Dokter Syaefudin Ali Akhmad, M.Sc saat  berkunjung ke College Of Medicine University Lagos, Nigeria

Kedokteran (UII News) – Penggunaan herbal dan madu serta metode pengobatan lainnya dari nabi mengandung sisi syariah, science dan culture yang harus diharmoniskan supaya tidak terjadi pertentangan serta kepentingan komersialisasi atas nama dogma tanpa upaya scientifikasi yang misleading bagi masyarakat awam dan hanya dimanfatkan oleh market demi industri berlabel thibbun nabawi.  

Hal tersebut di jelaskan oleh dr. Syaefudin Ali Akhmad, M.Sc selaku Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII), sepulang dari Negara Nigeria pada saat menjadi Invited Speker di acara FIMA (Federation of Islamic Medical Assosiation) pada 14-19 Syawal 1437 H / 19 -24 Juli 2016 di di Komplek Central Mosque atau masjid Nasional Nigeria.

Dalam acara  yang dihadiri oleh berbagai negara di dunia, ,seperti Canada, Palestina, Malaysia, Pakistan, Indonesia, dan Afrika Selatan, dengan jumlah peserta yang dihadiri kurang lebih sekitar 300-500 orang, dan diikuti oleh  mahasiswa, perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya, dokter Udin  yang memiliki kompetensi di bidang Bioetik ini menjelaskan bahwa seseungguhnya thibbun nabawi telah berkembang.  

“Seseungguhnya thibbun nabawi telah berkembang dari yang sederhana dengan Herbal Medicine sampai kepada operasi canggih dan obat obatan yang halalan thoyyiban, aman, efektif dan sedikit efek samping”, katanya.

Sebagai pembicara,  Dokter Udin tidak hanya sendiri melainkan tampil bersama dengan  pembicara Malaysia dan Bangladesh membahas tentang Profetik medicine atau Thibbun Nabawi dari sisi scientific basis.

Lebih lanjut dokter Udin menceritakan bahwa  para peserta banyak  tertarik dengan topic yang diangkat dalam symposium Islamic Hospital Consortium, dan CIMSCO yaitu tentang pendidikan kesehatan.  Wibowo/Tri