Tidur Sehat ala Rasulullah SAW

Tidur Sehat ala Rasulullah SAW

Penulis: dr. Dwi Nur Ahsani, M.Sc.

 

Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang dialami oleh setiap mahkluk hidup. Ketika tidur, otak kita tetap bekerja secara aktif. Tidur menyehatkan jiwa dan raga. Tidur yang tidak berkualitas dapat mengakibatkan gangguan tubuh seperti gangguan sistem imun, menurunkan hormon pertumbuhan, menurunkan kemampuan memori dan mengakibatkan gangguan pada fungsi organ lainnya. Begitu pentingnya peranan tidur bagi kesehatan, Rasulullah SAW memberikan petunjuk terkait tidur yang sehat dan berkualitas.

Diriwayatkan dari al-barra ibn Azib bahwa Rasulullah berkata kepadanya, “Jika kau hendak tidur, berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah diatas sisi kanan tubuhmu, lalu ucapkan: Ya Allah, kuhadapkan wajahku sepenuhnya kepada-Mu dan kuserahkan urusanku kepada-Mu dengan rasa harap dan rasa takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berpaling dan tempat berlari dari-Mu, kecuali kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan dan kepada nabi-Mu yang engkau utus (dengan begitu) jika kamu meninggal dalam tidurmu, sungguh kamu meninggal dalam keadaan fitrah (suci). Jadikan doa itu sebagai ucapan terakhir yang kamu ucapkan sebelum tidur”.

Posisi tidur miring ke sisi kanan merupakan posisi yang paling nyaman dan menenangkan bagi semua organ tubuh, termasuk jantung. Pada posisi tersebut, semua anggota tubuh (kecuali tangan kiri) berada lebih rendah dari jantung. Oleh karena itu, aliran darah dari bilik kiri mengalir lebih lancar ke seluruh bagian tubuh. Posisi terlentang ataupun miring ke sisi kiri tidak optimal untuk kerja jantung. Pada posisi terlentang, jantung membutuhkan tenaga lebih banyak untuk dapat mengalir ke seluruh bagian tubuh sedangkan pada posisi miring ke kiri, sisi jantung sebelah kiri akan lebih sulit untuk memompa darah masuk ke pembuluh darah aorta (lebih tinggi 10°). Tidak dianjurkan menggunakan bantal yang terlalu tinggi untuk tidur. Hal ini akan menyulitkan aliran darah ke bagian kepala. Sebagaimana dengan tidur yang dicontohkan nabi dimana beliau tidur dengan kepala disangga dengan bantal tipis atau dengan tangannya dengan posisi miring ke kanan.

Setelah tidur yang cukup lama, kita dianjurkan untuk mendirikan salat tahajud. Salat tahajud di tengah malam menjaga kita dari sakit hipertensi maupun sakit jantung. Pada tengah malam, secara fisiologis terjadi tidur pada fase yang tidak lelap (non-rapid eye movement/NREM) yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi detak jantung dan iregularitas irama jantung. Oleh karena itu, terjaganya seseorang dari tidur dan menegakkan salat di malam hari akan menjaganya dari peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu, pada fase tidur yang tidak lelap, kemampuan pergerakan fimbria (permukaan menonjol) sel berkurang. Hal ini akan memudahkan pathogen (virus, bakteri dll) untuk masuk ke dalam tubuh. Dengan menegakkan salat malam, fungsi fimbria tersebut dapat kembali ke kondisi awal dan melindungi seseorang dari masuknya zat asing seperti pathogen ke dalam tubuh sehingga mencegah terjadinya penyakit. Sujud pada salat juga akan membantu aliran darah kebagian otak dengan relatif mudah. Jantung tidak perlu bekerja keras untuk mengalirkan darah oleh karena posisinya otak yang lebih rendah dibandingkan jantung.

Pada malam hari kadar kortisol akan menurun. Kortisol merupakan hormon tubuh yang berperan penting dalam respon stres tubuh. Tidur dengan keadaan yang suci akan memberikan ketenangan jiwa dan kenyamanan bagi seluruh anggota tubuh disaat kadar kortisol menurun di malam hari. Dalam keadaan tenang dan nyaman, sistem parasimpatik akan bekerja sehingga melindungi dari efek penambahan kortisol dan katekolamin seperti darah tinggi. Wudhu juga dapat melindungi dari gangguan syaitan di saat seseorang tertidur (salah satunya dalam bentuk mimpi buruk). Begitu sempurnanya islam mengatur semua aktivitas muslim dalam kesehariannya, tidak terkecuali pada aktivitas tidur.

Disarikan dari buku pintar mukjizat Kesehatan ibadah (2011) yang diterjemahkan dari Fushul fi Thibb al-Rasul karya jamal Muhammad ElZaky, terbitan Syuruq, Kairo:2010.