PEDULI KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN HIDUP, DOSEN KEDOKTERAN UII PRESENTASI DI FORUM 5TH IWWG ARB (The 5th Symposium of International Waste Working Group – Asian Regional Branch)

Bali, 8 Maret 2023. Melejitnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan sosial kemasyarakatan yang dikatalis revolusi industri 4.0 “nyatanya” akhir akhir ini, ternyata tidak berbanding lurus dengan pemahaman dan kesadaran serta tindakan akan keberlanjutan lingkungan hidup. Hal ini membuat kesan bahwa lingkungan menjadi objek yang dikorbankan demi pemenuhan kebutuhan penduduk dan kemajuan suatu masyarakat semata. Padahal sesungguhnya dalam realitas, tampak jelas bahwa antara manusia dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik kedua nya saling berkorelasi erat dan berdampak besar satu sama lain.

Allah Subhanahu wata’ala di dalam Al Quran telah berfirman bahwa segala sesuatu yang diciptakan-Nya memiliki nilai karena ia diciptakan dengan tujuan-tujuan tertentu ‘tanpa kebatilan’ (QS Ali-Imran: 191), tetapi dengan ‘Haqq’ (QS al-Hijr: 85). Allah, Sang Maha Pencipta menciptakan alam semesta dan lingkungan hidup untuk menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan sebagai perwujudan al-asma al-Husna. Menurut satu cendikiawan muslim, pakar Alquran abad pertengahan, Raghib al-Isfahany (w. 1108) memakmurkan bumi dalam Islam inhern dengan keimanan seorang. Masih menurut beliau, tugas keimanan seorang mukmin terejawantah menjadi tiga kewajiban utama: pertama memakmurkan bumi, “was ta’marakum fiha” ( QS Hud: 61), kedua melaksanakan ibadah mahdhah “Wa ma khalaqtu al-Jinn wa al-ins illa liya’buduni” (QS ad-Dzariyat: 56), ketiga kekhilafaan di bumi “wayastakhlifakum fi al-Ardl” (QS al-A’raf: 129), (al-Isfahany, ad-Dzari’ah ila Makarim as-Syar’iah, hlm 165). Menurut al-Isfahany, dua kewajiban keimanan tersebut berkaitan erat dengan menjaga lingkungan. Dari keterangan tersebut secara jelas bahwa, keimanan seseorang seharusnya berbanding lurus dengan aktivitas menjaga lingkungan. Sedangkan aktivitas merusak lingkungan seakan telah menjadi dosa besar dalam amalan seorang mukmin.

Berkaitan dengan hal tersebut, kita dapat menemukan dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallahu alaihi wasallam bersabda, “Jika makanan salah satu kalian jatuh maka hendaklah diambil dan disingkirkan kotoran yang melekat padanya, kemudian hendaknya dimakan dan jangan dibiarkan untuk setan.” Atau dalam riwayat yang lain disampaikan bahwa, “Sesungguhnya setan bersama kalian dalam segala keadaan, sampai-sampai setan bersama kalian pada saat makan. Oleh karena itu, jika makanan kalian jatuh ke lantai maka kotorannya hendaknya dibersihkan kemudian di makan dan jangan dibiarkan untuk setan. Jika sudah selesai makan maka hendaknya jari jemari dijilati karena tidak diketahui di bagian manakah makanan tersebut terdapat berkah.” Hadits tersebut menunjukkan kepada kita selain betapa sempurnanya  ajaran Islam karena islam tidak hanya berbicara tentang dogma agama, informasi ketuhanan, aturan ekonomi, politik, militer, ibadah mahdhah (ritual), tetapi pada perkara keberlangsungan lingkungan hidup. Salah satu bentuk nyata dari menjaga lingkungan adalah pengelolaan sampah. Menangani sampah dengan benar merupakan salah 1 cara untuk mencegah rusaknya lingkungan.  Kalau kita kembali membaca sejarah Indonesia, pernah terjadi tragedi yang mengerikan terkait sampah yakni tragedi Leuwigajah pada tahun 2005.  Dalam tragedi di Cimahi tahun 2005 tersebut, terjadi sampah longsor yang menyebabkan korban jiwa 157 orang. Selain itu, peristiwa tersebut juga menyebabkan 2 pemukiman hancur, Kampung Cilimus dan Kampung Pojok. Dari kejadian tersebut juga, kita dapat belajar bahwa pengelolaan sampah yang tidak berbasis ilmiah berpotensi menimbulkan kerusakaan atau dalam kata lain amal yang tidak ilmiah.

Kebutuhan akan sebuah forum ilmiah yang mendorong dan mendukung pengelolaan sampah atau limbah secara ilmiah, berkelanjutan, terintegrasi dan aplikatif di seluruh dunia menjadi latar belakang diadakannya forum International Waste Working Group – Asian Regional Branch (IWWG-ARB).  Tujuan ini dapat dicapai dengan belajar dari masa lalu, menganalisis masa kini, dan dengan demikian mengembangkan gagasan, skenario, dan visi baru untuk masa depan. Sejumlah besar pengalaman baik yang diperoleh di seluruh dunia  dan dapat dibuktikan secara ilmiah didiseminasikan di forum tersebut. Hal ini juga diharapkan mempengaruhi undang-undang, pendidikan, atau aplikasi praktis di seluruh dunia dan bergerak menuju pengembangan teknologi tepat guna yang lebih rasional dalam pengelolaan sampah. Dengan tujuan tersebut, IWWG dipahami sebagai pergerakan yang didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah tetapi berorientasi pada aplikasi langsung dimasyarakat. Selain itu, IWWG memiliki organisasi non-birokrasi yang memungkinkan untuk fokus pada berbagai subjek, segera bereaksi terhadap masalah yang relevan di bidang pengelolaan sampah/limbah padat, dan berkomunikasi secara efektif dalam komunitas profesional. Mendapatkan amanah untuk menyelengarakan forum simposium ke-5 International Waste Working Group – Asian Regional Branch (IWWG-ARB) di Bali pada tanggal 6-8 maret 2023, Institut Teknologi Bandung (ITB), bersama Universitas Udayana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Islam Indonesia (UII) mengundang  seluruh para peneliti di Asia, khususnya para pakar pengelolaan sampah, untuk berpartisipasi aktif dalam Simposium ke-5 International Waste Working Group – Asian Regional Branch (IWWG-ARB) dalam bentuk oral presentation dan poster presentation.

dr. Yaltafit Abror Jeem mempresentasikan hasil penelitian

Senafas dengan hal tersebut, Fakultas Kedokteran UII, Sebagai bagian dari komunitas intelektual muslim yang mempunyai “konsern” pada keberlanjutan lingkungan hidup mengirimkan salah satu dosennya untuk berpartisipasi aktif dalam forum tersebut. “Pertemuan yang  bertema “Solid Waste Technology And Management Challenges In Post COVID-19  And Plastics Treaty”  diselenggarakan sebagai salah satu bentuk kontribusi nyata dan komitmen ITB, UII dan ITS dalam keberlanjutan lingkungan dunia,khususnya pengembangan teknologi pengelolaan sampah padat dari berbagai belahan dunia” Hal tersebut disampaikan oleh Yaltafit Abror Jeem, Dosen Program Studi Pendidikan Dokter  Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, yang menjadi delegasi FK UII dalam forum tersebut. Selain itu, dr. Yaltafit Abror Jeem mempresentasikan dua hasil penelitian yang berjudul “An Overview of Solid Medical Waste Management by Private Practice Doctors in the Pandemic COVID-19 Era“ dan “A scoping review of how primary health care handles the management of solid health care waste during and after the COVID-19 pandemic” dalam bentuk presentasi oral presentation. Dokter Jeem, begitu sapaan dr. Yaltafit Abror Jeem menyampaikan bahwa dari temuan penelitiannya, direkomendasikan pada stakeholder terkait untuk  meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter yang bekerja di fasilitas kesehatan tingkat primer dalam pengelolaan sampah medis yang mempunyai dampak besar dalam keberlangsungan tidak hanya lingkungan tetapi juga pada kesehatan masyarakat. Selain itu, dokter jeem juga menyampaikan perlu adanya lembaga khusus atau forum khusus yang bergerak aktif dalam monitoring dan evaluasi kontribusi komunitas medis dalam penanganan limbah medis dan memberikan apresiasi pada mereka yang berprestasi dalam peran aktif penjagaan kelestarian lingkungan. Setelah mengikuti symposium ini, dokter jeem berharap dapat beramal ‘jariyah’ dan mengembangkan berbagai pengetahuan dan ‘insight’ yang telah didapatkan dalam meningkatkan kontribusi nyata FK UII dalam keberlanjutan lingkungan hidup. Waallahu musta’an. Wibowo/Tri

Dokter Jeem menyampaikan hasil penelitian