MENGUNYAH MAKANAN SECARA PERLAHAN SEPERTI ANJURAN RASULULLAH, APA MANFAATNYA?

MENGUNYAH MAKANAN SECARA PERLAHAN SEPERTI ANJURAN RASULULLAH, APA MANFAATNYA

Mengunyah makanan atau mastikasi merupakan langkah pertama dalam proses pencernaan. Proses ini bertujuan menyiapkan makanan untuk ditelan dan diproses lebih lanjut pada sistem pencernaan. Mengunyah makanan secara perlahan atau dengan waktu yang lama berarti makan dengan tenang, tidak tergesa-gesa, dan mengunyah dengan sempurna. Cara makan yang seperti ini akan menghindarkan individu dari kejadian tersedak dan tergigit (Rahmah et al., 2022; Smeer, 2009).

Rasulullah bersabda “Tidak tergesa-gesa atau ketenangan datangnya dari Allah, sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan”. Oleh karena itu, kita diharuskan untuk menghindari sifat tergesa-gesa (Firdaus, 2017). Berbagai riwayat juga menyebutkan bahwa Rasulullah mengunyah makanan sebanyak 33 kali yang mengartikan bahwa mengunyah makanan membutuhkan waktu sebelum akhirnya makanan tersebut ditelan (Rahmah et al., 2022). Menurut para ahli di Ohio State University, seseorang perlu mengunyah makanan sebanyak 5-10 kali untuk makanan yang lembut dan 30 kali untuk makanan yang bertekstur keras. Sedangkan Horace Fletcher mengatakan bahwa seseorang harus mengunyah minimal minimal 32 kali sesuai dengan jumlah gigi di dalam mulut sebelum menelannya (Haviva, 2015).

Mengunyah makanan dengan sempurna akan memecah ukuran makanan menjadi lebih kecil, meningkatkan sekresi saliva, membantu pelepasan hormon-hormon gastrointestinal, dan mencampur makanan dengan enzim. Selain itu, mengunyah juga berperan dalam stimulasi enzim-enzim yang membantu mengeluarkan insulin dan incretin dari usus halus. Hal ini akan meningkatkan penyerapan glukosa. Peningkatan kadar insulin juga dapat menghambat nafsu makan melalui inhibisi neuron neuropeptide Y dan stimulasi neuron proopiomelanocortin (POMC). Mengunyah secara perlahan juga dapat menginduksi aktivasi neuron histamin yang akan menekan asupan makan melalui reseptor H1 pada nukleus paraventricular hipotalamus dan nukleus ventromedial hipotalamus sebagai pusat kenyang. Oleh karena itu, memperpanjang waktu saat mengunyah dapat berkontribusi dalam penurunan asupan makanan yang dikonsumsi sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan berat badan (Wulansari et al., 2019).

Mengunyah juga dapat mempengaruhi gerak peristaltik usus. Penelitian Basri dan Sulistiyawati menjelaskan bahwa intervensi berupa mengunyah permen karet akan meningkatkan atau mengembalikan peristaltik usus pada pasien post operasi appendiktomi (pengangkatan usus buntu). Pada pasien post operasi appendiktomi, dapat terjadi penurunan peristaltik akibat pengaruh agen anestesi yang menghambat impuls parasimpatis ke otot usus dan akibatnya memperlambat atau menghentikan gelombang peristaltik. Gerakan peristaltik ini dapat ditingkatkan dengan mengunyah yang akan menstimulasi keluarnya hormon-hormon gastrointestinal. Hormon-hormon ini dapat membantu untuk meningkatkan gerak peristaltik usus (Basri dan Sulistiyawati, 2018).

Annisa Nadya P (19711152)

Daftar Pustaka

Basri, A.H., Sulistiyawati, N., 2018. Pengaruh Mengunyah Permen Karet Terhadap Peristaltik Usus Post Appendiktomi. J. Ners Community 09, 43–53.

Firdaus, F., 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Anjuran Makan Dengan Tiga Jari. J. Pendidik. Agama Islam Al-Thariqah 2, 164–171. https://doi.org/10.25299/althariqah.2017.vol2(2).1043

Haviva, A.B., 2015. Fakta Ilmiah Amal Sunnah Rekomendasi Nabi. Sabil.

Rahmah, N.M., Zulfa, A.D., Meylinda, R., Zahra, H., Rahayu, S., 2022. Etika Makan Nabi Dalam Perspektif Sains Medis. Pros. Konf. Integr. Interkoneksi Islam dan Sains 4, 128–133.

Smeer, Z.B., 2009. Kajian Hadis-Hadis Etika Makan Ditinjau Dari Aspek Kesehatan. El Harakah 11, 85. https://doi.org/10.18860/el.v11i2.5208

Wulansari, A., Luthfinnisa, F.A., Uyun, F., Retnoningrum, D., Rahmi, F.L., Wildan, A., 2019. Pengaruh Lama Mengunyah Terhadap Kadar Glukosa Postprandial Dewasa Obesitas. J. Gizi Indones. 8, 24. https://doi.org/10.14710/jgi.8.1.24-30