MANFAAT SOLAT TAHAJUD TERHADAP KECERDASAN OTAK

MANFAAT SOLAT TAHAJUD TERHADAP KECERDASAN OTAK

Solat tahajud merupakan ibadah sunnah dengan hukum muakkad, yang berarti bahwa amalan tersebut dianjurkan dengan penekanan yang kuat, karena tidak pernah ditinggalkan oleh Rasullah SAW. Solat tahajud adalah ibadah solat yang terbaik setelah solat fardu. Rasulullah SAW bersabda: “Solat yang paling utama setelah solat fardhu adalah solat pada waktu malam.” (Riwayat Muslim).

Namun dalam praktiknya solat tahajud merupakan solat sunnah yang paling berat dilakukan, karena waktu utama untuk dilaksanakannya solat tahajud adalah di sepertiga malam terakhir atau sekitar pukul 1 dini hari sampai sebelum subuh. Tak jarang banyak diantara kita yang bergadang karena pekerjaan, sehingga baru tidur jam 12 malam, sehingga untuk bangun di sepertiga malam terakhir terasa sangat berat. Terasa beratnya untuk bangun tahajud ternyata berbanding lurus dengan besarnya manfaat dari solat tahajud bagi kecerdasan otak kita.

Solat tahajud dilakukan setelah bangun dari tidur di malam hari. Menurut teori, gelombang otak manusia di waktu tersebut berada pada fase gelombang alfa (Idris & Nopiah, 2012). Dengan menggunakan alat electroencephalograph (EEG), aktifitas gelombang otak dapat direkam. Gambar 1 menunjukkan gambar gelombang otak yaitu gelombang alfa, beta, delta, theta dan gamma (Xavier et al., 2020).

Gambar 1. Bentuk gelombang otak yang direkam dari EEG

Gelombang alfa memiliki frekuensi sebesar 8-13 Hz dan tekanan yang besar yaitu 10150-175 mikrovolt. Pada fase gelombang ini, pikiran manusia berada dalam keadaan yang tenang dan fokus. Gelombang alfa mampu meningkatkan aktifitas di bagian otak yaitu Reticular Activating System (RAS). Meningkatnya aktifitas di RAS ini dapat meningkatkan tingkat kepekaan manusia terhadap lingkungan sekelilingnya. Aktifitas otak selama gelombang alfa juga terbukti lebih cerdas jika dibandingkan dalam keadaan gelombang beta karena perhatian yang ditimbulkan lebih fokus pada sesuatu objek sehingga mampu memahami objek dengan lebih tepat dan cepat (Xavier et al., 2020). Oleh karena itu, kondisi tersebut sangat pas untuk mendirikan solat tahajud, di mana pada kondisi gelombang alfa, komunikasi yang efektif dapat terjadi antara hamba dan Tuhan nya ketika berdoa.

Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Qomariyah & Mulyono yang menyatakan bahwa gelombang alfa dapat meningkatkan kecerdasan mencit. Qomariyah & Mulyono memberikan radiasi gelombang alfa terhadap mencit, melalui perlakuan pembacaan ayat al-qur’an dan musik gelombang alfa yang diberikan 30 menit setiap hari pada masing-masing kelompok mencit selama 6 minggu. Mencit kemudian dimasukkan kedalam labirin yang telah disiapkan, lalu dihitung waktu yang dibutuhkan mencit untuk keluar dari labirin dengan menggunakan stopwatch. Mencit yang dipaparkan gelombang alfa terbukti lebih cepat keluar dari labirin dibandingkan kelompok kontrol yang tidak dipaparkan gelombang alfa. Paparan gelombang alfa pada mencit akan menimbulkan rangsangan terhadap sel syaraf, rangsangan tersebut akan menimbulkan aktifitas kelistrikan di sepanjang badan sel syaraf dan membuat senyawa kimia yaitu glutamat keluar. Hal tersebut akan mengaktifkan N-methyl D-aspartat (NMDA) yang dapat menimbulkan proses pensinyalan, proses pembelajaran dan memori, sehingga kecerdasan mencit menjadi meningkat (Qomariyah & Mulyono, 2016).

Saat kita melakukan solat tahajud setelah bangun dari tidur malam, kondisi otak kita berada pada gelombang alfa. Hal ini akan membuat syaraf-syaraf di otak kita berada di kondisi yang optimal untuk menerima informasi yang didapatkan, sehingga dapat meningkatkan proses penghantaran informasi, pembelajaran dan memori. Maka dapat dibayangkan jika solat tahajud dapat secara rutin kita lakukan, bukanlah hal yang mustahil jika populasi orang-orang cerdas di muka bumi pastilah dimiliki oleh umat muslim.

Idris, A., & Nopiah, Z. (2012). Law of Universal Attraction. Selangor: PTS Professional Publishing.

Rahman, A. (2016). Panduan Sholat Wajib & Sunnah Sepanjang Masa Rasulallah SAW. Jakarta: Shahih Jakarta.

Qomariyah, Milatul & Mulyono, Agus. (2014). PENGARUH PAPARAN GELOMBANG INFRASONIK (8-12 Hz) TERHADAP KECERDASAN DAN VISKOSITAS DARAH (HEMATOKRIT) MENCIT. Jurnal Neutrino Vol. 7, No. 1 Oktober 2014 https://doi.org/10.18860/neu.v7i1.2634

Xavier G, Su Ting A, Fauzan N. (2020). Exploratory study of brain waves and corresponding brain regions of fatigue on-call doctors using quantitative electroencephalogram. J Occup Health.J an;62(1):e12121. doi: 10.1002/1348-9585.12121. PMID: 32515890; PMCID: PMC7176745.

Ditulis oleh :

dr. Fitri Faiza Rachmawati, MARS

217110404