Kekuatan Pengorbanan Dalam Membangun Islam di UII

Syaefudin Ali Akhmad, M.Sc-Wadek FK UII

Pepatah jawa yang terkenal salah satunya adalah jer basuki mawa bea yang bisa dimaknai perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan (biaya). Pengorbanan tidak sekedar diartikan duit tapi bisa juga harta benda selain duit, tahta, senjata, wanita, keluarga dan jiwa. Pengorbanan dilakukan juga terus menerus tidak sesaat atau hanya sekejap seperti kembang api. Tengoklah para pendiri UII yang berjuang dan berkorban terus menerus. Bobotnya pengorbanan mereka sungguh luar biasanya sehingga masih bisa dinikmati sampai detik ini pada usia UII yang ke-71. Ibarat lemparan batu maka pengorbanan mereka seperti lemparan batu besar dengan tenaga besar di suatu kolam yang mampu menyebarkan gelombang air sampai keseluruh tepian kolam. Pertanyaannya apakah kita mampu memberikan pengorbanan untuk Islam di UII yang bisa dirasakan oleh generasi UII 70 tahun yang akan datang di tahun 2100-an. Mungkinkah nama-nama kita masih dikenang sebagai kelompok shalihin dan sidiqin sebagai perintis kebaikan dan pembangun kemaslahatan di UII atau di negeri ini. Bagi peradaban manusia maka pengorbanan Nabi Akhir Jaman (N.Muhammad) adalah pengorbanan terbesar yang efeknya sampai pada umat terakhir dalam episode peradaban manusia.

Ibnu Khladun telah membagi setiap 100 tahun pasti akan muncul 4 kelompok masyarakat yaitu 1)kelompok perintis, 2)kelompok pembangun, 3)kelompok penikmat dan 4)kelompok masa bodoh. Kelompok pertama dan kedua merupakan kelompok yang paling banyak membuat pengorbanan dalam membentuk dan mencerdaskan masyarakat sedangkan kelompok ketiga dan keempat yang paling sedikit berkorban dan berjuang. Kelompok ketiga dan keempat justru paling banyak menimbulkan kerusakan daripada perbaikan. Kelompok pertama dan kelompok kedua memilih lagi “maju tak gentar membela yang benar” dengan segala pengorbanannya sedangkan kelompok ketiga dan keempat lebih memilih lagu “Di sini senang di sana senang di mana-mana hatiku senang”. Gejolak biasanya muncul saat kelompok ketiga dan keempat yang lebih banyak di suatu komunitas sehingga memunculkan lagi generasi pertama dan kedua.

Belajar dari Kisah para Nabi dan Sahabat saat mereka menjadi golangan perintis kebaikan dengan sebutan “assabiquunal awwalun” maka mereka juga siap dengan iuran pengorbanan masing-masing berupa harta, kehormatan, jiwa dan raga serta keluarga. Sampailah pada kondisi saat pengorbanan Nabi dan Sahabat pada level yang dikehendaki oleh Allah maka baru Allah hancurkan kebatilan atau kedholiman. Berkaca dari kisah mereka pula maka lumrah jika penyiksaan, kekalahan perang atau penderitaan yang mereka alami belum mendatangkan nusrotullah padahal Allah melihat dan mengetahui itu semua. Mengapa saat Bilal disiksa Allah belum membantunya padahal Allah tahu bahwa Bilal disiksa bukan karena mencuri atau korupsi tapi hanya karena beriman kepada Alah dan Rosulnya. Saat itu kebenaran belum bisa mengalahkan kebatilan. Jenis dan dosis pengorbanan memang harus mencapai kadar tertentu supaya ditolong oleh Allah swt. Berkurban juga tidak asal berkorban karena salah korban hanya akan menimbulkan penyesalan dan salah paham. Tidak ada pengorbanan tentu tidak akan pernah ada perjuangan dan tanpa pengorbanan tidak akan pernah paham arti perjuangan. Demikian pula jika kurang pengorbanan maka hasilnya jelas kurang maksimal.

Dari kisah para sahabat kita dapat mengambil 3 macam pengorbanan yaitu pengorbanan Abu Bakar, pengorbanan Kholid bin Walid dan pengorbanan Hasan R.A. Abu Bakar membuat pengorbanan sampai habis-habisan untuk agama yang selalu tidak rela kalau agama berkurang. Prinsip Abu Bakar sangat terkenal dengan pernyataanya “Ayanqusshoddiin wa ana hayyi’ akankah agama berkurang selagi saya masih hidup. Tipe pengorbanan Abu Bakar cocok untuk para tokoh perintis. Pengorbanan berikutnya adalah pengorbanan sahabat Kholid bin Walid ketika Umar secara tiba-tiba menggantii posisinya sebagai panglima perang maka kholid dengan lapang dada menerimanya tanpa ada keberatan sama sekali. Sahabat Kholid tidak merasa jagoan dan tidak merasa sudah banyak berjasa dan tidak juga merasa banyak berkorban untuk Islam. Tipe terakhir adalah tipe pengorbanan Ali R.A yang rela berkorban dalam situasi perang saudara dan penuh fitnah dengan Muawiyah R.A. untuk menerima tahkim atau arbitrasi demi mencegah terjadinya korban yang lebih banyak lagi meskipun dia dipihak yang benar. Kadang berkorban dengan mengalah merupakan konsekwensi dari perjuangan.

Pengorbanan merupakan efek langsung dari tuntutan pengambilan keputusan. Kalau sudah memilih UII yang harus mau berkorban untuk Islam dan pengembangan pendidikan di UII. Dalam 10 prinsip ekonomi dunia modern pelajaran pertamanya adalah pengambilan keputusan yang dirangkum dalam pribahasa “tidak ada sesuatu yang gratis didunia ini” artinya saat hendak mendapatkan sesuatu maka kita harus mengorbankan sesuatu yang lainnya. Sebagai contoh, saat seseorang memilih belajar, maka orang tersebut telah kehilangan kesempatan untuk mengerjakan hal lainnya seperti bermain futsal, sepeda atau jalan-jalan. Kegiatan lain yang tidak bisa dilakukan saat seseorang tersebut belajar di sebut sebagai biaya. Proses menukar biaya dengan pilihan yang kita buat disebut dengan trade off. Trade off yang dihadapi masyarakat adalah effisiensi artinya masyarakat mendapatkan hasil optimal dari sumberdaya langka yang ada. Inti pemerataan yaitu pembagian hasil yang merata dari sumberdaya langka tersebut terhadap seluruh komponen masyarakat akademik di UII. Akhirnya tradeoff yang tertinggi adalah mengorbankan dunia apa yang kita cintai demi mencapai ridho Allah sebagai mana firman Allah SWR dalam QS Ali Imron 92 Lan tanalul birra hatta tunfiqu mimma tuhibbun “sekali-kali tidak akan mencapai kebaikan sempurna sehingga kamu menginfakkan/mengorbankan apa yang kamu cintai”. Infak atau sedekah adalah jalan pengorbanan dalam mencapai kebahagiaan sempurna. Dengan merenungi ayat ini artinya kita dikritik ketika diberikan pilihan antara mobil atau surga maka kita dengan menjawab surga tapi anehnya pengorbanan untuk mendapatkan mobil lebih heroic daripada untuk mendapatkan surga. Jadi pilihan surga itu menuntut pengorbanan yang memberikan power untuk secara persisten berjuang untuk mendapatkannya.

Semoga kita bisa berkorban dengan apa yang kita cintai dengan cara bersedekah apa saja seperti makanan, uang, mobil, status, jabatan dan mengurangi hobi gadget untuk efisensi kerja dan menghindari misalokasi. Dengan demikian tentu kejayaan UII sejati akan cepat kita raih. Mari kita iuran pengorbanan untuk Islam di UII dengan memenuhi panggilan Allah di Ulil Albab saat waktu telah tiba. Akumulasi pengorbanan semua pihak akan mencapai kadar atau level pengorbanan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Semoga Allah selalu meridhoi UII amien. Wibowo/SAA