[:id]FK UII menjadi Presenter dalam Second World Congress on Integration and Islamicisation; focus on medical and health care sciences[:]

[:id]FK UII menjadi Presenter dalam Second World Congress on Integration and Islamicisation; focus on medical and health care sciences
Sejak saat didirikannya IIUM pada tahun 1983 dimaksudkan untuk menyebarkan pendidikan terintegrasi pada level pendidikan tinggi dimana pengetahuan dikejar dan dikembangkan terus dalam bingkai paradigm tauhid yang berpinsip pada keabsolutan ketuhanan yang maha esa Allah SWT dan semua dalam kekuasaan Allah SWT sebagai Raja dan Penjaga alam semesta. Dalam pandangan islam wahyu sebagai kalam ilahi merupakan sumber tertinggi pengetahuan yang benar dan referensi yang terpercaya dan akal manusia sebagai ciptaan Allah dan amanah Allah digunakan secara harmoni dengan wahyu dan kehendak Allah. Akibat dari werternisasi sekularisai dan imperialisme barat telah memghasilkan pengetahuan yang secular, positivistic, rasionalisme, dan emperisme serta naturalism yang menyingkirkan suoremasi pengetahuan wahyu. Konsekwensinya adalah semua ilmu modern seperi ilmu alam, kedokteran dan kesehatan di barat serta di dunia islam berkembang menjadi secular dan membusuk yang berdampkak pada dehumanisasi. Keadaan ini tentunya tidak dapat diterima oleh para pemikir islam. Sebagai bagian dari proses membebaskan personal muslim, budaya dan peradaban dari dominasi paham sekuler maka telah dimulai dalam 100 tahun terakhir ini sebuah proyek islamisasi pengetahuan dan berbagai disiplin yang berasal dari dominasi peradaban modern yang agnostic. IIUM merupakan institusi dunia yang memiliki misi islamisai pengetahuan. Proses islamisasi dan relevansi pengetahuan dengan islam dibimbing oleh hikmah shariah. Hal ini diyakini bahwa proses untuk menyelesaikan problem umat hari ini adalah dengan metodologi integrasi dan islamisai ilmu pengetahuan seperti jaman keemasan islam. Model pendekatan terintegrasi dilakukan dalam proses islamisasi science dan scientifikasi islam serta penanaman karakter nubuwah dalam diri peneliti dan setiap professional.
Pada tahun 2013 IIUM telah sukses mengadakan seminar internsional atau congress pertama integrasi dan silamisiasi ilmu dengan segala cabangnya. Topik dari kongres dunia tersebut adalah The Need to Apply the paradigm of tawhid as an alternative to the secular paradigm” dan selanjutnya ditindak lanjuti dengan world congress yang kedua dengan tema aplikasi dan inkorporasi nilai moral dan maqosidus shariah ke dalam kedokteran dan kurikulum serta prakteknya. Kegiatan ini diikuti oleh 300 presenter dari berbagi Negara dalam rangka mengenalkan rumah sakit IIUM yang baru dan masjid yang terintegrasi dalam kampus dan rumah sakit.
Kongress dunia islamisasi ilmu pengetahuan dalam dunia medis berbasis Maqoshidus shariah dan Qowaaidush shariah diselenggerakan di kampus kuantan IIUM mulai dari tgl 20-23 Oktober 2016.
Pada hari pertama diadakan acara pre congress workshop mengenai end of life. Kegiatan pre congress ini khusus diselenggarakan untuk memberikan pemahaman secara mendalam kepada peserta mengenai isu end of life dalam praktek kedokteran dari aspek medis, etis, hukum dan sosial budaya. Pembicara berasal dari Malaysia semua terdiri dari Prof Arif Oesman, Prof Puteri, Prof Nor Azizi, Prof Ramizah. Masing masing berbicara sesuai latar belakangnya dari anestesi hukum dan hukum islam.
Dari kegiatan ini Nampak jelas bahwa penentuan akhir kehidupan harus melibatkan para ahli dari medis seperti anestesiologi dan ahli hukum serta ahli agama. Hal yang menarik dari acara ini adalah siapakah yang berhak memutuskan akhir kehidupan seseorang seperti dalam film titanic dengan konsesus you jump I jump dan tradisi ninja untuk hara-kiri ketika mereka menghianati kaisar atau harus bunuh diri ketika terdesak dalam situasi yang genting demi menyelamatkan kaisar.
Pembahasan oleh para pembicara sangat menarik karena sesuai keahlian masing masing. Problem utamanya adalah siapa yang memutuskan untuk mengakhiri kehidupan dan tidak ada satu undang undang pun yang membolehkan euthanasia aktif. Permainan bahasa atau kangguage game dengan adanya istilah pasif euthanasia dan volunteer serta involunter euthanasia.
Meskipun namanya mercy killing atau Al Qatl Marhamah tetap dalam islam harus dikaji atau digali hukumnya pada kondisi tertentu seperti pada keadaan darurat. Intinya harus ada dalil dan cara pelaksanaannya sesuai syariah serta niatnya benar.
Isu atau istilah euthanasia dari barat jangan ditelan mentah mentah tapi harus dikaji secara mendalam berbagai aspek dari segi profesionalisme dokter, agama, hukum Negara dan etika serta budaya yang kadang sering terjadi konflik.
Kegiatan hari kedua diisi dengan presentasi panelis para ahli dan pakar dunia dari Uganda prof Oma hasan kasuli dan dari Malaysia mantan rector IIUM. Pembahasan mereka pada aspek urgensinya islamisasi ilmu pengetahuan untuk mengembalikan pemahan umat yang benar atas konsep alam, metafisika dan realitas dengan pendekatan paradigm tauhid dan aplikasi maqosidus syaariah dan qowaidus shariah. Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi oral dan poster dari para presenter.

Kegiatan hari ketiga diisi dengan presentasi panelis para ahli dan pakar dunia dari Arab Saudi dan dari Malaysia mantan Dekan FK IIUM. Pembahasan mereka pada aspek respon dunia islam dan para ilmuwan non muslim terhadap perkembangan teknologi biomedis. Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi oral dan poster dari para presenter.
Kegiatan hari keempat diisi dengan presentasi panelis Indonesia Rektor UNISULA SEMARANG yang membahsa mengenai pendekatan islam dalam pengembangan ilmu dan pengalaman unisula dalam integrasi ilmu pengetahuan dengan dasar islam. Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi oral dan poster dari para presenter. Kami dari FK UII memberikan presentasi pada hari keempat di jam terkhir sebelum penutupan dengan respon dari para peserta yang bagus.
[:]