Expo & Seminar Ilmiah Tahunan Medical Student Research Center (EXIT MRC) 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Mochamad Afifudin, mahasiswa angkatan 2017 yang menjadi delegasi FK UII pada kompetisi ilmiah Expo dan Seminar Ilmiah Tahunan Medical Student Research Center (EXIT MRC) 2020 FK Universitas Andalas (UNAND), berhasil meraih hasil gemilang dengan tampil sebagai Juara 1 Nasional Esai Ilmiah. Pada babak final yang diselenggarakan secara online pada tanggal 30 April 2020, Afifudin berhasil mengalahkan para finalis lainnya yang berasal dari berbagai universitas dengan tradisi kuat di bidang ilmiah, seperti Universitas Sumatera Utara, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, Universitas Sriwijaya, Universitas Sebelas Maret, Universitas Negeri Jember, hingga tuan rumah Universitas Andalas.
Seperti halnya kompetisi ilmiah tingkat nasional lainnya, EXIT MRC 2020 juga menganut sistem penyisihan dan final. Setelah melalui penjurian ketat terhadap karya ilmiah yang masuk dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta dari berbagai wilayah di Indonesia, akhirnya karya Mochamad Afifudin berjudul “Potensi Apigenin dengan Konjugasi microRNA Triple Helix (microRNA-145 dan Anti-microRNA-183) melalui Metode Hydrogel Scaffold Terenkapsulasi Superparamagnetic Iron-Oxide Nanoparticle-Aptamer Sebagai Novel Terapi Kanker Prostat Tertarget” berhasil lolos dan dipresentasikan pada final round.
“Esai tersebut mengulas tentang Apigenin yang dikonjugasikan dengan terapi berbasis RNA dengan enkapsulasi SPIONs-Aptamer sebagai terapi kombinasi untuk meningkatkan sensitivitas terapi tertarget. Harapannya adalah kedua kombinasi tersebut dapat meningkatkan efikasi pasien dengan toksisitas pada sel normal yang terminimalisir,” jelas Afif, panggilan akrab Mochamad Afifudin.
Menurut Afif, ide pembuatan karya tersebut muncul karena dirinya ingin mengoptimalkan terapi kanker (yang seringkali menggunakan kurkumin) dengan agen lainnya. Pada akhirnya dirinya menemukan studi terbaru yang menunjukkan bahwa Apigenin (derivat fenolik yang serupa dengan kurkumin) ternyata memiliki toksisitas terhadap sel kanker prostat yang lebih tinggi. Selain itu studi preklinis terbaru juga menunjukkan kemampuan induksi apoptosis sel kanker yang lebih tinggi pada kombinasi antara terapi apigenin dan terapi genetik.