dr. Huda Nur Rahman, Sampaikan Pidato Pelantikan dan Sumpah Dokter FK UII 2015 Periode XXXI
Kaliurang (UII News – 27/10) – Perkenankan kami mewakili rekan-rekan Peserta Pelantikan dan Sumpah Dokter Periode XXXI FK UII berdiri di mimbar ini untuk menghaturkan sambutan. Sambutan terhadap sebuah moment ceremonial yang begitu penting dalam perjalanan hidup kami. Proses pendidikan yang begitu panjang telah kami lalui, lika-liku perjalanan pendidikan di kampus maupun di rumah sakit telah kami selesaikan. Pastinya dengan izin Allah SWT semuanya dapat terlampaui. Peran peran berbagai pihak yang telah mendukung proses pembelajaran tentunya juga sangat berharga bagi kami, oleh karenanya kami menghaturkan terimakasih kepada.
Hal tersebut disampaikan oleh dr. Huda Nur Rahman, saat menyampaikan pidatonya di acara Sumpah dan Pelatikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indoensia pada hari Selasa, 27 Oktober 2015 / 14 Muharam 1437 H di auditorium KH. Abdul Kahar Muzakir, Komplek Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia, Jalan Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.
Lebih lanjut Huda mengucapkan kepada Rektor Universitas Islam Indonesia yang telah memberikan kami kesempatan belajar di lingkungan kampus ini. Semoga Kesempatan yang telah diberikan ini dapat kami balas dengan prestasi yang tentunya membanggakan bagi Universitas Islam Indonesia
Tak kalah besarnya kami ucapkan terimakasih kepada Pimpinan FK UII dan jajarannya yang telah banyak mengarahkan kami dalam proses pembelajaran. Dengan harapan kedepan lulusan FK UII dapat menjadi Dokter bintang lima yang menjungjung tinggi nilai-nilai agama.
Kepada para Dokter pengajar dan pendidik baik di kampus maupun di Rumah Sakit Pendidikan Terimakasih atas ilmu yang telah diajarkan kepada kami, kami mohon maaf bila selama proses pendidikan banyak kekeliruan yang kami lakukan. semoga seluruh ilmu dan kebaikan yang telah ditanamkan kepada kami, dapat kami amalkan, sehingga Allah SWT mengganjar dokter pengajar dan pendidik dengan sebaik baik ganjaran. Dan tentunya kami berdoa kepada ALLAH agar para dosen pengajar dan pendidik diberikan kesehatan dan umur panjang, sehingga senantiasa dapat mencetak dokter-dokter muslim yang rahmatallil’alamiin
Hadirin yang dirahmati Allah SWT
Selanjutnya kami haturkan terimakasih kepada sosok yang sangat berpengaruh dalam proses pendidikan ini yakni kedua orang tua kami. Perannya begitu penting dalam proses pendidikan ini, bagaikan seseorang yang menjaga nyala api lilin ditengah terpaan badai, begitulah kami menggambarkan semangat orangtua kami dalam menjaga semangat kami putra putrinya. Darinya kami banyak belajar tentang keteguhan dan kekuatan. Senyum dan perasaan optimistis beliau dalam mengadapi kehidupan ini, merupakan dorongan luar biasa sekaligus menjadi bahan refleksi kami dalam menjalani hidup
Kepada rekan rekan sejawat peserta pelantikan dan sumpah dokter
Akhirnya kita sampai diproses yang kita tunggu bertahun tahun, perlu diingat sesungguhnya saat ini merupakan awal, bagaimana kita dapat berdedikasi, bukan hanya kepada nama profesi yang harus kita junjung tinggi ataupun almamater ini, bukan hanya kepada orang tua yang kita hormati, namun bagaimana seorang hamba dapat berdedikasi kepada Sang Ilahi, memelihara kehidupan ini.
Jika kita layangkan ingatan kebelakang, banyak memori perjuangan pendidikan yang berliku-liku, ketika kita pertama masuk FK UII, ada yang mendaftar sekali langsung diterima, bahkan ada yang mendaftar lebih dari lima kali baru diterima, setelah itu kita memasuki proses adaptasi dari siswa menjadi mahasiswa, semuanya terasa asing dan baru karena proses pembelajaran yang berbeda, di jenjang perkuliahan kita mengenal diskusi tutorial, keterampilan medik, praktikum, kuliah pakar, mentoring dan lain sebagainya, yang pastinya setiap kegiatan tersebut menambah stressor kita, bahkan tak jarang banyak yang bertanya, kapan aku ini lulus ?, namun waktu yang menjawab, kita selesaikan proses pendidikan di kampus, dan kita lanjutkan proses pendidikan klinik dirumah sakit pendidikan yang letaknya tidaklah dekat (Madiun, Ngawi, Sragen, Magetan, Pacitan dan lain sebagainya).
Proses pendidikan klinik atau Koass pastinya menginggalkan cerita yang lebih dalam. Kita mulai dikenalkan dunia kesehatan yang lebih nyata. Sering kita tetap harus terjaga di malam hari untuk berjaga di IGD, mengerjakan presentasi kasus, jaga ruangan, dan berbagai aktivitas lainnya yang saat itu terasa berat dilalui. Tidak jarang kita harus tetap bertahan pada kondisi berhari-hari tidak mendapatkan istirahat yang cukup, bahkan harus tetap bersabar terpisah dari anggota keluarga pada momemn-momen hari raya. Perjuangan pendidikan kita dilanjutkan oleh UKDI menutup seluruh rangkaian pendidikan profesi dokter tersebut.
Proses panjang yang kita lalui semoga tetap tersimpan, namun yang perlu diingat, memori perjuangan pendidikan yang tidak mudah tersebut, bukanlah menjadi alasan dokter untuk menjadi arogan, marilah kita berusaha menjadi pribadi yang tetap santun. Dan selalu haus akan ilmu pengetahuan.
Rekan-rekan sejawat yang berbahagia
Seharusnya kita membuka mata lebar-lebar terhadap permasalahan SDM di bidang kesehatan di Indonesia yang rasanya tak kunjung usai, menurut WHO permasalahan SDM di bidang kesehatan akibat dari rendahnya kuantitas, kualitas, distribusi dan produktifitas. Jika kita lihat bangsa ini, menurut data Konsil Kedokteran Indonesia, terdapat kurang lebih 160 ribu dokter, yang mana lebih dari 70 % berada di Indonesia bagian barat, sebagian di Indonesia bagian tengah dan sebagian kecil berada di Indonesia bagian timur. Kita akui jumlah dokter selalu bertambah setiap tahunnya, namun distribusinya masih belum merata, ditambah jumlah warga Indonesia juga senantiasa bertambah.
Tentunya hal tersebut menjadi tantangan bagi rekan rekan sejawat, oleh karenanya marilah kita luruskan niat yang berikat sumpah ini, agar kedepanya kita dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi bangsa ini.
Marilah kita bersatu dalam membangan kesehatan bangsa ini, masukkan “nilai-nilai kebenaran “ kedalam seluruh sektor kesehatan di Indonesia. Jika sebagian rekan menjadi klinisi dan akademisi, maka sebagian lain dari rekan-rekan mengambil porsi untuk mengobati sistem kesehatan di Negara ini. Demi Indonesia yang lebih sehat.
“Selepas kegiatan ini berakhir, kita akan menjalani hidup sebagai seorang dokter. Yang setiap detiknya adalah detik-detik pengabdian. Yang setiap ucapan, sikap, dan tindakannya terikat dengan sumpah luhur profesi ini, dan merupakan cerminan keindahan hati. Mari kita lakukan yang terbaik, menjalani nafas panjang pengabdian profesi ini, hingga habis masa pengabdian kita, hingga tutup usia kita. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi setiap langkah kita dan memberikan kita kekuatan untuk menjalani semuanya,” demikian pidato dari dr. Huda Nur Rahman. Wibowo/Tri