[:id]Lombok Berduka, FK UII Kirim Bantuan Medis & Logistik [:]
[:id]
LOMBOK (Ath-Thib) – Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7 Mw yang melanda Pulau Lombok pada tanggal 5 Agustus 2018, pukul 19:46 WITA menimbulkan dampak yang sangat dahsyat. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan korban meninggal mencapai 560 orang, sementara 1.469 orang mengalami luka-luka, dan 396.032 orang lainnya harus mengungsi. Dari segi kerusakan fisik, gempa Lombok mengakibatkan 83.392 unit rumah dan 3.540 unit fasilitas umum-sosial rusak. Diperkirakan dana yang diperlukan untuk semua upaya pemulihan akibat gempa ini mencapai total 6 triliun rupiah.
Gempa Lombok yang menyisakan duka mendalam bagi warga lokal dan bangsa Indonesia tersebut memanggil para relawan dari seluruh penjuru nusantara untuk turut membantu meringankan beban para korban, tidak terkecuali Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII). Dengan potensi sumber daya dan jaringan yang dimiliki, relawan FK UII yang berasal dari dosen, alumni, dan mahasiswa bergabung dalam Tim Relawan Medis (TRM) UII untuk diterjunkan ke berbagai lokasi bencana di Lombok. Selain Tim Medis, FK UII juga mengirimkan bantuan logistik bagi masyarakat Lombok mengingat keterbatasan perlengkapan yang dialami para korban juga cukup besar.
TRM UII terdiri dari para personel dengan berbagai latar belakang profesi, tidak hanya dokter umum, dokter spesialis, dan mahasiswa kedokteran, ada juga perawat, mahasiswa pendidikan profesi apoteker, mahasiswa magister psikologi, dan driver. Hal ini menunjukkan bahwa TRM UII tidak hanya membidik sisi kesehatan fisik para korban saja untuk dibantu, namun juga aspek psikologis para korban gempa juga menjadi prioritas untuk dipulihkan. Selain itu tenaga driver juga sangat diperlukan guna mobilisasi ke berbagai wilayah untuk menunjang kinerja tim. Dengan mobilisasi yang baik, tim dapat bergerak ke banyak area yang membutuhkan atau bahkan belum tersentuh bantuan dari pemerintah atau relawan. Pengiriman TRM UII dilaksanakan hingga 4 tahap pemberangkatan dalam rentang waktu tanggal 7 – 24 Agustus 2018.
Menurut dr. M. Kharisma, Koordinator TRM UII Tahap I, tugas utama TRM UII adalah sebagai “mata” resmi UII dan membantu kondisi akut di lapangan. Sebagai “mata” resmi UII, tim tidak hanya memberikan bantuan namun juga turut memantau kondisi lapangan guna memetakan berbagai kebutuhan yang masih diperlukan para korban gempa Lombok. Kekurangan kebutuhan tersebut dapat diteruskan kepada tim tahap berikutnya yang akan diberangkatkan ke Lombok.
“Tim kami berangkat ke Lombok pada hari Selasa, 7 Agustus 2018. Tiba di bandara jam 21.15 WITA. Esoknya kami melakukan koordinasi dengan Pos Gabungan Medis di lapangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Kabupaten Lombok Utara (KLU). Secara umum pergerakan kami bagi menjadi dua tim, yaitu: tim mobile yang membantu logistik, survey, dan pengobatan keliling, dan tim 2 fixed yang membentuk posko kesehatan di Dusun Lengkukun, Desa Kayangan, Lombok Utara. Selain terus melakukan koordinasi dengan UII dan Pos Gabungan Medis RSUD KLU, kami juga dibantu oleh tim dari FMIPA dan Mahasiswa PANDU UII,” jelas dokter Kharisma.
Menurut dokter Kharisma, di Dusun Lengkukun sendiri terdapat 200 KK yang terdampak dengan korban meninggal mencapai 6 orang dan belum ada posko kesehatan. Kebutuhan logistik yang cukup besar adalah makanan, selimut, air minum, dan obat-obatan. “Selain itu di Dusun Lengkungkun sinyal ponsel juga minim, sehingga komunikasi juga mengalami hambatan. Edukasi dengan para korban juga cukup sulit karena kendala bahasa. Biasanya kami melibatkan penduduk setempat yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik untuk membantu edukasi,” ujarnya.
Selama bertugas di Lombok, dokter Kharisma mengungkapkan bahwa para relawan di sana juga merasakan berbagai gempa susulan yang masih banyak terjadi. Bahkan pernah ketika tim dalam perjalanan, tiba-tiba terjadi gempa dan saat berada depan sebuah puskesmas banyak warga yang terluka berkumpul di situ namun minim petugas. Akhirnya tim menghentikan perjalanan dan segera membantu menangani para korban yang terluka tersebut.
“Salah satu hal yang berkesan dari tugas ini adalah berlatih tawakal karena selain masih sering terjadi gempa, daerah pos kesehatan kami ada di pesisir pantai. Bila sewaktu-waktu terjadi gempa yang menyebabkan tsunami, ya kami hanya bisa pasrah,” kesannya.
Berdasarkan pengamatan dan analisa dalam berbagai rapat antar tim medis gabungan di RSUD Tanjung KLU, keberadaan para relawan khususnya di bidang medis sangat diperlukan. Contohnya untuk dokter umum diminta untuk menjaga pos atau membatu menjadi dokter penunjang di puskesmas sampai puskeskesmas dapat berjalan normal kembali, ataupun dokter spesialis diminta tolong untuk membantu RS secara berkesinambungan sampai fixed kembali berfungsi normal. Sehingga dalam hal ini para relawan seperti TRM UII diharapkan dapat diteruskan tugasnya oleh tim tahap berikutnya. Selain itu sanitasi dan gizi masih menjadi masalah secara umum yang berdampak pada kesehatan sehingga pihak berwenang diharapkan dapat segera membangun instalasi listrik, rumah, air, dan sanitasi.
Hal lain yang cukup istimewa pada TRM UII adalah adanya dokter-dokter spesialis yang juga turut menjadi relawan medis. Tercatat terdapat tiga dokter spesialis dari lingkup FK UII, yaitu: dr. Muhammad Yusuf Hizam, Sp.An (Alumni, Dosen Departemen Anestesi) sekaligus koordinator TRM UII Tahap 2, dr. Yasmini Fitriati, Sp.OG (Dosen Departemen Obstetri dan Gynekologi), dan dr. Berliani Hijriawati, Sp.BA (Alumni). Para dokter spesialis ini berangkat dari Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta pada tanggal 12 Agustus 2018.
“Tim kami awalnya terdiri dari dua dokter umum, satu dokter spesialis anestesi, satu dokter spesialis bedah anak, satu dokter spesialis obgyn, satu perawat bedah, dan dua driver. Kemudian bergabung rekan-rekan psikolog dari FPSB UII sebanyak lima orang. Posko kami dipusatkan di KLU untuk membantu RS Lapangan Tanjung sebagai RS lapangan karena bangunan RSUD Tanjung rusak akibat gempa. Para dokter spesialis kami membantu pelayanan spesialis di RS Lapangan Tanjung, RSUD Awet Muda Lombok Barat, dan RS Apung Ksatria Airlangga di Pelabuhan Bangsal Pemenang,” jelas dokter Syifa Mahmud Syukron, salah satu personel TRM UII Tahap II.
“Kondisi korban gempa Lombok sungguh memprihatinkan, sebagian besar rumah korban yang berada di KLU, terutama di Kecamatan Kayangan, Gangga, dan Tanjung mengalami kerusakan yang sangat parah, bahkan sampai rata dengan tanah sehingga memaksa korban untuk tinggal di tenda-tenda posko pengungsian ataupun tenda yang didirikan di sekitar rumah mereka yang roboh. Pasien yang kami tangani sebagian besar adalah pasien-pasien dengan penyakit saluran pernafasan, gangguan pencernaan seperti diare, dan beberapa penyakit kulit. Terkadang masih ada juga beberapa pasien dengan trauma muskuloskeletal akibat gempa yang masih belum tertangani,” tambah dokter Syifa.
Alhamdulillah, selama bertugas di Lombok para personel TRM UII senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan oleh Allah SWT untuk membantu para korban gempa semaksimal yang bisa dilakukan. Apa yang telah dilakukan oleh TRM UII benar-benar menunjukkan bahwa visi rahmatan lil ‘alamin yang diusung universitas maupun fakultas merupakan sesuatu yang dapat diimplementasikan secara nyata dan menjadi inspirasi bagi kita semua. Selain itu, doa juga senantiasa kita panjatkan bagi saudara-saudara kita di Lombok agar diberikan ketabahan, semangat, serta optimisme sehingga Lombok dapat segera bangkit dan pulih kembali seperti sedia kala, amin. (dsh)[:]