[:id]FK UII dan Perki Mengadakan ACLS periode 23-25 September 2016[:]
[:id]
Kaliurang (UIINews) – Jantung merupakan salah satu organ vital manusia yang berfungsi untuk memompa darah dan membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh. Sebagai salah satu organ yang berperan penting dalam keberlangsungan hidup manusia, organ ini menjadi kunci utama penyelamatan hidup seseorang.
Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh darah. Menurut Depkes RI (2012) jenis penyakit yang dapat digolongkan ke dalam penyakit jantung dan pembuluh darah adalah: penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak, penyakit jantung hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit gagal jantung, penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, kardiomiopati, dan penyakit kelainan katup jantung.
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia. WHO tahun 2011 menyatakan bahwa penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik, dan sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung lainnya. Diperkirakan pada tahun 2030 sebanyak 23,6 juta orang di dunia akan meninggal karena penyakit kardiovaskular.
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa peringkat penyakit kardiovaskular sebagai penyebab kematian semakin meningkat. Berdasarkan hasil SKRT tahun 2002 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (usia di atas 15 tahun) sebesar 6,0% dan meningkat lagi di tahun 2005 sebesar 8,4%. Menurut Riskesdas tahun 2013, provinsi dengan prevalensi penyakit jantung koroner pada umur ≥ 15 tahun menurut diagnosis dokter/gejala tertinggi ialah Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%), sedangkan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Riau (0,3%).
Penyakit jantung koroner atau PJK (Coronary Artery Disease atau CAD) merupakan penyakit yang paling sering terjadi dengan tingkat mortalitas yang tinggi dan merupakan penyebab utama kematian pada hampir semua negara di dunia. Di Amerika Serikat, tingkat kematian akibat PJK adalah 144,4 per 100.000 populasi. American Heart Association (AHA) menyebutkan bahwa pada tahun 2008, sekitar 770.000 orang Amerika mengalami serangan jantung koroner pertama dan sekitar 430.000 orang menderita serangan berulang. Selain itu, sekitar 190.000 orang, mengalami komplikasi penyakit koroner setiap tahunnya. AHA melaporkan bahwa setiap 26 detik, 1 orang Amerika akan mendapat penyakit jantung koroner dan setiap menit, 1 orang Amerika meninggal karena penyakit ini. Menurut WHO tahun 2004, pada tingkat global, 3,8 juta laki-laki dan 3,4 juta perempuan meninggal dunia akibat PJK setiap tahun.
Kematian pada penyakit kardiovaskular lebih sering disebabkan karena penanganan kegawatdaruratan jantung yang kurang cepat dan tepat. Kegawatdaruratan jantung termasuk henti jantung, renjatan (syok), dan gagal jantung akut adalah penyulit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi pada penderita sindrom koroner akut, khususnya infark miokard akut. Kematian ini bisa terjadi di luar rumah sakit maupun setelah masuk perawatan di rumah sakit. Antisipasi dan tindakan yang cepat yang tepat dalam menit-menit pertama oleh tenaga-tenaga terlatih akan mengurangi kemungkinan terjadinya henti jantung, renjatan, dan gagal jantung akut. Edukasi sangat penting dilakukan kepada masyarakat terutama penderita penyakit jantung dan pembuluh darah dengan harapan akan membuat mereka lebih cepat mencurigai dan menyadari kemungkinan serangan jantung sehingga penyakit jantung bisa terdeteksi secara dini serta lebih cepat mencari pertolongan.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia melalui Unit Continuing Medical Education (CME) berkerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) mengadakan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) pada tanggal 23-25 September 2016 bertempat di Auditorium lantai 1 gedung Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia jalan Kaliurang km 14.5 Yogyakarta. Pelatihan ini diikuti oleh 26 orang dokter lulusan dari berbagai perguruan tinggi negeri dengan peserta terbanyak berasal dari dokter alumni FK UII.
Pelatihan ACLS kali ini dipimpin oleh dr. Hasanah Mumpuni, Sp.PD, Sp.JP(K) dan berlangsung secara intensif selama 3 hari melalui kuliah terarah, diskusi interaktif, dan kerja tim, serta pelatihan keterampilan dalam skill station dan megacode dengan menggunakan alat-alat simulasi yang paling modern. Materi dari pelatihan ini berisikan materi Basic Life Support (Bantuan Hidup Dasar),Airway Management dan Advanced Cardiac Life Support (Bantuan Hidup Lanjut). Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberikan bekal pengetahuan serta keterampilan bagi tenaga medis terutama Dokter agar dapat menangani secara komprehensif kegawatdaruratan jantung yang dialami pasien di pelayanan medis.
Kedepannya pelatihan ACLS ini akan terus dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia agar kualitas pelayanan dokter kepada pasien kegawatdaruratan jantung makin baik sehingga diharapkan juga angka kematian akibat kegawatdaruratan jantung dapat menurun. (ABT)
[:]