Belajar dari “Guru Diam” : FK UII Gelar Workshop Diseksi Kadaver dan Pembuatan Video Ajar Anatomi

SLEMAN, (29/11/2025) – Memahami anatomi tubuh manusia bukan sekadar menghafal teks, tapi juga menyentuh dan melihat langsung keagungan ciptaan-Nya. Semangat inilah yang dibawa oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) dalam gelaran Workshop Diseksi Kadaver Ekstremitas dan Pemanfaatannya untuk Media Pembelajaran.

Acara yang berlangsung intensif selama dua hari, yakni 27-28 November 2025, bertempat di Laboratorium Anatomi FK UII, Sleman, Yogyakarta. Workshop ini menghadirkan pakar anatomi dr. Zainuri Sabta Nugraha, M.Sc., PAK (K) sebagai narasumber utama yang memandu sesi hands-on pembedahan.

Upgrade Skill dan Literasi Digital

Tema yang diangkat kali ini terbilang spesial. Fokus pada “Diseksi Ekstremitas” berarti peserta diajak mendalami struktur anatomi anggota gerak (lengan dan tungkai) secara detail—mulai dari otot, saraf, hingga pembuluh darah.

Tak hanya mengasah skill bedah, workshop ini juga menjawab tantangan era digital dengan menyisipkan materi pembuatan media pembelajaran. Peserta diajarkan bagaimana mendokumentasikan proses diseksi menjadi video ajar yang edukatif, sebuah skill mahal bagi calon dosen atau edukator medis di masa depan.

Pesan Dekan: Etika Adab di Atas Ilmu

Dalam sambutannya, Dekan FK UII, Dr. dr. Isnatin Miladiyah, M.Kes., menekankan bahwa kegiatan ini adalah momentum langka yang baru kembali terlaksana setelah vakum sekitar empat tahun. Beliau menyebutkan keberadaan kadaver yang masih utuh sebagai fasilitas belajar yang harus disyukuri.

Namun, Dr. Isnatin memberikan reminder keras namun menyentuh hati terkait adab memperlakukan kadaver. Bagi beliau, kadaver bukan sekadar objek praktik, melainkan “Guru Diam” yang harus dihormati selayaknya manusia hidup.

“Ingat, ini adalah manusia. Kita harus menghormati beliau. Jenazah ini dulunya adalah seorang hamba yang hidup,” ujar Dr. Isnatin dengan penuh penekanan.

Beliau juga mewanti-wanti peserta untuk menjaga lisan dan menutup aib jenazah. “Jangan sampai ada niatan ngerasani (bergunjing) atau mencela fisik. Kita belajar darinya untuk memaknai ilmu Allah. Niatkan ini sebagai rasa syukur karena kita bisa melihat detail ciptaan Tuhan yang luar biasa rumit dan indah,” tambahnya.

Lebih lanjut, Dekan FK UII berharap workshop ini menjadi fondasi kuat, terutama bagi mahasiswa yang bercita-cita mengambil spesialisasi bedah. “Anatomi adalah penguatannya. Sense adik-adik saat melihat organ harus dilatih dari sekarang,” jelasnya. Selain itu, kemampuan membuat video ajar diharapkan menjadi bekal berharga bagi mereka yang kelak ingin terjun ke dunia akademis sebagai dosen.

Foto bersama peserta pelatihan

Acara ditutup dengan doa bersama untuk kadaver yang telah berjasa menjadi sarana ilmu. Workshop ini diharapkan tidak hanya melahirkan dokter yang terampil membedah, tapi juga dokter yang menjunjung tinggi etika dan rasa syukur atas kehidupan. (rahman)