Talk Show Good Life Solusi Sehat: Peran Keluarga Dalam Pengelolaan Penyakit Kronis

Peran Keluarga Dalam Pengelolaan Penyakit Kronis

Bersama: dr. Yayuk Fathonah, MSc.

Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan dalam Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga.

Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:

  1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
  2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
  3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
  4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
  5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah :
  6. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya,
  7. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,
  8. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
  9. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,
  10. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan

Salah satu penyakit tidak menular yang cukup penting dalam Pendekatan Keluarga adalah hipertensi (tekanan darah tinggi). Prevalensi hipertensi pada orang dewasa menurut Riskesdas tahun 2013 adalah 25,8% dan pada tahun 2018 mencapai 34,1%. Dari sejumlah itu baru 36,8% yang telah kontak dengan petugas kesehatan, sementara sisanya sekitar 2/3 tidak tahu kalau dirinya menderita hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa bila tidak menggunakan pendekatan keluarga, 2/3 bagian penderita hipertensi tidak akan tertangani. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan keluarga mutlak harus dilakukan bila kita ingin pengendalian penyakit hipertensi berhasil.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, dari seluruh penderita Hipertensi di Indonesia yang tutin minum obat :

  1. Rutin :54,4%
  2. Tidak rutin : 32,27 %
  3. Tidak minum obat :13,33%

Alasan tidak minum obat sesuai petunjuk :

  1. Sering lupa
  2. Obat tidak tersedia
  3. Minum obat tradisional
  4. Tidak tahan efek samping obat
  5. Tidak mampu beli obat rutin
  6. Tidak rutin berobat (31.3%)
  7. Merasa sudah sehat (terbanyak = 59,8%)

Proporsi kerutinan mengukur tekanan darah penduduk Indonesia :

  1. Rutin : 12%
  2. Kadang-kadang : 47%
  3. Tidak : 41%

Penyakit kedua yang penting juga diperhatikan adalah diabetes mellitus. Prevalensi DM di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2013 adalah 6,9% dan tahun 2018 sebesar 8,5%. Kepatuhan minum atau suntik obat rutin sebesar 90,56%.

Alasan tidak minum obat sesuai petunjuk :

  1. Sering lupa
  2. Obat tidak tersedia di fasyankes
  3. Minum obat tradisional (25,29%)
  4. Tidak tahan efek samping obat
  5. Tidak mampu beli obat rutin
  6. Tidak rutin berobat (30,24 %)
  7. Merasa sudah sehat (terbanyak = 50,40%)

Jenis pengendalian DM :

  1. Pengaturan makan : 80,2%
  2. Olah raga : 48,1%
  3. Obat herbal : 35,7%

Proporsi kerutinan memeriksakan gula darah pada penduduk Indonesia :

  1. Rutin : 1,8 %
  2. Kadang-kadang : 12,8 %
  3. Tidak pernah : 85,5 %

 

Diabetes mellitus dan hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terbesar dan menjadi tantangan dalam sistem kesehatan. Diabetes mellitus dan hipertensi menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan angka kematian akibat berbagai komplikasi yang ditimbulkannya. Penyakit kronik diatas membutuhkan perawatan jangka panjang sehingga berdampak terhadap timbulnya biaya perawatan yang besar. Beban ini menjadi pertimbangan bagi para pengambil kebijakan untuk membuat sistem perawatan yang berkelanjutan.

 

Self management merupakan unsur terpenting dalam pengelolaan penyakit kronis untuk mempertahan kontrol tekanan darah dan kadar gula yang baik Penderita harus diberdayakan untuk melakukan self management agar penyakitnya selalu terkontrol, mencegah komplikasi dan memiliki kualitas hidup yang optimal. Ada empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari self management, yaitu karakter pasien, keluarga pasien, dokter dan sistem kesehatan, serta komunitas pasien. Karakterisitik keluarga pasien merupakan konteks sosial utama dari manajemen penyakit kronis yang belum banyak di eksplorasi. Intervensi yang melibatkan anggota keluarga digunakan untuk merancang strategi perawatan penyakit kronis, karena keluarga mempunyai peran sangat penting dalam upaya self management pasien penyakit kronis di unit layanan primer.