Sofware Image Memudahkan Pemeriksaan Preparat Histologi

Kaliurang (UII News) – Pertemuan llmiah regional tahunan sangat penting diadakan untuk saling bersilaturahmi antar anggota serta berbagi ilmu untuk pengembangan ilmu Anatomi dan Histologi. Kegiatan ini direncanakan setiap tahun, meskipun karena kesibukan masing-masing, jadwalnya sering mundur.

            Hal tersebut disampaikan oleh dr. Ika Fidyaningsih, M.Sc dari Depatemen Histologi FK UII seuasi mengikuti Pertemuan ilmiah Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia (PIN PAAI) Komisariat Yogyakarta yang dilaksanakan setiap tahun, dengan tempat yang bergantian. Pertemuan PIN PAAI kali ini dilaksanakan pada Sabtu tanggal 24 Januari 2014 / 03 Rabiul Akhir 1436 H, di Lantai 2 Ruang Teater Gedung Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universtas Gadajah Mada.

            Lebih lanjut dokter Ika menyampaikan bahwa yang mengikuti pertemuan ini umumnya adalah dokter, dokter gigi, dokter hewan dalam bidang Anatomi dan Histologi. Peserta lain adalah ahli biologi atau antropologi, dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Biologi berbagai Universitas se-Yogyakarta, misalnya FKUII, FK UMY, FKG UMY, FK UGM, FKG UGM, FKH UGM, Biologi. Peserta dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia yaitu 1 orang staf dari Departemen Anatomi dan satu orang staf dari Departemen histologi, satu orang dari Departemen Fisiologi.

            “Kegiatan dalam PIN PAAI 2015 ini meliputi ; Kuliah Stereologi, Presentasi poster, Praktek Image J”, demikian jelasnya.

            Ditambahkan juga oleh dokter Ika dari acara tersebut bahwa  penelitian histologi mengenai penilaian gambaran struktur organ masih belum ada standar. Namun demikian stereologi menawarkan pendekatan agar penilaian lebih tepat dan akurat. Ilmu ini mempelajari bagaimana menghitung suatu partikel pada suatu benda atau ruang dengan bentuk yang tidak teratur.  Beberapa jurnal telah mensyaratkan penilaian histologi harus berdasar steeologi, meskipun banyak jurnal belum mengharuskannya. Hasil penelitian menunjukkan penghitungan lebih tepat dibandingkan tanpa memperhatikan stereologi. Namun demikian pembuatan irisan preparat paling lebih banyak, yang artinya membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar. Sementara penelitian di Indonesia, dana masih sangat terbatas.

            “Sedangkan untuk sofware image memudahkan pemeriksaan preparat histologi. Hal ini menarik untuk dikenalkan kepada mahasiswa yang melakukan penelitian histologi”, tambahnya. Diakhir laporannya, dokter Ika berharap semoga staf edukatif FK UII senantiasa dapat aktif dan berperran serta dalam kegiatan  ilmiah seperti ini. Wibowo