Ruqyah Metode Pengobatan Masa Kini?

Ruqyah Metode Pengobatan Masa Kini?

Oleh : Muhammad Zainudin A (177102501)

Persepsi pada masyarakat awam tentang terapi ruqyah hanya sekedar terapi untuk gangguan mejik/mistis, kesurupan jin atau hal-hal yang bersifat gaib. Dibalik itu, ruqyah seakan menjadi obat alternatif penyakit fisik selain pengobatan medis. Tak jarang saat ini terapi ruqyah mulai dibuka di beberapa tempat dan diyakini oleh orang awam sebagai metode pengobatan yang aman. Walaupun gerak populasi dan teknologi semakin berkembang, namun metode ruqyah sebenarnya sudah ada pada nash Al-qur’an, yakni pada surat Al Israa’ ayat 82 yang menerangkan Al- Qur,an sebagai obat.

Artinya: Dan Kami turunkan Al-Qur’an menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian (S. Al Israa’: 82)

Hadits qudsi juga turut menguatkan tentang metode pengobatan ruqyah ini

Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pengobatan adalah (dengan) Al-Qur’an.” (H. R. Ibnu Majah).

Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah terapi ruqyah merupakan terapi dengan melafatkan doa baik dari Al Qur’an maupun As-Sunnah untuk menyembuhkan suatu penyakit. Terapi ruqyah tidak terbatas pada gangguan jin, tetapi juga mencakup terapi fisik dan gangguan jiwa. Terapi ruqyah ini mengandung unsur tawassul kepada Allah melalui kesempurnaan rububiyah dan rahmat-Nya yang memberi kesembuhan. Karena memang Allah satu-satunya yang dapat memberikan kesembuhan.[1] Sebuah contoh terapi ruqyah yang dilakukan oleh Rasulullah sendiri diriwayatkan pada Shahih Bukhori dan Muslim adalah ketika menjenguk keluarganya yang sedang sakit, beliau mengusap tubuhnya dengan tangan kanan sambil berkata:

Artinya: Ya Allah, Rabb dari sekalian manusia! Lenyapkanlah rasa sakitnya, berikanlah kepadanya kesembuhan karena Engkau adalah Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan karena pertolongan-Mu; kesembuhan yang tidak diiringi dengan sakit lain (HR Bukhari 535 dan Muslim 2191)

Sebuah penelitian menyatakan bahwa tingkat kemujaraban terapi ruqyah sangat tergantung kepada seberapa jauh tingkat sugesti keimanan seseorang.[2] Sugesti yang dimaksud dapat diraih dengan mendengar, membaca, memahami, merenungkan, serta melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an. Pengaruh ruqyah membuat hati menyadari akan fungsi utama yaitu mengenal Tuhan Penciptanya. Pengenalan ini akan membangkitkan harapan akan kesembuhan penyakit yang dideritanya, karena sudah meyakini akan kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya. Keyakinan akan kemurahan Allah, pada gilirannya akan memperkuat ketahanan tubuh dan seluruh jaringan tubuh akan terangsang untuk menolak penyakit yang telah menimpa dirinya.

Kesembuhan merupakan kuasa dari Sang Pencipta, sebagai hamba seyogyanya seorang muslim ketika diuji dengan sakit dapat melakukan usaha atau ikhtiyar untuk mendapat kesembuhan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah pengobatan secara medis, tentunya akan lebih baik jika diimbangi dengan terapi ruqyah. Terapi ruqyah tersebut tidak harus dilakukan dengan mendatangi tempat-tempat praktik, melainkan juga dapat dilakukan secara mandiri di rumah sesuai dengan tuntunan syariat.

Referensi

[1] I. Q. Al-Jauziyah, A. H. Al Munawar, and A. R. Umar, Sistem Kedokteran Nabi: Kesehatan dan Pengobatan Menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW. Semarang: Dina Utama, 1994.

[2] S. Qodariah, “Pengaruh Terapi Ruqyah Syar’iyyah Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan,” Scientica, vol. 2, no. 2, pp. 23–37, 2015.

Penulis:

[1] Etry Novica Kurniasari

[2] Muhammad Zainudin A (177102501)