rehidrasi, tindakan penting atasi diare

REHIDRASI, TINDAKAN PENTING ATASI DIARE
Oleh: dr. Titik Kuntari, MPH

Diare adalah sebuah keadaan dimana seseorang mengalami fase buang air besar lebih dari 3 (tiga) kali sehari dengan konsistensi feces yang cair. Feces pada penderita diare bisa tanpa atau disertai lendir maupun darah, tergantung pada faktor penyebabnya. Diare cair pada anak paling sering  disebabkan oleh rotavirus sehingga penanganannya tidak memerlukan antibiotika. Sementara diare yang disertai lendir atau darah (disentri) biasanya disebabkan oleh Shigella sp atau Entamoeba hystolitica, untuk penatalaksanaan diare ini memerlukan pemberian antibiotika yang tepat. Demikian juga diare yang disebabkan oleh Vibrio cholera. Penderita cholera biasanya mengalami buang air besar yang cukup sering (lebih dari 10 kali/hari), feces cair berwarna seperti air cucian beras/leri. Karena banyaknya cairan yang dikeluarkan maka pasien cenderung akan mengalami dehidrasi.

 
Meskipun tampaknya sederhana, diare pada anak yang tidak ditangani dengan serius dan benar dapat menyebabkan dampak yang cukup serius. Sampai saat ini, diare masih menjadi salah satu penyebab terbanyak kematian balita terutama di negara miskin maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Kematian balita penderita diare ini sebagian besar disebabkan oleh karena dehidrasi yang tidak bisa tertangani.
Keterlambatan untuk mendapatkan pertolongan memegang peranan dalam terjadinya kematian akibat diare tersebut. Seringkali anak di bawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan dehidrasi berat dan disertai penurunan kesadaran atau faktor lainnya seperti kejang, sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Padahal dengan terapi awal yang tepat, diare akan mudah disembuhkan.
Orang yang sedang mengalami diare akan mengeluarkan banyak cairan melalui cairan feces atau muntah yang sering menyertai diare. Karena itu, langkah tepat yang harus dilakukan adalah memberikan cairan secukupnya. Cairan diberikan untuk menggantikan cairan yang terbuang karena diare maupun muntah serta untuk rumatan/maintenance (mempertahankan kondisi tubuh agar tidak dehidrasi lagi).  Ibu-ibu yang balitanya mengalami diare sebaiknya tetap memberikan ASI jika sebelum diare anaknya masih menyusui. Selain itu, anak bisa juga diberi minum lainnya, misalnya susu, kuah sayur, sup, oralit, LGG(larutan gula garam) dan sebagainya.
 
Jika anak bisa mengkonsumsi makanan, ibu hendaknya memberikan makanan harian. Penelitian menunjukkan bahwa selama diare, terjadi kerusakan pada jonjot-jonjot usus. Pemberian makanan akan mempercepat penyembuhan (healing) kerusakan tersebut. Makanan juga penting untuk suplai gizi pada penderita diare tersebut. Diare dan gizi buruk diketahui  merupakan lingkaran setan, gizi buruk mempermudah anak menderita diare dan sebaliknya diare bisa mengakibatkan gizi buruk. Prinsip- prinsip ini berlawanan dengan keyakinan masyarakat dulu bahwa anak yang diare harus dipuasakan, pemberian ASI dihentikan, dan lain-lain. Diperlukan kerjasama semua pihak untuk mensosialisasikan pentingnya rehidrasi untuk mengatasi  diare dan mencegah akibat yang lebih buruk.
 
Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap masalah kesehatan anak balitanya tentu sangat penting agar anak yang sedang mengalami diare tidak jatuh pada kondisi yang lebih buruk. Orang tua wajib mengetahui langkah apa saja yang harus dilakukan jika anaknya mengalami diare. Pada tahap awal, berikan cairan secara oral dan teruskan pemberian makanan selama anak mau. Jika diare berlanjut dengan frekuensi yang cukup sering (lebih dari  enam kali) disertai muntah yang frekuen, atau frekuensi tidak terlalu sering tetapi feces disertai lendir atau darah, sebaliknya anak segera dibawa ke pusat layanan kesehatan untuk mendapatkan terapi lebih lanjut. Pada kasus dehidrasi sedang dan berat penderita diare memerlukan rehidrasi intravena (infus) untuk menggantikan cairan yang hilang.
 
Namun bagaimanapun tindakan pencegahan tentu lebih baik daripada pengobatan. Pola hidup bersih masih merupakan kunci utama mengatasi penularan penyakit diare ini. Contoh sederhana, kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebelum makan terbukti menurunkan kejadian diare dengan disentri yang disebabkan oleh bakteri. Selain itu, kita perlu mempertahankan kebiasaan menutup makanan dengan tudung agar lalat atau serangga yang lain tidak hinggap sehingga rantai penularan bisa terputus.  Kebiasaan hidup sehat yang sederhana dan mudah ini penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat bahkan sejak dini sudah harus diperkenalkan kepada anak-anak  baik di tingkat keluarga maupun di sekolah-sekolah.