Penerapan Leadership Dalam Implementasi Riset Kesehatan Dasar
ABG Sebagai Sebuah Kekuatan Besar Dalam Peningkatan Kesehatan Masyarakat Dalam rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada ke 63 dan HUT RSUP DR Sardjoto ke 27, Kagama Komisariat Kedokteran mengadakan Annual Scientific Meeting (ASM) 2009. ASM 2009 berlangsung selama 3 hari yaitu 6, 7 dan 8 Maret 2009, tersusun atas 18 pilihan program workshop dan seminar dari berbagai bidang ilmu kedokteran dan kesehatan.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia mengirimkan perwakilannya sebagai peserta untuk hadir dalam workshop dan seminar yang digelar dalam rangka ASM 2009 ini. Seminar pada ASM hari pertama ‘Dari Riset Dasar dan Klinik, Ke Pengambilan Keputusan Kesehatan Masyarakat’, sebagai wakil adalah dr. Linda Rosita, M.Kes, Sp.PK, dr. Riana Rahmawati, M.Kes serta dr. Diani Puspa Wijaya dan dilanjutkan pada siang harinya dengan workshop paralel dengan berbagai tema mulai dari proses awal dalam mencari dana dan networking hingga ke presentasi hasil. Seminar hari pertama tersebut dihadiri oleh praktisi medis dan kesehatan yang ingin mengembangkan penelitian, terutama di bidang kesehatan, guna terus meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hadir sebagai pemateri pertama dr. Triono Soendoro, MS. M.Phil, Ph.D yang merupakan staf ahli Menkes Bidang Faktor Risiko. Pengalamannya dalam memimpin riset yang cukup besar selama menjabat sebagai Kepala Litbang Depkes 2006-2008 menarik untuk disimak. Secara singkat namun mengena, dr. Triono berbagi pengalamannya memimpin sebuah team work melalui Refleksi Penerapan Leadership Dalam Implementasi Riset Kesehatan Dasar di Bidang Penelitian dan Pengembangan Depkes. Leadership, menurut beliau adalah ‘menggunakan orang yang ada dengan cara yang berbeda’.
Proses kepemimpinan dalam penelitian memang bukan merupakan hal yang mudah dan diperlukan sebuah kesabaran yang ekstra dalam menghadapi berbagai hal tidak terduga. Sesi kedua seminar disampaikan oleh 3 pembicara, yaitu Prof. dr. Hari Kusnanto, Josep, SU, Dr.PH dengan materi Bagaimana Belajar Dari Sejarah ?, dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, Sc.D dengan materi Dari penelitian dasar dan Klinik Ke Pengambilan Keputusan Politik serta Prof. dr. Sofia Mubarika, M.Med.Sc, Ph.D. Dari sesi kedua tersebut diperoleh bahwa peneliti harus mampu ‘menjual’ hasil penelitiannya kepada pihak pengambil keputusan politik serta kepada industri dan bisnis sehingga hasil penelitian para peneliti tidak hanya sekedar menjadi pengisi rak-rak di perpustakaan. Maksud dari dapat menjual kepada pihak pengambil keputusan adalah agar hasil dari penelitian yang ditemukan dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan, baik kesehatan individu juga kesehatan masyarakat.
Sebuah kebijakan yang berbasis bukti merupakan hal penting dalam akuntabilitas sebuah kebijakan. Prinsip yang perlu dipahami peneliti adalah bahwa dalam peneliti hendaknya menguasai teknik komunikasi yang baik dalam menyampaikan hasil yang diperoleh dari penelitiannya sehingga dapat dipahami oleh pengambil kebijakan yang pada umumnya kurang memahami berbagai istilah medis atau penelitian dan selanjutnya dapat mereka jadikan pertimbangan dalam membuat sebuah kebijakan baru. Sedangkan mampu menjual hasil penelitian kepada bisnis atau industri adalah agar hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti dapat diproduksi dan didistribusikan kepada masyarakat luas sehingga tujuan awal dari setiap penelitian kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat terealisasi lebih nyata lagi. Jika terbentuk sebuah kolaborasi yang baik maka disinilah akan lahir sebuah kekuatan yang besar bagi pengembangan kesehatan masyarakat, yaitu ABG, kolaborasi antara akademisi (peneliti), bisnis dan industri serta government.