Pendidikan Kedokteran Berbasiskan Bukti, Kunci Sukses Seorang Dokter
Sebagai sebuah institusi pendidikan kedokteran, UII telah berusaha dengan sekuat tenaga mendidik, memberikan bekal kepada para mahasiswa dari jenjang pendidikan sarjana kedokteran dilanjutkan dengan mendidik pada jenjang pendidikan klinik yang mana keberhasilan dalam meraih gelar dokter bukan saja karena hasil karya institusi pendidikan saja tetapi juga hasil kerja keras, belajar tekun, tawaduk, komitmen, amanah dari para mahasiswa kedokteran yang telah berhasil menjalankan rangkaian sebuah proses untuk menjadikan dirinya seorang dokter muslim yang berstandar global.
Keberhasilan dalam meraih gelar seperti ini bukanlah akhir dari sebuah perjuangan dalam mencapai cita-cita tetapi menjadi titik awal untuk mengembangkan keilmuan pengobatan yang berbasiskan bukti. Untuk itulah belajar terus menerus menjadi hal wajib bagi para dokter. Internet, email, jurnal, medical update adalah menu yang tidak boleh ditinggalkan untuk diketahui oleh para dokter, karena internet setiap hari merilis perkembangan terbaru dunia kedokteran dari belahan manapun karenanya dengan bertambahnya pengetahuan, ketrampilan dan diagnosa serta pengambil keputusan yang berdasarkan bukti makin bisa menunjukkan bahwa profesi seorang dokter adalah sebuah proses ilmiah yang dapat dibuktikan keakuratannya di tengah masyarakat. Dokter baru juga sudah seharusnya tetap melakukan komunikasi dengan para alumni, juga harus selalu mengikuti
Sementara itu Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec selaku Rektor UII dalam sambutannya yang dibawakan oleh Prof. Ir. Sarwidi, MSCE, IPU, Phd dikatakan bahwa Jumlah dokter di Indonesia saat ini masih tidak sebanding dengan jumlah pasien yang harus dilayaninya. Akibatnya dokter tidak bisa memberikan pelayanan yang memadai. Mengutip pernyataan dari Ketua IDI bahwa 70 ribu orang terdiri dari 50 ribu dokter umum dan 20 ribu dokter spesialis. Jumlah tersebut masih kurang memadai. Rasio ideal dokter umum adalah 1:2.500 penduduk. Dengan demikian, harusnya jumlah dokter umum yang tersedia mencapai 80 ribu. Dengan begitu, saat ini masih ada kekurangan 30 ribu dokter lagi. Jika asumsi angka produksi dokter antara 4.500-5.000 per tahun, maka diperkirakan komposisi ideal tersebut bisa dipenuhi dalam enam tahun.
Universitas Islam Indonesia yang pada 3 September 2001 mendidirikan fakultas kedokteran dengan kurikulum berbasis kompetensi telah menunjukkan jati dirinya dengan berhasil dalam mengembangkan dan melakukan terobosan metode pembelajaran sehingga dalam akreditasi BAN PT berhasil memperoleh nilai akreditasi B. Hal ini menunjukkan bahwa lulusan yang hanya memiliki kompetensilah yang dapat berperan serta dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Untuk itu diharapkan para alumni harus selalu memperbaharui pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan saling mendukung antara rekan-rekan sejawat. Semoga dengan keberhasilan ini makin memperkokoh sumbangsih UII dalam ikut memperjuangkan menuju Indonesia sehat.
Acara Sumpah Dokter FK UII Periode VI Angakatan 2001-2002 ini melantik sarjana kedokteran menjadi dokter setelah melakukan pendidikan klinik sebanyak 11 orang di mana acara tersebut di hadiri Civitas Akademika FKUII, Ketua IDI DIY dr. Bambang Suryono, Sp.An-KIC, Kadinkes DIY dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA dan Rumah Sakit Mitra Pendidikan Klinik FK UII yakni Rumah Sakit Umum Daerah Sragen, RSUD Setjonegoro Wonosobo, RSUD Wonosari, Rumah Sakit Grhasia, RSI Klaten dan Forensik UNS Solo.