Pemanfaatan Energi Nuklir dalam Perspektif Kedokteran Kesehatan
Namun demikian, menurutnya pemanfaatan sumber energi terbarukan masih amat terbatas dan dalam skala kecil. PLTA sudah kurang memungkinkan dibangun di pulau Jawa. Energi cahaya matahari (surya) terkendala dengan mahalnya panel surya (solar cell) dan kecilnya energi yang dihasilkan karena sifatnya yang tidak kontinu. Energi panas bumi (geothermal) sangat potensial akan tetapi tidak selalu berada di tempat yang dibutuhkan kendala geografis). Energi yang berasal dari angin juga sulit untuk diharapkan mengingat kecepatan dan arah angin di daerah khatulistiwa tidak selalu sama.
Sementara itu, Ketua SC Seminar Nasional NETHESCO 09 , A.R. Vertando Halim, menjelaskan persoalan krisis energi merupakan tanggung jawab kita bersama, termasuk mahasiswa. “ Mahasiswa memiliki peran agent of trigger agar pemerintah menempatkan energi nuklir sebagai salah satu energi alternatif demi kemajuan bangsa”, ungkap mahasiswa Fakultas Kedokteran UII ini.
Seminar ini menghadirkan sejumlah pembicara, yaitu dr. Tatan Saefudin Sp.Rad., M.Kes. (Kepala Subdit Bina Pelayanan Radiologi Depkes RI), Dr. Ir. Arnold Spetrisnanto (PT. Medco Power Indonesia), Setiayanto (Kepala Pusat Teknologi dan Keselamatan Nuklir) dan Suparlan (WALHI Yogyakarta).
Ketika bicara tentang nuklir, hal yang kemudian biasanya terbayang adalah perang, senjata, dan kecelakaan. Tentu saja hal tersebut adalah wajar mengingat dunia masih terbayang dengan kecelakaan reaktor Chernobyl di Uni Sovyet, kecelakaan reaktor Three Miles Island di AS, serta hancur leburnya kota Hiroshima dan Nagasaki karena bom atom di Jepang.