Mempersiapkan Kesehatan Anak dalam Masa PTM Terbatas

Mempersiapkan Kesehatan Anak dalam Masa PTM Terbatas

Oleh: Syifa Nurul Asma

Pada pertengahan Oktober 2021 ini, Yogyakarta telah memasuki PPKM level 2, dan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas telah dimulai, namun keputusan utama izin anak bersekolah offline atau tidak adalah pada orang tua.
Di awal pandemi lalu, banyak orangtua mengalami peran ganda, ibu yang bekerja dari rumah (WFH) juga diharuskan menjadi guru sekolah untuk anak. Survei nasional United States di pada Juni 2020 menyatakan bahwa 27% orang tua mengalami perburukan kesehatan mental dan 14% memperlakukan anak dengan lebih kasar. Hal ini diiringi memburuknya perilaku anak. Dari keluarga yang mengalami perburukan tersebut 48% berasal dari keluarga yang kehilangan tempat pengasuhan anak rutin, hal ini sejalan dengan survei di Spanyol, Italia dan Cina.
Kesehatan mental orang tua merupakan hal yang penting, karena orang tua yang bahagia akan bisa mendampingi anak dengan bahagia pula. PTM terbatas adalah salah satu opsi yang diberikan pemerintah saat ini.
Dalam memulai PTM terbatas, orang tua sebaiknya menyiapkan anak untuk mematuhi protokol kesehatan, memberi kepahaman mengenai virus korona dan cara penularannya sehingga anak mengerti mengapa memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak diperlukan. Sebaiknya orangtua juga membekali anak dengan hand sanitizer dan masker cadangan di tas untuk bersekolah, serta berusaha memberikan asupan nutrisi terbaik dan multivitamin bila diperlukan.
Membolehkan anak melakukan PTM terbatas, atau terus memilih agar anak sepenuhnya belajar dirumah adalah pilihan, Tidak ada yang salah dari memilih untuk tetap mendidik anak dirumah, karena memang tetap ada risiko penularan virus di luar rumah, namun juga tidak salah memutuskan untuk memperbolehkan anak mengikuti PTM terbatas, misal agar anak mendapat suasana baru bertemu dengan teman sebaya. Setiap pilihan pasti diambil dengan berbagai pertimbangan. Jangan ada diantara orangtua yang menyalahkan pilihan orangtua lain.
Apapun yang dipilih, sesungguhnya yang bisa menjaga anak kita adalah Allah, entah sedang bersama kita atau tidak, Allah yang bisa menakdirkan sehat atau tidaknya anak. Meskipun bersama kita, bisa saja kita lengah. InsyaAllah meskipun anak sedang tidak bersama kita dan kita disibukkan dengan kebaikan maka Allah juga akan menjaga anak-anak kita untuk berada dalam kebaikan.
Doa adalah hal yang bisa kita lakukan ketika kita berjarak dengan anak. Mendoakan anak agar selalu berada dalam lingkungan yang baik, dan sehat wal afiat. Shihah (sehat) dan ‘afiyah (afiat) sesungguhnya memiliki perbedaan makna. Sehat adalah keadaan baik organ tubuh, maka mata sehat adalah yang dapat digunakan dengan baik tanpa bantuan alat bantu seperti kaca mata. Afiat bermakna berfungsinya anggota tubuh sesuai dengan tujuan penciptaan Allah. Maka mata yang afiat adalah mata yang mampu melihat hal-hal yang baik dan bermanfaat dan terjauhkan dari hal-hal maksiat. Sebaiknya kita meminta sehat dan afiat pada Allah lewat merutinkan berdoa pada pagi dan petang hari :
Allahumma ‘afini fi badani, allahumma ‘afini fi sam’i, allahumma ‘afini fi bashori la ilaha illa anta.

“Ya Allah, sehatkanlah badanku, Ya Allah sehatkanlah pendengaranku, Ya Allah, sehatkanlah pengelihatanku. Tiada Tuhan selain Engkau.”
Jadi pada masa pandemi dan mempersiapkan PTM terbatas ini, mari sebisa mungkin berusaha mengajarkan anak protokol kesehatan, lalu menitipkan kesehatan anak kepada Allah lewat doa.