MEMBACA AL QUR’AN MENURUNKAN RISIKO PIKUN

 

Oleh :

Dr. dr. Farida Juliantina Rachmawaty, M.Kes

Rana Aulia Farah Kamila

Al Qur’an adalah firman Allah yang juga merupakan mukjizat Nabi Muhammaad s.a.w. Sudah banyak diakui dan dibuktikan bahwa Al Our’an memuat informasi ilmiah yang tersirat dan tersurat yang baru diketahui setelah ratusan, ribuan tahun setelahnya. Banyak ilmuwan yang masih mengkaji dan meneliti rahasia yang masih sangat banyak terkandung dalam Al Qur’an.

Jika mukjizat para Nabi sebelumnya, tidak dapat dirasakan oleh umat saat ini, namun mukjizat Rosulullah Muhammad s.a.w. masih dapat dirasakan hingga saat sekarang. Jika ditinjau dari segi bahasanya dibanding bahasa yang ada di dunia, bahasa Al Qur’an memiliki tingkat yang paling tinggi. Struktur dan kaidah-kaidahnya menunjukkan ketinggian penciptanya. Tata bahasanya rumit namun menakjubkan, sehingga setiap orang yang mempelajari akan mengakui betapa tinggi Bahasa Al Qur’an.

Membaca Al Qur’an akan mendatangkan kebaikan sebagaimana sabda Rosulullah s.a.w., “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya” (HR. At-Tirmidzi). Sepuluh kebaikan yang diperoleh bukan berdasar tiap kalimat atau kata namun setiap huruf akan membuahkan kebaikan. Alangkah banyak kebaikan yang akan kita peroleh jika kita rutin membaca Al Qur’an.

Berbeda dengan bahasa yang lain, Bahasa Al Qur’an sangat presisi yang menuntut pembacanya melakukan dengan benar. Berbeda mahroj, panjang pendek (mad) dalam membaca, dapat memiliki arti yang sangat berbeda. Tidak ada bahasa di dunia yang apabila dibaca panjang atau pendek akan berbeda arti, namun dalam Al Qur’an dapat memiliki makna yang berbeda.

Demikian juga dalam pengaturan nafas saat membaca, bahasa-bahasa lain tidak memiliki kaidah mengatur nafas secara baku. Namun dalam Al Qur’an sangat jeli dan teliti. Seseorang yang sedang membaca Al Quran tidak diperbolehkan sembarang membaca atau berhenti. Ada kaidah yang harus diikuti sehingga pembaca harus mengatur nafasnya dan menahan sejenak untuk tidak bernafas. Kondisi ini dapat diasumsikan dengan kondisi ‘hypoxia Intermittent.’ ‘Hypoxia intermitten’ tingkat sedang pada awal kehidupan dapat mempercepat perkembangan otak dan meningkatkan kemampuan, yang berkaitan dengan peningkatan neurogenesis dan plastisitas sinaptik (Meng, Wang and Li, 2020).

Secara fitrah seseorang setelah memasuki usia lanjut akan mengalami penurunan fungsi termasuk juga fungsi otak sebagaimana juga disebutkan dalam Al Qur’an surah Yasin ayat 68 : “Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?”

Penelitian yang dilakukan pada hewan coba dan juga pada manusia membuktikan bahwa intermitten hypoxia justru dapat memperbaiki fungsi otak. Hal ini sesuai dengan pengujian yang dilakukan pada sekelompok lansia, Adaptasi terhadap intermitten hypoxia sedang dapat meningkatkan oksigenasi serebral dan serebrovasodilatasi yang diinduksi hipoksia sehingga meningkatkan memori dan perhatian jangka pendek pada pasien usia lanjut (Wang et al., 2020)

Di sekitar kita dapat diketahui bahwa para hafidz hafidzoh, ulama dan orang-orang yang secara konsisten membaca Al Qur’an dengan baik dan benar tidak mengalami kepikunan hingga usia lanjut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang konsisten membaca Al Qur’an dengan benar akan menurunkan risiko pikun.

Referensi

Meng, S. X., Wang, B. and Li, W. T. (2020) ‘Intermittent hypoxia improves cognition and reduces anxiety-related behavior in APP/PS1 mice’, Brain and Behavior, 10(2), pp. 1–10. doi: 10.1002/brb3.1513.

Qur’an Best, 2019, Aplikasi Al Qur’an dengan terjemahan dari Departemen Republik Indonesia, Bandung.

Wang, H, Shi X., Schenck, James R., Ross, S.E., Shande Chen, et al., 2020, Intermittent Hypoxia Training for Treating Mild Cognitive Impairment: A Pilot Study, American Journal of Alzheimer’s Disease and other Dementias. Vol. 35: 1-10, doi: 10.1177/1533317519896725.