Marah yang Menyehatkan

Marah yang Menyehatkan

Oleh : Muhammad Kharisma

Anger Management: Unhealthy and Healthy Coping Skills – New Harbinger Publications, Inc

 

Marah adalah emosi normal yang dimiliki oleh semua orang. Marah dapat memberi manfaat baik bila diekspresikan dengan cara yang sehat dan cepat dikendalikan. Marah yang dapat dikelola dengan baik membantu beberapa orang untuk berpikir lebih rasional. Episode kemarahan yang meledak-ledak bisa menyebabkan dampak buruk kesehatan secara, yaitu:

  1. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung. Dilansir dari Harvard Health Publishing, penelitian menunjukkan bahwa dalam dua jam setelah ledakan amarah memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung. Marah menyebabkan keluarnya hormon stres seperti adrenalin yang membuat jantung berdetak lebih cepat dan tekanan darah naik. Kemarahan juga membuat darah dalam tubuh lebih mungkin menggumpal, yang sangat berbahaya bila arteri menyempit oleh sumbatan yang mengandung kolesterol.
  2. Meningkatkan Risiko Stroke. Kondisi marah mempengaruhi tekanan pembuluh darah sehingga meningkatkan pendarahan di dalam otak lebih tinggi setelah ledakan amarah. Risiko aneurisma untuk pecah menjadi enam kali lebih tinggi setelah ledakan amarah pada orang memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
  3. Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh. Para ilmuwan di Universitas Harvard menemukan pada orang sehat, bahwa hanya meminta mereka untuk mengingat pengalaman marah dari masa lalu, menyebabkan penurunan selama enam jam d kadar imunoglobulin A, yaitu pertahanan pertama sel melawan infeksi.
  4. Memperburuk Kecemasan. Jurnal Cognitive Behavior Therapy menemukan bahwa kemarahan memperburuk gejala gangguan kecemasan umum, yang ditandai dengan kekhawatiran berlebihan dan tidak terkendali yang mengganggu kehidupan sehari-hari.
  5. Menyebabkan Depresi. Orang yang mengalami depresi sering menunjukkan kemarahan pasif, yaitu cenderung menyimpan amarah mereka daripada mengambil tindakan sama sekali dalam waktu lama.
  6. Merusak Paru-Paru. Hasil penelitian Universitas Harvard terhadap 670 pria selama 8 tahun, pria dengan kebiasaan marah memiliki kapasitas paru-paru yang memburuk secara signifikan. Para peneliti juga berpendapat bahwa peningkatan hormon stres saat marah dapat menciptakan peradangan di saluran pernapasan.

Larangan marah sampai diwasiatkan Nabi dikarenakan marah itu punya mafsadat yang besar. Maksud “jangan marah” memiliki makna menahan diri ketika ada sebab yang membuat kita marah dengan cara yang baik hingga merubahnya menjadi kekuatan melakukan hal-hal positif. Nabi kiat bagi umat muslim ketika dalam keadaan marah agar emosi tersebut dapat diredam sementara sehingga menjadi energi yang lebih baik. Cara yang yang diajarkan Nabi yaitu:

  1. Membaca ta’awudz

“Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)’, maka redamlah marahnya.” (HR. As-Sahmi)

  1. Diam

“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad).

  1. Berganti posisi

“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud).

  1. Mengambil air wudhu

“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud).

  1. Mengingat janji Nabi

“Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani)

Kita juga dapat mengekspresikan marah dengan cara yang sehat setelah menjalankan anjuran Nabi , sehingga kita menangani kemarahan dengan cara memecahkan masalah sehingga tidak akan menyebabkan penyakit. Saat keadaan ingin marah, coba bernapas dalam-dalam, komunikasikan secara tegas, atau tinggalkan pemicu kemarahan tersebut.

REFERENSI

Atefe Abdolmanafi, Mohamad Ali Besharat, Hojatollah Farahani, Mohamad Reza Khodaii. (2011). The Moderating Role of Locus of Control on the Relationship Between Anger and Depression in Patients With Major Depression Disorder Elsevier Ltd.DOI:10.1016/j.sbspro.2011.10.059

BMJ Specialty Journals. (2006). Anger And Hostility Speed Up Decline In Lung Power. ScienceDaily. Retrieved April 29, 2023 from www.sciencedaily.com/releases/2006/08/060830215751.htm

Choi-Kwon, S., & Kim, J. S. (2022). Anger, a Result and Cause of Stroke: A Narrative Review. Journal of stroke24(3), 311–322. https://doi.org/10.5853/jos.2022.02516

Deschênes, S. S., Dugas, M. J., Fracalanza, K., & Koerner, N. (2012). The role of anger in generalized anxiety disorder. Cognitive behaviour therapy41(3), 261–271. https://doi.org/10.1080/16506073.2012.666564

Erdem, Murat & Çelik, Cemil & Yetkin, Sinan & Özgen, Furkan. (2008). Anger level and anger expression in generalized anxiety disorder. Anadolu Psikiyatri Dergisi. 9. 203-207.
Fath Al-Qawi Al-Matin fii Syarh Al-Arba’in wa Tatimmatul Khamsin. Cetakan kedua, Tahun 1430 H. Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Muhammad Al-‘Abbad Al-Badr. Penerbit Dar Ibnu ‘Affan.

Sadeghi, B., Mashalchi, H., Eghbali, S., Jamshidi, M., Golmohammadi, M., & Mahvar, T. (2020). The relationship between hostility and anger with coronary heart disease in patients. Journal of education and health promotion9, 223. https://doi.org/10.4103/jehp.jehp_248_20

Shahih Fiqh As-Sunnah. Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayid Saalim. Penerbit Al-Maktabah At-Taufiqiyah.
Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya.