langkah sederhana antisipasi adanya kontaminasi pada susu formula

LANGKAH SEDERHANA ANTISIPASI ADANYA  KONTAMINASI PADA SUSU FORMULA
Oleh: dr. Titik Kuntari, MPH

Beberapa waktu terakhir ini, masyarakat diresahkan oleh adanya pemberitaan tentang hasil penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor yang menyatakan bahwa ada sebagian produk susu formula dan makanan bayi yang terkontaminasi Enterobacter sakazakii. Masyarakat, terutama keluarga yang memiliki bayi atau balita yang mengkonsumsi produk-produk tersebut menjadi resah. Mereka ingin mencari produk yang aman tetapi pemerintah ataupun peneliti tidak menyebutkan nama label produk yang tidak aman (sudah terkontaminasi) tersebut, sementara untuk tidak memberikan susu pada anak mereka juga tidak mungkin.

Karena belum adanya informasi maupun tindakan yang jelas dari pemerintah serta terlepas dari benar tidaknya hasil penelitian tersebut, kita perlu melakukan beberapa langkah sederhana untuk menghindari/ mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi pada susu ataupun makanan yang kita berikan kepada anak kita.

Pertama, bagi keluarga yang memiliki anak bayi di bawah usia 6 bulan, bila memungkinkan berikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Kita tahu bahwa ASI mengandung semua unsur gizi yang diperlukan bayi dan apabila produksinya bagus, ASI cukup memenuhi kebutuhan anak sampai usia anak 6 bulan. Peningkatan berat badan anak merupakan indikasi bahwa ASI yang dikonsumsi masih memenuhi kebutuhan anak. Untuk mendapatkan ASI yang baik, sang ibu mulai dari saat kehamilan sampai menyusui perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup serta dukungan anggota keluarga yang lain, terutama suami. Selain itu, usahakan menyusui semau anak dan sesering mungkin, karena produksi ASI berbanding lurus dengan ASI yang dikeluarkan. Semakin sering menyusui, semakin banyak ASI yang akan dihasilkan.

Kedua, inilah saatnya bagi kita utuk kembali ke pola makan alami. Pemberian makanan instan untuk bayi kita bisa kita kurangi dan kembali meracik makanan bayi (misal bubur tim) dengan bahan alami sebagaimana orangtua kita dulu. Hal ini juga akan mengurangi konsumsi bahan tambahan (pengawet dll) oleh anak kita.

Ketiga, penyajian susu formula atau makanan tambahan secara higienis. Bagaimanapun pencemaran tidak hanya terjadi karena bahan telah tercemar sejak dalam kemasan, tetapi cara pengolahan dan penyajian juga memberikan andil yang cukup besar. Karena itu, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun/antiseptik sebelum mengolah atau menyajikan makanan sangat penting untuk dilakukan.

Selain itu kebersihan alat-alat makan juga perlu dijaga. Botol/ dot yang akan digunakan lebih baik direbus dalam air mendidih minimal 3 menit sebelumnya untuk membunuh bakteri/ kuman yang mungkin menempel. Perebusan tidak harus menggunakan alat khusus, tetapi bisa juga dengan alat masak biasa yang dimiliki. Setelah itu, botol- botol tadi disimpan dalam kondisi tertutup dan letakkan pada tempat yang bersih.

Langkah selanjutnya adalah biasakan membuat larutan susu sesaat sebelum diberikan. Larutan susu yang sudah dibuat lebih dari 3 jam lebih baik dibuang dan tidak diberikan lagi kepada anak karena bakteri mudah tumbuh pada larutan susu. Karena itu, lebih baik membuat dalam jumlah sedikit/ secukupnya saja sehingga akan habis dalam sekali minum. Karena bakteri pencemar tahan terhadap suhu tertentu, untuk membuat larutan susu, lebih baik  susu pertama-tama dilarutkan dengan air panas/mendidih dan setelah susu benar-benar larut baru kemudian dicampur dengan air matang dingin. Tindakan ini diharapkan dapat membunuh kuman yang mungkin mencemari susu tersebut.

Jadi jangan sampai pemberitaan tentang hasil penelitian IPB tersebut menimbulkan keresahan yang berlebihan di masyarakat. Hal itu justru bisa kita jadikan dorongan untuk meningkatkan kewaspadaan dan perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan.