KEBERSIHAN JASMANI DALAM PANDANGAN ISLAM

 

Salah satu bentuk kesempurnaan dan keindahaan Islam adalah bagaimana Islam tidak hanya mengatur aspek-aspek yang berkaitan dengan peribadatan (ubudiyah) namun juga aspek-aspek lain yang bersifat kemanusiaan (insaniyah). Sebagai contoh, Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan bagi umat sebagai sarana penunjang dalam peribadatan kepada Allah SWT. Inti dari kesehatan itu sendiri sebenarnya bermuara pada bagaimana Islam mengatur pentingnya menjaga kebersihan, baik bagi diri sendiri, sesama maupun lingkungan sekitar.

Di dalam ajaran Islam, kebersihan menjadi bagian terpenting dari unsur-unsur pokok Islam yang meliputi akidah, syariah, dan muamalah. Ada tiga kosakata yang sering digunakan di dalam al-Quran maupun Hadis Nabi SAW berkaitan dengan kebersihan, yaitu thaharah, tazkiyyah, dan nadhafah. Tiga kosakata tersebut memiliki makna yang meliputi kebersihan badaniah (jismiyyah) dan batiniah (hissiyyah). Istilah thaharah misalnya yang disebut di dalam al-Quran hampir sebanyak 31 kali, bisa memiliki makna yang luas, bukan hanya berarti bersih secara jasmani dari hal-hal yang kotor seperti najis, tetapi juga bersih dan suci secara batiniah dari perbuatan keji, tercela dan munkar.

Kebersihan jasmani merupakan bersih secara kongkrit yang bisa dimaknai bersih dari segala kotoran atau sesuatu yang dinilai menjijikan. Di dalam fikih Islam, bersih jasmani ini selalu dikaitkan dengan suci. Meskipun dalam praktiknya istilah bersih terkadang dibedakan dengan suci. Misalnya pada badan yang terkena tanah barangkali dinilai kotor secara jasmani tapi belum tentu tidak suci. Begitu juga sebaliknya, badan secara jasmaniyah barangkali terlihat bersih, tetapi belum tentu suci karena bisa jadi masih berhadas, baik hadas kecil (sedang dalam keadaan tidak berwudhu) maupun hadas besar (dalam keadaan haid, nifas, atau junub).

Pentingnya Islam menjaga kebersihan jasmani disebutkan salah satunya dalam firman Allah surat al-Maidah (5) ayat 6, di mana Allah mengharuskan orang yang akan hendak shalat untuk membersihkan anggota-anggota badan terlebih dahulu dengan cara berwudhu. Dengan merutinkan wudhu tentunya membuat badan lebih nyaman, terjaga kebersihannya dan hal ini juga akan menghindarkan dari berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh kotoran. Rasulullah SAW membuat perumpamaan yang indah terkait hal itu seperti di dalam hadis yang diceritakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا »

“Tahukah kalian, seandainya di depan rumah kalian ada sungai mengalir dan kalian mandi di sana lima kali sehari, adakah kotoran yang masih melekat di badan kalian?” Para sahabat menjawab: “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau ﷺ berkata: “Demikianlah salat lima waktu, Allah jadikan sebagai pembersih dosa.” [HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667].

Namun ironisnya, kesucian dan kebersihan jasmani terhadap diri sendiri seringkali tidak dibarengi dengan tanggungjawab untuk menjaga kebersihan terhadap lingkungan sekitar seperti tanggungjawab atas kebersihan di jalan, halaman orang lain, sungai dan lain-lain. Oleh karena itu, seorang muslim yang baik sudah seharusnya mampu menjaga keseimbangan di atas karena Islam sendiri merupakan rahmatan lil ‘alamin.

Sumber:

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI (2017), Tafsir al-Qu’an Tematik, Jilid 4, Jakarta: Kamil Pustaka

Shihab, Quraish (2002), Tafsir Misbah, Jakarta: Lentera Hati

Nama : Eni Mawarti, S.Pd.I

NIK : 111002226