ISTINSYAQ DAN ISTINTSAR SEBAGAI UPAYA PREVENTIF INFEKSI SALURAN NAPAS ATAS
ISTINSYAQ DAN ISTINTSAR SEBAGAI UPAYA PREVENTIF INFEKSI SALURAN NAPAS ATAS
Oleh: 16711125-Fauziyah Ulfatun Ni’mah
Berwudhu tidak hanya upaya untuk membasahi anggota tubuh saja, namun hakikat dari berwudhu ialah membuat diri seseorang suci dan bersih dari segala noda baik noda fisik maupun batin. Cuci hidung atau menurut Islam dikenal dengan istilah istinsyaq dan istintsar, merupakan bagian dari proses wudhu yang dilakukan oleh umat Islam. Istinsyaq merupakan proses menghirup air untuk masuk rongga hidung, sedangkan istintsar ialah proses mengeluarkan air dari rongga hidung. Hadits mengenai cuci hidung diantaranya ialah: “Sempurnakanlah dalam berwudhu usaplah sela-sela jari dan beristinsyaq lah (hisaplah air ke dalam hidung dalam-dalam) kecuali jika engkau sedang berpuasa” (HR Ahmad, Ibnu Majah, An-NasaI, dan At-Tirmidzi)
Berdasarkan HR. Bukhari 3052, dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jika terbangun, ia mengira beliau mengatakan: salah seorang dari kalian dari tidurnya kemudian dia berwudhu, maka hendaklah ia beristinsyar (memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya) sebanyak tiga kali, karena sesungguhnya setan bermalam pada batang hidung orang itu.” Proses berwudhu ini kerap kali dijumpai kesalahan pada segelintir orang. Seharusnya, proses tersebut dilakukan dengan menghirup air hingga batas atas hidung, namun beberapa orang hanya memasukkan jari ke hidung atau menyeka bagian ujung hidung. Padahal, kegiatan cuci hidung dapat menjadi terapi sederhana mengatasi inflamasi saluran napas bagian atas.
Cuci hidung atau irigasi nasal memiliki mekanisme mekanik dalam pembersihan mukosa hidung dari sekret kental, eliminasi antigen dan mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin, dan leukotriene yang menjadi penyebab reaksi alergi pada saluran napas bagian atas (Georgitis, 1994; Yanti et al., 2021). Cairan tersebut secara kimia juga memiliki efek antivirus dengan menginduksi kerusakan dinding sel virus sehingga mencegah inflamasi. Selama infeksi, terdapat disfungsi mukosiliar dan stasis mukus, sehingga cuci hidung membantu meningkatkan fungsi mukosilier mukosa hidung dan sinus (Yanti et al., 2021; Satdhabudha & Poachanukoon, 2012). Cairan yang sering digunakan untuk cuci hidung ialah normal saline 0,9% dan salin hipertonik 1,5%-3%. Praktik cuci hidung dapat dilakukan ketika berwudhu maupun diluar kegiatan berwudhu, yaitu dapat menggunakan spuit untuk menyemprotkan air ke dalam hidung. Indikasi cuci hidung ini terutama untuk seseorang dengan infeksi saluran napas atas, rhinosinusitis kronis, dan rhinitis alergi, serta sebagai upaya pengobatan dan pencegahan infeksi saluran pernapasan atas terutama pada anak-anak (Principi & Esposito, 2017). Pelaksanaan kegiatan cuci hidung atau istinsyaq dan istintsar tersebut selain merupakan sunnah, namun ternyata menyimpan manfaat yang cukup besar untuk kesehatan saluran pernapasan.
REFERENSI
- Georgitis, J.W. 1994. Nasal hyperthermia and simple irrigation for perennial rhinitis: Changes in inflammatory mediators. Chest, 106, 1487–1492.
- Principi, N., Esposito, S. Nasal Irrigation: An Imprecisely Defined Medical Procedure. Int J Environ Res Public Health. 2017 May 11;14(5):516. doi: 10.3390/ijerph14050516. PMID: 28492494; PMCID: PMC5451967.
- Satdhabudha A, Poachanukoon O. 2012. Efficacy of buffered hypertonic saline nasal irrigation in children with symptomatic allergic rhinitis: A randomized double-blind study. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology; (76): 583-8
- Yanti, B., Maulana, I., Sofiana, D., Sufani, L., Jannah, N. 2021. Nasal rinse and gargling as an effort in preventing COVID-19 infection with Islamic approach-a literature review. Bali Medical Journal 10(2): 503-506. DOI: 10.15562/ bmj.v10i2.2397