Hubungan Tingkat Pengetahuan Bahaya Kebisisngan dengan Ketaatan Pemakaian Alat Pelindung Telinga
bising. Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah penggunaan mesin-mesin kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, alat-alat transportasi berat, dan lain sebagainya. Pengaruh kebisingan ini sangat besar. Misalnya, trauma akustik ataupun gangguan sistemik yang timbul akibat bising di tempat kerja, gangguan sistemik yang timbul akibat kebisingan, penurunan kemampuan kerja, bila dihitung kerugiannya secara nominal dapat mencapai milyaran rupiah. Untuk itu, tenaga kesehatan perlu mengenali pengaruh bising terhadap kesehatan tenaga kerja, melakukan deteksi dini dan pengendalian bising di tempat kerja. Gangguan Pendengaran akibat bising (NIHL = Noise Induced Hearing Loss) sering dijumpai pada pekerja industri di negara maju maupun berkembang. Hal ini terutama negara industri yang belum menerapkan sistem perlindungan dengan baik. Indonesia dapat disebut sebagai negara industri yang sedang berkembang, sehingga dalam upaya peningkatan pembangunan banyak menggunakan peralatan industri yang banyak membantu dan mempermudah pekerjaan. Sebagai akibatnya timbul bising lingkungan kerja yang dapat berdampak buruk terhadap para pekerja. Studi pendahuluan menunjukkan tingkat kebisingan pabrik 93,9 dB dan masih ada pekerja yang tidak menggunakan pelindung telinga.
Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang bahaya kebisingan dengan ketaatan penggunaan alat pelindung telinga pada pekerja pabrik textile unit tenun PT. Pandatex Magelang.
Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik non eksperimental dengan tinjauan crosssectional. Sasaran dari penelitian ini adalah pekerja pabrik textile PT. Pandatex bagian tenun karena bagian tenun memiliki intensitas bising yang paling tinggi dari pada unit lain. Responden akan diberikan kuisioner tentang pengetahuan bahaya kebisingan dan ketaatan pemakaian alat pelindung telinga.
Hasil. Jumlah sampel penelitian ini adalah 66 orang. Dengan hasil skor tingkat pengetahuan kategori baik tidak ada, cukup 17 orang, kurang 49 orang. Ketaatan pemakaian alat pelindung telinga kategori selalu memakai 28 orang, sering 9 orang, kadang 12orang, tidak pernah 17 orang. Hasil korelasi dengan uji Spearman didapatkan hasil p = 0,587 (p > 0,05).
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya kebisingan dengan ketaatan pemakaian alat pelindung telinga.
Kata Kunci. Tingkat pengetahuan, Kebisingan, Ketaatan, Pemakaian Alat Pelindung Telinga
Pembimbing Utama
dr. Indera Istiadi, Sp.THT
Pembimbing Pendamping
dr. H. P. Lutfi Ghazali, M.Kes