Early Detection Gynecologic Cancer Symposium
"untuk deteksi dini kanker serviks, pada low resource setting yang dapat dilakukan oleh klinisi adalah ‘see and treat’. Jika serviks yang diberi asam cuka tampak perubahan menjadi berwarna keputihan, maka lakukan langsung penanganan karena dari sebuah penelitian pun didapat bahwa pemeriksaan dengan asam cuka memiliki nilai yang sama dalam deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap’s smear konvensional dan berhasil menurunkan hingga 50 % penderita yang mencapai kanker serviks stadium lanjut karena berhasil dideteksi dan ditangani sejak dini." Prof. APM. Heintz, MD. Ph.D. pada overview Early Detection Gynecologic Malignancies.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dengan wakilnya dr. Sufi Desrini dan dr. Diani Puspa Wijaya mengikuti Early Detection Gynecologic Cancer Symposium yang diadakan oleh pertemuan Himpunan Onkologi Genekologi Indonesia (HOGI) dalam konferensi nasional Solo Gynecologyc Cancer Conference (SGCC) 2009 pada 19 hingga 21 Februari 2009 bertempat di Hotel Novotel, Surakarta. Pada acara tersebut Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah.
Pada simposium sehari tersebut yang membahas mengenai deteksi dini pada berbagai keganasan di bidang ginekologis, panitia mengundang pembicara yang ahli dalam bidangnya masing-masing, tidak hanya dari UNS atau RS. DR Moewardi sendiri namun juga pembicara dari UI, UNPAD, UNDIP bahkan juga pembicara seorang onkologis ginekologis yang berasal dari Belanda.
Latar belakang dari symposium yang dihadiri oleh para dokter spesialis obsgyn ini adalah bahwa paradigma penanggulangan keganasan ginekologis hendaknya difokuskan ke upaya-upaya yang bersifat promotif dan preventif, yaitu melalui deteksi dini. Rangkaian materi simposium diawali dengan pemaparan umum mengenai Karsinogenesis Pada Keganasan Ginekologi yang disampaikan oleh dr. Sigit Purbadi, Sp.OG(K) yang merupakan staf divisi onkologi bagian obstetri dan ginekologi FK UI, Jakarta. Dr. sigit menyampaikan bahwa seperti keadaan patologis lainnya, berlaku juga pada keganasan adalah mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk mengetahui tindakan pencegahan apa yang dapat kita lakukan, kita hendaknya memahami terlebih dahulu karsinogenesis, patogenesis terjadinya kanker pada ginekologis yang dimulai dari tahap inisiasi dari sel tubuh yang normal hingga menjadi sel yang berubah menjadi sel ganas.
Pembicara kedua, Prof. APM. Heintz, MD. Ph.D. memberikan overview dalam Early Detection Gynecologic Malignancies. Penjabaran lengkap dari masing-masing keganasan disampaikan berikutnya, yaitu Deteksi Dini Kanker Serviks oleh Prof. DR. dr. M. Farid Aziz, Sp.OG(K), Deteksi Dini Kanker Endometrium oleh Prof. dr. Nugroho Kampono, Sp.OG (K), Maligancy in Endometriosis oleh Prof. DR. dr. Tedjo Danudjo Oepomo, Sp.OG(K) serta Deteksi Dini Karsinoma Ovarium oleh Prof. dr. Heru Santoso, Sp.OG(K). Secara umum disampaikan hendaknya kita mengenali epidemiologi dari keganasan ginekologis yang ada, pada saat ini keganasan serviks masih yang tertinggi. Selanjutnya, para klinisi hendaknya juga mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai dengan kondisi yang ada untuk melakukan deteksi dini sehingga dapat menurunkan prevalensi keganasan di stadium lanjut. Deteksi dini merupakan prevensi sekunder, pencegahan menuju keadaan lanjut dengan menemukan stadium dini dari suatu proses keganasan. Contohnya untuk deteksi dini kanker serviks, pada low resource setting yang dapat dilakukan oleh klinisi adalah ‘see and treat’. Jika serviks yang diberi asam cuka tampak perubahan menjadi berwarna keputihan, maka lakukan langsung penanganan karena dari sebuah penelitian pun didapat bahwa pemeriksaan dengan asam cuka memiliki nilai yang sama dalam deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap’s smear konvensional dan berhasil menurunkan hingga 50 % penderita yang mencapai kanker serviks stadium lanjut karena berhasil dideteksi dan ditangani sejak dini.
Materi berikutnya yang tidak kalah menarik adalah pembahasan mengenai peran tumor marker (penanda tumor), imaging dan gambaran histopatologi dalam deteksi dini keganasan ginekologi. Dr. Heru Priyanto, Sp.OG(K) dari divisi onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi RS DR Moewardi dalam Peran Tumor Marker Dalam Keganasan Ginekologis menyebutkan bahwa pada dasarnya tumor marker penggunaan klinisnya adalah untuk screening, diagnosis dan monitoring terapi. Namun yang paling penting adalah untuk menilai tingkat keberhasilan dari terapi yang telah dilaksanakan pada kasus keganasan. Dari sisi imaging, dr. T. Mirza Iskandar, Sp.OG(K) menyampaikan bahwa imaging tidak direkomendasikan sebagai modalitas dalam melakukan deteksi dini dari suatu keganasan namun lebih tepat digunakan untuk melakukan evaluasi metastase dari sebuah proses keganasan dan evaluasi kekambuhan serta menilai keberhasilan terapi. Dalam Peran Patologi Dalam Penanggulangan Keganasan Ginekologi, Prof. DR. dr. Ambar Mudigdo, Sp.PA(K) menyampaikan bahwa dalam pembahasan di bidang keganasan ginekologi kita hendaknya memahami, menganalisa etiologi, patogenesis serta patofisiologi khususnya melalui pendekatan level sub sel dan seluler sehingga memungkinkan kita untuk melakukan intervensi dengan memutus rangkaian proses karsinogenesis sehingga kanker pun menjadi abortif dan tidak muncul di permukaan.