Deteksi Dini dan Pencegahan CA Serviks

  Sabtu (19/3/2011) Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan Seminar “Deteksi Dini dan Pencegahan Ca Cerviks”. Seminar dilaksanakan di Balai Shinta Mandalabhakti Wanitatama. Menurut wakil dekan FK UII, dr. Titik Kuntari, MPH dan Ketua Panitia Hilmi Pradiksa, seminar rencananya akan menghadirkan tiga pembicara pakar yaitu dr. Hasto Wardoyo SpOG, dr. Detty Nurdiati SpOG dan dr Addien Tri Rahmanto SpOG, tetapi karena suatu hal, dr Hasto berhalangan hadir dan materi beliau sekaligus disampaikan oleh dr Addien.. Seminar bertujuan untuk memberikan informasi yang benar dan aktual tentang kanker serviks kepada kalangan mahasiswa, praktisi klinis dan umum.
 
Seminar diikuti oleh kurang lebih 500 peserta, yang terdiri atas mahasiswa kedokteran, dokter umum dan masyarakat umum. Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran serta tari saman persembahan dari klub tari saman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Tarian yang ditarikan dengan bersemangat dan kompak mendapatkan aplaus yang cukup meriah dari seluruh hadirin.

 

Dr. Titik dalam sambutannya menyampaikan bahwa kanker serviks merupakan penyakit keganasan kedua terbanyak pada wanita setelah kanker payudara. Meskipun demikian, kanker serviks merupakan kanker pembunuh pertama wanita. Angka kejadian penyakit ini terus meningkat setiap tahunnya, demikian juga kejadian pada usia yang semakin muda. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penyakit ini.
 
Berbagai perilaku yang meningkatkan risiko kanker serviks juga semakin meningkat setiap tahunnya, seperti aktivitas seksual usia muda, free sex, berganti-gantian pasangan, merokok. Cara pencegahan infeksi HPV, virus penyebab kanker serviks, dengan vaksinasi sudah tersedia. Tetapi karena harga yang relative masih mahal dan kesadaran masih rendah, pelaksanaannya masih rendah.
 
Dr. Addien menyampaikan bahwa kanker serviks di Indonesia seringkali terdeteksi sudah pada fase lanjut, sehingga penanganan seringkali terlambat. Pengetahuan tentang gejala awal Ca masih sangat minim. Gejala yang sering dialami antara lain keputihan, perdarahan post coital, perdarahan abnormal di luar periode. Deteksi dini sebenarnya bisa dilakukan dengan metode sederhana yaitu Pap’s smear, khususnya pada wanita aktif secara seksual dan berusia lebih dari 35 tahun, atau pada wanita yang lebih muda tetapi memiliki risiko tinggi. Di daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan, pemeriksaan bisa diilakukan dengan menggunakan asam cuka. Tetapi wanita yang melaksanakan metode ini secara rutin masih terbatas, sehingga di Indonesia sering terjadi keterlambatan deteksi dan ini berpengaruh pada angka harapan hidup (survival) pasien kanker serviks.