[:id]Bagaimana Menyikapi Demam?[:]

[:id]Bagaimana Menyikapi Demam?

Penulis: Nikki Faj Rahmawati – 17711095

Suhu tubuh normal menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes) adalah 36,5-37,5 ºC. Dalam keadaan normal, suhu tubuh diatur supaya berada direntang tersebut dengan mengatur keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Pada keadaan demam, terjadi peningkatan suhu tubuh normal akibat peningkatan hypothalamic set point, yaitu suatu pusat pengaturan suhu di otak manusia. Demam didefinisikan sebagai suhu rektum >38ºC (Niehues, 2013). Penyebab demam dapat berupa infeksi, seperti infeksi virus, bakteri, dan parasit.

 

Demam dapat terjadi pada semua usia, namun umumnya sering mengenai anak-anak dan hal ini membuat khawatir para orang tua. Terkadang, kekhawatiran mereka sampai membuat mereka mencela demam. Padahal, dalam Islam, oleh karena demam adalah sakit, dan sakit termasuk musibah, maka kita diperintahkan untuk bersabar menghadapinya dan dilarang untuk mencelanya.

 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

 

لاَ تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِيْ آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ

“Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu menghilangkan karat.” (HR.Muslim)(Tanesia, 2015)

 

Dahulu demam selalu dirasakan para nabi sebelum meninggal dunia. Pun dengan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, beliau merasakan demam selama 10 hari hingga wafat. Bahkan demam yang dirasakan beliau adalah 2x lipat dari orang-orang selain nabi. Tentunya, hal ini berguna untuk menghilangkan dosa dan mengangkat derajat nabi (Bahraen, 2018). Hal ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam:

 

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا

“Tidaklah seorang muslim tertimpa rasa letih, penyakit, kesedihan, gundah gulana, gangguan, sesuatu yang menyesakkan hati, hingga duri yang menusuknya, melainkan dengan semua itu Allah akan menghapuskan sebagian dari dosa-dosanya.” (HR. al-Bukhari) (Bahraen, 2014)

 

Apabila kita bersabar, mampu menghadapinya dan berharap pahala, maka dengan diberikannya demam, Allah akan menghapus dosa-dosa kita dan meningkatkan derajat kita. Selain itu, demam juga mendatangkan kebaikan yang lain khususnya bagi kesehatan. Diantaranya adalah:

  1. Melakukan mekanisme adaptasi terhadap adanya peradangan (infeksi) berupa pengaturan demam dan perubahan pembuluh darah
  2. Meningkatkan sistem imunitas tubuh, berupa aktivasi dan proliferasi sel T dan sel B, aktivasi limfosit T (dirangsang IL-1) untuk hasilkan INF dan IL-2
  3. Merangsang pusat hipotalamus untuk memproduksi panas dengan menggigil dan vasokonstriksi, sehingga pada titik tertentu demam tidak dapat meningkat tanpa henti
  4. Menstimulasi hati untuk menghasilkan protein tertentu, protein fase akut seperti fibrinogen, haptoglobin, ceruloplasmin, dan CRP.
  5. Menekan endotoksin bakteri gram negatif yang merupakan faktor eksogen pyrogen yang merangsang demam.(El-Radhi, 2012)

 

Akan tetapi, bukan berarti kita dapat menyepelakan demam. Jika anak demam, penting bagi untuk mengetahui prinsip mengelola demam di rumah:

  1. Mengukur demam: menggunakan termometer
  2. Mendefinisikan ambang batas demam
  3. Mendefinisikan ambang batas dimulai pemberian obat antipiretik (penurun panas)
  4. Melakukan terapi fisik, berupa:

– menanggalkan pakaian anak atau tidak memakaikan anak dengan selimut tebal

– memberi banyak cairan: dorong anak untuk minum cairan secara teratur (terutama ASI untuk bayi)

– menurunkan pemanas ruangan

– kompres dingin

  1. Melakukan terapi obat: konsultasi terlebih dahulu kepada dokter/apoteker sebelum pemberian obat untuk demam.
  2. Monitoring : Periksa anak pada malam hari, tapi jangan membangunkan anak hanya untuk mengelola obat antipiretik.
  3. Mencari saran medis lebih lanjut jika demam tidak membaik dalam 48 jam, atau jika kondisi anak memburuk: tanda dehidrasi, perkembangan ruam, kejang, anak menangis tidak dapat tenang, anak berhenti minum atau makan, urin menjadi gelap (Bertille, 2013; Green, 2013; and Chefdeville, 2019)

 

 

Referensi

Bahraen, R. (2014) Manfaat Demam untuk Tubuh (Syariat dan Medis). Available at: https://muslimafiyah.com/manfaat-demam-untuk-tubuh-syariat-dan-medis.html (Accessed: 5 April 2020).

Bahraen, R. (2018) Demam Yang dirasakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Dua Kali Lipat. Available at: https://muslim.or.id/41416-demam-yang-dirasakan-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-dua-kali-lipat.html (Accessed: 5 April 2020).

Bertille N, Fournier-Charrie`re E, Pons G, Chalumeau M (2013) Managing Fever in Children: A National Survey of Parents’ Knowledge and Practices in France. PLoS ONE 8(12): e83469. doi:10.1371/journal.pone.0083469

Chefdeville E, Pages AS. Parental management of children’s fever: Assessment of knowledge and use of health record information. Arch Pediatr. 2019;26(5):275‐281. doi:10.1016/j.arcped.2019.05.011

El-Radhi, A. S. M. (2012) ‘ Fever management: Evidence vs current practice ’, World Journal of Clinical Pediatrics, 1(4), p. 29. doi: 10.5409/wjcp.v1.i4.29.

Green, R., Jeena, P., Kotze, S., Lewis, H., Webb, D., & Wells, M. (2013). Management of acute fever in children: Guideline for community healthcare providers and pharmacists. South African Medical Journal, 103(12), 948. doi:10.7196/samj.7207

Niehues T: The febrile child: diagnosis and treatment. Dtsch Arztebl Int 2013; 110(45): 764−74. DOI:10.3238/arztebl.2013.0764

Tanesia, B. (2015) Mengharap Pahala dari Tiap Musibah. Available at: https://muslim.or.id/27197-mengharap-pahala-dari-tiap-musibah.html (Accessed: 5 April 2020).

 

 [:]