Talkshow Goodlife Insomnia pada Gangguan Behaviour/Perilaku
Insomnia pada Gangguan Behaviour/Perilaku
dr. Fery Luvita Sari, M.Sc, Sp.N
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia,
RS Bhayangkara Yogyakarta, RS Griya Mahardhika Yogyakarta
Pengertian insomnia :
Insomnia adalah suatu kondisi gangguan tidur dimana seseorang kesulitan memulai tidur/sleep onset insomnia atau kesulitan mempertahankan tidur/sleep maintenance insomnia, meskipun memiliki kesempatan tidur, kondisi siap tidur dan punya waktu untuk tidur. Seseorang sering terjaga berulang kali, bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur lagi.
Kondisi tersebut menyebabkan seseorang tidurnya menjadi singkat dan kurang adekuat, mudah terganggu, kualitas buruk, tidak merasa segar saat bangun tidur, tidak nyaman, tidak menimbulkan efek restorasi.
Gejala insomnia :
- Sleep latency >30 menit
- Waktu terjaga setelah onset tidur >30 menit
- Efisiensi tidur < 85 %
- Total lama tidur/total sleep time < 6-6,5 jam
- Keluhan tersebut terjadi minimal 3 hari dalam seminggu
Epidemiologi :
1/3 populasi dewasa mengeluhkan insomnia, paling banyak pada lansia, status ekonomi tertentu, pekerja dengan system rotasi/shift, problem psikologis, wanita lebih sering, pengguna alcohol/NAPZA, pasien yang di RS atau di asrama, gangguan medis/penyakit neurologi seperti nyeri kronis, hipertensi, diabetes
Efek insomnia :
- Muncul rasa Lelah
- Penurunan energi dan motivasi
- Gangguan kognitif (konsentrasi, memori, reaksi, pengambilan keputusan)
- Penurunan performa
- Penurunan produktivitas
- Perubaah mood
- Penurunan kualitas hidup
Risiko :
Menyebabkan peningkatan risiko kecelakaan, ketika berkendara
Penyalahgunaan obat
Mengalami gangguan psikiatri (depresi mayor, anxietas)
Klasifikasi :
(International Classification of Sleep Disorders/ICSD)
Penyebab :
Gangguan irama sirkardian siklus bangun dan tidur, tingkat metabolisne yang tinggi, aktivitas EEG yang lebih tinggi
Salah satu penyebab insomnia kronis adalah behavioral disorder atau insomnia yang berkaitan dengan perilaku pasien yang menyebabkan terjaga dan tidak kondusif dengan kondisi tidur
- Sleep hygiene yang buruk seperti konsumsi kafein yang berlebihan, merokok, olahraga berat di malam hari, aktivitas yang menstimulasi mental pada jam mendekati waktu tidur, menggunakan kamar tidur untuk mengerjakan tugas, melihat televisi
- Limit-setting sleep disorder sering dijumpai pada anak yang menolak ketika diminta tidur, kondisi berulang dan menyebabkan baru tidur setelah larut malam.
- Sleep-onset association disorder ketika seseorang tidak dapat memulai tidur jika tidak menjumpai suatu barang yang diinginkan
- Nocturnal eating (drinking) syndrome yaitu kebiasaan makan/minum di malam hari.
Pemeriksaan :
- Skrining insomnia
- Skrining psikologis
- Wawancara dengan pasangan tidur
- MSLT/ Multiple sleep latency test
- PSG/ Polisomnografi
Efisiensi tidur, latensi tidur, frekuensi terjaga, kualitas tidur, durasi tidur, total waktu
Penanganan :
Nonfarmakologi
- Sleep hygiene
- Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur
- Bangun tidur setiap hari pada jam yang tetap, termasuk akhir pekan
- Hindari berlama-lama di tempat tidur jika tidak ada keperluan
- Hindari terlalu sering tidur siang
- Hentikan kebiasaan alcohol, nikotin, kafein
- Tidak makan berat menjelang tidur malam
- Jaga kondisi ruang kamar tidur dalam keadaan nyaman (suhu, ventilasi, bising, pencahayaan lampu)
- Terapi cahaya
- Behavioral therapy
- Tehnik relaksasi
- Kontrol stimulasi
- Kontrol temporal
- Terapi kognitif
- Restriksi tidur
- Paradoxical intention
- Cognitive behavioral therapy (CBT)/ terapi multimodalitas
Farmakologi
- Obat hipnotik (benzodiazepine, antidepresan, melatonin, antagonis histamin)