Makanan Halal dan Thayyib: Kunci Kesehatan dalam Islam

 

Pengertian Halal dan Thayyib

Kata “halal” dalam bahasa Arab berarti “diperbolehkan” atau “dibolehkan.” Makanan yang halal adalah makanan yang diizinkan untuk dikonsumsi menurut hukum syariah Islam. Hal ini mencakup cara memperoleh, mengolah, dan menyembelih binatang sesuai dengan aturan Islam. Sebaliknya, makanan haram adalah makanan yang dilarang untuk dikonsumsi, seperti daging babi dan alkohol.

Sementara itu, “thayyib” berarti “baik” atau “bersih.” Makanan yang thayyib tidak hanya halal secara hukum tetapi juga baik untuk kesehatan dan berasal dari sumber yang bersih serta tidak merugikan tubuh manusia. Allah SWT berfirman:

“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 168)

Manfaat Kesehatan dari Makanan Halal dan Thayyib

Mengonsumsi makanan halal dan thayyib memiliki manfaat kesehatan yang signifikan. Pertama, makanan yang halal dan thayyib cenderung bebas dari bahan kimia berbahaya, pestisida, dan zat aditif yang sering ditemukan dalam makanan olahan modern. Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan organik dan alami dapat mengurangi risiko penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit jantung (Alzeer, Rieder and Abou Hadeed, 2018).

Kedua, proses penyembelihan hewan secara Islami yang melibatkan penyebutan nama Allah saat penyembelihan (dhabihah) juga dipercaya dapat mengurangi stres pada hewan dan meningkatkan kualitas daging. Daging yang disembelih sesuai syariah cenderung lebih segar dan memiliki kualitas gizi yang lebih baik dibandingkan daging yang disembelih tanpa mengikuti aturan tersebut (Shafie and Othman, 2006).

Implikasi Spiritual dan Sosial

Selain manfaat kesehatan fisik, makanan halal dan thayyib juga memiliki implikasi spiritual. Salah satu  bentuk ketaatan dan pengabdian kepada Allah adalah dengan mengikuti aturan makan yang ditetapkan dalam Islam. Hal ini memperkuat hubungan spiritual seorang muslim dengan penciptanya. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah itu baik dan hanya menerima yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti apa yang telah Dia perintahkan kepada para rasul. Maka Allah berfirman: ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh.’” (HR. Muslim)

Kesimpulan

Konsep makanan halal dan thayyib dalam Islam bukan hanya aturan keagamaan, tetapi juga pedoman hidup sehat yang komprehensif. Dengan mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib, umat Islam tidak hanya memenuhi kewajiban spiritual mereka tetapi juga menjaga kesehatan fisik dan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk memahami dan mengamalkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari.

Vebriana Puji Astuti

21711111

Daftar Pustaka

Alzeer, J., Rieder, U. and Abou Hadeed, K. (2018) ‘Rational And Practical Aspects Of Halal And Tayyib In The Context Of Food Safety’, Trends in Food Science & Technology, 71, pp. 264–267.

HR. Muslim, no. 1015.

QS. Al-Baqarah [2]: 168.

Shafie, S. H. and Othman, M. N. (2006) ‘Halal Certification: An International Marketing Issues And Challenges’, In 5th International Conference On ‘Business, Economics And Finance’.