Hikmah di Balik Segumpal Darah

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, …” (QS. Al-Mu’minuun:14)1

Secara khusus, Allah menggunakan kata ‘alaqah untuk menunjukkan tahapan penciptaan manusia setelah nuthfah. Secara harfiah, ‘alaqah berarti “sesuatu yang menempel atau bergantung”2,3. Secara sastrawi, ‘alaqah diterjemahkan sebagai “segumpal darah”1,2. ‘Alaqah juga dapat diartikan sebagai lintah4. Ketiga makna ini sekilas tak tampak berkaitan, terlebih dalam proses penciptaan manusia. Benarkah demikian?

Pada pekan ketiga perkembangan embrio, terbentuk tali pusat primitif berupa tangkai penghubung yang berasal dari mesoderm ekstraembrio. Tangkai penghubung ini berisi vena dan arteri umbilikalis yang berperan penting untuk pertukaran nutrisi dan zat sampah antara embrio dan sang ibu7. Kondisi ini, terhubungnya embrio dengan plasenta primitif melalui tangkai penghubung, Allah deskripsikan menggunakan kata ‘alaqah, “sesuatu yang menggantung”5. Ini makna pertama.

Gambar 1. Gambaran histologi embrio yang menggantung pada plasenta primitif melalui tangkai penghubung9

Makna kedua ‘alaqah yakni segumpal darah. Hal ini dapat kita pahami dengan melihat sistem kardiovaskular primitif yang terbentuk pada fase ‘alaqah. Pada fase ini, tampakan luar embrio dan kantongnya menyerupai gumpalan darah karena terbentuknya jumlah darah yang relatif besar di dalam pembuluh darah berbentuk pulau terisolasi5. Meskipun darah berupa cairan, namun darah tidak beredar sampai akhir pekan ketiga6. Inilah makna kedua kata ‘alaqah, segumpal darah5.

Figure 4 (Large)

Gambar 2. Sistem kardiovaskular primitif pada embrio fase ‘alaqah yang berbentuk pulau terisolasi7

Makna ketiga, yakni lintah. Lintah menjadi objek yang tepat untuk mendeskripsikan embrio tahap ‘alaqah. ‘Alaqah melekat pada dinding korion yang memiliki vili korion yang melekat pada lapisan rahim, sebagaimana lintah yang melekat pada kulit. ‘Alaqah dikelilingi cairan amnion, seperti halnya lintah yang dikelilingi air. ‘Alaqah menyedot darah maternal sebagai sumber nutrisi layaknya lintah yang menghisap darah inang5,7. Lintah dan ‘alaqah pun memiliki banyak kemiripan anatomi, baik eksternal berupa tubuh yang bersegmen-segmen, bentuk kepala, maupun kemiripan struktur internal7,10,8,11,12,13,14,15.

Gambar 3. Kemiripan anatomi eksternal lintah (tengah) dan ‘alaqah (atas dan bawah)7,10

Gambar 4. Tampakan segmen-segmen pada lintah (kiri) dan ‘alaqah (kanan)11,12.

Gambar 5. Pindaian mikrograf elektron bagian kepala ‘alaqah (kiri) dan alat hisap posterior lintah (kanan)13

Gambar 6. Struktur anatomi internal lintah (atas) dan ‘alaqah (bawah)14,15

Temuan ilmiah ini baru diketahui pada pertengahan abad ke-19 dengan adanya mikroskop. Bahkan, hingga saat ini, pengetahuan ini belum tentu dapat dipahami dengan mudah oleh setiap orang. Maka, kiranya siapakah Dzat yang menurunkan ayat-ayat hayat kepada seorang ummiy, dengan kosakata mudah dicerna nan sarat makna?

 

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. ‘Alaq:1-2)1

Jika kita renungkan, ternyata dahulu kita hanyalah makhluk berupa segumpal darah yang menggantung serupa lintah. Tanpa ada hidung mancung, bibir tipis, dan kulit mulus. Belum ada akal yang sempurna, jari yang terampil serta kaki yang kokoh. Tetapi saat ini, Allah telah menyempurnakan diri kita.dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita maksimalkan potensi yang Allah titipkan pada kita untuk membaca ayat-ayat Allah, baik qauliyah maupun kauniyah. Seyogyanya kita senantiasa membaca dan mengingat Allah sembari berdiri, duduk, maupun berbaring. Hendaknya selalu kita jaga bahwa dasar dari segala yang kita baca, baik dalam proses belajar maupun bekerja adalah Allah jua.

dr. Muhammad Fathi Banna Al-Faruqi, AIFO-K

237110404

Referensi:

  1. Al Quran terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia.
  2. Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI. Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia; 2009.
  3. Al-Ashfahani AR. Kamus Al-Qur’an: Penjelasan Lengkap Makna Kosakata Asing (Gharib) dalam Al-Qur’an. Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id; 2017.
  4. Nashir AS. Kamus Al-Hasan Arab-Indonesia Indonesia-Arab disertai Cara Membacanya. Surakarta: Penerbit Mahkota Kita; 2016.
  5. Saadat S. Human embryology and the holy quran: an overview. Int J Health Sci (Qassim). 2009 Jan;3(1):103-9. PMID: 21475518; PMCID: PMC3068791.
  6. Kloesel B, DiNardo JA, Body SC. Cardiac Embryology and Molecular Mechanisms of Congenital Heart Disease: A Primer for Anesthesiologists. Anesth Analg. 2016 Sep;123(3):551-69. doi: 10.1213/ANE.0000000000001451. PMID: 27541719; PMCID: PMC4996372.
  7. Moore KL, Persaud TVN. The Developing Human: Clinically Oriented Embryology. 8th ed. Philadelphia, PA: Saunders/Elsevier; 2007.
  8. Nathanielsz PW. A Time to be Born: The Life of the Unborn Child. Oxford: Oxford University Press; 1994.
  9. Nishimura H. Atlas of Human Prenatal Histology. Michigan: University of Michigan; 2008.
  10. BBC Worldwide. The Human Body. The Incredible Journey from Birth to Death [VHS]. BBC Worldwide Ltd; 1998.
  11. Fox RS. Haemopis. Available from: https://lanwebs.lander.edu/faculty/rsfox/invertebrates/haemopis.html
  12. UNSW Embryology. Carnegie stage 11. Available from: https://embryology.med.unsw.edu.au/embryology/index.php?title=Carnegie_stage_11
  13. Science Photo Library. Freshwater leech’s rear sucker, SEM. Available from: https://www.sciencephoto.com/media/366747/view/freshwater-leech-s-rear-sucker-sem
  14. Nicholls JG, Van Essen D. The nervous system of the leech. Scientific American. 1974;230:38-48.
  15. UNSW Embryology. BGDA Practical 7 – Week 4. Available from: https://embryology.med.unsw.edu.au/embryology/index.php?title=BGDA_Practical_7_-_Week_4