Dosen FK UII Ikuti FGD Tentang Immunohemathology di FK Universitas Yarsi Jakarta

Kaliurang (UII News-09/05) – Keberhasilan pemetaan genom manusia dalam Human Genome Project menimbulkan tantangan baru untuk mengekplorasi keterlibatan gen dalam patogenesis dan penatalaksanaanpenyakit. Berbagai variasi genetik telah dilaporkan dapat mempengaruhi kejadian penyakit dan proses yang mendasarinya. Variasi genetik ini ternyata juga dapat mempengaruhi respon seorang pasien terhadap pengobatan dan kemungkinan efek samping obat yang dapat terjadi.

 

 

Hal tersebut disampaikan oleh dr.Putrya Hawa, M.Biomed bersama dr. Evy Sulistyoningrum, M.Sc saat mengikuti acara YARSI GENOMIC MEDICINE CONFERENCE 2015 dan FOCUS GROUP DISCUSSION ON IMMUNOHEMATOLOGY, RESEARCH COLLABORATION, PHARMACOLOGY CURRICULUM AND RESEARCH DEVELOPMENT, di Ruang Auditorium Arrahim Lt.12 dan Ruang Workshop I Lt. 11Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI, Jakarta pada hari Rabu-Sabtu, 06-09 Mei 2015 / 17 – 20 Rajab 1346 H.

 

Menurut dokter Puty Kemajuan ilmu pengetahuan mengenai genetik manusia saat ini memungkinkan peneliti untuk memetakan penyakit yang disebabkan oleh variasi genetik pada genom manusia. Hal ini memberikan kemungkinan yang lebih besar lagi dalam memahami bagaimana pengaruh gen terhadap kondisi penyakit dan hubungannya dengan kerentanan ataupun resistensi terhadap penyakit herediter dan non-herediter, seperti penyakit infeksi dan penyakit kompleks lainnya seperti diabetes dan kanker.

 

“Variasi genetic yang mengkode protein yang terlibat dalam metabolise dan transport obat pada manusia menunjukkan kaitan yang sangat erat dengan proses terjadinya efek samping obat. Oleh karena itu variasi genetic dapat diaplikasikan sebagai biomarker dalam pemilihan terapi yang tepat untuk pasien, sehingga dapat mengoptimalkan pilihan terapi yang paling sesuai dengan kondisi pasien serta meminimalisir efek samping obat berdasarkan pendekatan genetik indivisual pasien. Aplikasi dari ilmu pengetahuan mengenai variasi genetik dalam terapi mendorong era kemajuan dalam pelayanan kesehatan, yakni personalized medicine”, demikian laporannya.

 

Lebih lanjut ditambahkan dokter Biomedis FK UII bahwa penelitian mengenai variasi genetik pada berbagai kondisi/penyakit di luar negeri telah berkembang dengan luas. Sedangkan di Indonesia, pengembangan penelitian serupa masih bersifat sporadis dan kurang terorganisasi. Hal ini diebabkan karena masih terdapat beberapa kendala untuk penelitian semacam ini, antara lain keterbatasan fasilitas di berbagai pusat riset/universitas, keterbatasan subyek penelitian dan keterbatasan sumber daya.

 

Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) mulai diberlakukan sejak 2007 untuk menggantikan KIPDI II. Pergantian ini diperlukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan peraturan terkini dalam SK Mendiknas No 045/U/2002, Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Undang-Undang RI No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

 

Konsekuensi dari perubahan sistem ini mengharuskan institusi Pendidikan Dokter menyusun kurikulum sesuai dengan SKDI sesuai dengan peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No 11 tahun 2012 tetang SKDI yang menyatakan bahwa setiap perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesi dokter dalam mengembangkan kurikulum harus menerapkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia.

 

“Oleh karena pengembangan kurikulum program studi sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing institusi pendidikan kedokteran, sudah barang tentu akan terdapat perbedaan kurikulum antara satu institusi dengan institusi yang lain sesuai dengan cara penerjemahan SKDI tersebut dalam kurikulum”, demikian tambahnya.

 

Adapun tujuan dari Dosen FK UII ini mengikuti kegiatan tersebut adalah untuk mengetahui perbedaan kurtikulum khususnya bidang Farmakologi antar institusi penyelenggara pendidikan kedokteran dan membandingkan dengan di luar negeri, mengetahui perkembangan penelitian genomik di dalam dan luar negeri dab menjajagi kerja sama di bidang penelitian dengan institusi penelitian/Universitas baik dalam maupun luar negeri. Wibowo/Tri