Alat Pelindung Diri (APD)/Personal Protective Equipment

Irena Agustiningtyas

Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa dapat :

  1. Menjelaskan definisi APD
  2. Menjelaskan prinsip APD
  3. Menjejaskan dan menggunakan macam-macam dan fungsi APD
  4. Menjelaskan penanggulangan kecelakaan di dalam laboratorium
  5. Menjelaskan pemeliharaan dan penyimpanan APD
  6. Menjelaskan pembuangan limbah laboratorium

1.1 Pendahuluan

Beraktivitas di laboratorium mikrobiologi, akan senantiasa berhubungan erat dengan beberapa hal berikut (World Health Organization, 2005):

  1. Substansi biologi:
  2. Mikroorganisme merupakan substansi biologi. Di laboratorium mikrobiologi, substansi ini meliputi virus, bakteri, dan jamur. Mikroorganisme berukuran sangat kecil, tidak dapat dilihat, dan dapat bersifat aerosol (mudah terhirup). Salah satu jenis jamur memiliki struktur berupa spora. Struktur ini mudah terbawa udara dan jika tanpa sengaja terhirup dapat menyebabkan infeksi jamur (mikosis).

  3. Substansi kimia
  4. Aktivitas yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi antara lain identifikasi dengan pewarnaan sederhana sampai dengan kultur untuk menentukan jenis dan spesies pathogen. Reagen berupa bahan kimia diperlukan sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Setiap kemasan dari reagen kimia memiliki simbol-simbol khusus yang harus dipahami oleh pengguna. Reagen dapat bersifat iritan, toksik, mudah terbakar, karsinogenik, dan lain-lain (Tille, 2017).

  5. Substansi fisika

Alat yang digunakan dalam membantu pemeriksaan atau identifikasi terhadap mikroorganisme dapat berupa Bunsen yang menggunakan spiritus, memiliki sifat mudah terbakar. Tabung reaksi jika tidak berhati-hati menggunakannya dapat terjadi pecah dapat melukai anggota tubuh.

Pemahaman terhadap ketiga substansi tersebut merupakan hal yang penting. Selain memahami terhadap substansi, ketertiban dan kedisiplinan di Laboratorium mikrobiologi sangat diperlukan agar terhindar dari kecelakaan kerja.Perlindungan perlindungan terhadap diri sendiri dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di laboratorium meliputi hal-hal berikut (Occupational Safety and health Administration, 2011) :

  1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa jas praktikum, kacamata goggle (jika diperlukan), sarung tangan yang sesuai ukuran, sepatu tertutup, dan masker.
  2. Bekerja di laboratorium tidak diperbolehkan secara sendirian. Hal ini sebagai upaya pencegahan jika terjadi kecelakaan saat bekerja. Orang lain yang ada di laboratorium dapat memberikan pertolongan pertama dan memanggil pertolongan.
  3. Tidak diperkenankan membawa, menyimpan, makan dan minum di dalam laboratorium. Menyimpan makanan di refrigerator laboratorium dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme. Demikian juga dengan makan dan minum di laboratorium, memudahkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh melalui mulut (foodborne disease).
  4. Tidak diperbolehkan menggunakan kosmetik, kontak lensa. Saat terjadi keadaan yang tidak diinginkan misalnya mata kemasukan benda asing, maka, menggnakan kontak lensa menjadi permasalahan baru. Terjadi gangguan penglihatan dan tangan tidak dapat membantu karena kemungkinan terkontaminasi dengan materi yang ada di laboratorium. Proses pembilasan menjadi lebih sulit karena terhalang oleh lensa kontak.
  5. Tidak diperbolehkan merokok, mengunyah permen. Reagen dapat bersifat mudah terbakar, sehingga jika tumpah dan terkena api dari rokok dapat meneybabkan terjadinya kebakaran.
  6. Tidak diperkenankan memipet menggunakan mulut. Memipet dengan mulut tidak dapat ditentukan kekuatannya. Reagen yang dilakukan pemipetan dengan tekanan tinggi dari mulut dapat ikut masuk ke mulut dan tertelan. Jika berupa reagen dapat menyebabkan keracunan, iritasi, dan toksik pada tubuh. Jika berupa sampel yang diduga mengandung mikroba, maka dapat menyebabkan infeksi pada tubuh.
  7. Menggunakan alat-alat sesuai prosedur (misalkan: ose harus dibakar dan dipijarkan sebelum dan setelah digunakan). Setiap alat di laboratorum memilki instruksi kerja. Hal ini harus dipelajari, diperhatikan, dan diikuti untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam bekerja di laboratorium.
  8. Memasukkan alat dan bahan yang telah digunakan ke dalam tempat sampah yang sesuai. Sampah laboratorium yang tidak dibuang sesuai dengan ketentuannya, dapat mencemari lingkungan. Reagen-reagen yang berbahaya tidak diperbolehkan dibuang melalui saluran air pada umumnya. Larutan ini harus dikumpulkan dan untuk selanjutnya dilakukan pembuangan bersamaan dengan bahan berbahaya lainnya di dalam insinerator.
  9. Selalu mencuci tangan dengan cara yang benar sebelum dan setelah tindakan. Selain itu, mencuci tangan juga dilakukan pada beberapa hal sebagai berikut (Centers for Disease Control and Prevention, 2019) :
    1. Sebelum, selama, dan saat menyiapkan makanan/hidangan
    2. Sebelum menyantap makanan
    3. Sebelum dan setelah merawat seseorang yang sakit karena muntah atau diare
    4. Sebelum dan setelah melakukan perawatan luka (menjahit)
    5. Setelah selesai buang air besar dan air kecil atau saat keluar dari kamar mandi
    6. Setelah mengganti popok
    7. Setelah bersin atau batuk dan menggunakan tangan untuk menutupnya
    8. Setelah menyentuh, memberikan makan, dan membersihkan kotoran binatang peliharaan
    9. Setelah menyentuh atau membuang sampah

washing hands under faucet

Gambar 1. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir (Centers for Disease Control and Prevention, 2019)

1.2 Definisi Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment (PPE) adalah peralatan yang digunakan oleh orang yang beraktivitas di laboratorium untuk melindungi atau meminimalkan terekspos dengan subtansi yang berbahaya baik biologis, kimia, fisika (hazards) (Occupational Safety and health Administration, 2011) yang dapat membahayakan tubuh baik berupa perlukaan, kecacatan, maupun kematian.

1.3 Prinsip Alat Pelindung Diri (APD)

Prinsip APD harus mampu memproteksi secara keseluruhan dari anggota tubuh, mulai dari kulit, mata, yang berpotensi terjadi trauma tertusuk, abrasi, atau dermatitis kontak alergi/iritan, kecacatan dan kematian. Masing-masing APD memiliki fungsi dan cara penggunaan tertentu. Sehingga sebelum menggunakan APD harus dipastikan dapat menggunakan. Alat Pelindung Diri harus tersedia dalam tempat yang mudah didapatkan dan selalu dalam keadaan tersedia. Oleh karena itu, sebelum melakukan praktikum atau penelitian, semua alat dipastikan ketersediaan dan dapat digunakan dengan baik dan benar.

1.4 Macam dan fungsi Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) prinsipnya terdiri atas 6 hal:

  1. Pelindung mata
  2. Di dalam bekerja di laboratorium mikrobiologi tidak disarankan menggunakan kontak lensa. Alat pelindung mata di laboratorium dapat berupa kacamata goggle. Alat ini digunakan untuk bahan-bahan yang bersifat aerosol atau mudah memercik. Trauma mata dapat mengakibatkan kerusakan mata serius sampai menimbulkan kebutaan.

    center
    Gambar 2. Kacamata Goggle

  3. Pelindung badan
  4. Jas laboratorium berfungsi dalam memproteksi tubuh dari kontak dengan bahan-bahan berbahaya di dalam laboratorium, atau kontak dengan mikroorganisme. Syarat jas laboratorium yang digunakan adalah panjang sampai selutut dan lengan panjang dengan bagian ujung lengan berkaret.
    Jas laboratorium harus digunakan dengan benar yaitu, tertutup semua kancing. Bagi yang menggunakan jilbab, maka jilbab harus dimasukkan ke dalam jas laboratorium untuk menghindari jas terkena kontaminasi baik bahan infeksius maupun reagen yang digunakan selama bekerja di laboratorium. Jika tidak menggunakan jilbab, maka rambut harus dalam keadaan pendek atau diikat. Sehingga jika suatu saat menggunakan Bunsen, tidak ada risiko berbahaya terpapar api dan menyebabkan kebakaran.
    Jas harus dilepas saat keluar dari laboratorium. Jika jas laboratorium terkontaminasi bakteri, maka harus dilakukan dekontaminasi misalkan menggunakan khlorin terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam laundry.

  5. Pelindung pernafasan
  6. Masker merupakan salah satu pelindung pernafasan. Sehingga tidak dibenarkan menggunakan masker namun, hidung tetap terbuka. Masker digunakan untuk mencegah kemungkinan uap yang menyebabkan iritasi atau spora jamur yang mudah terbang di udara untuk masuk ke saluran pernafasan.

  7. Pelindung telinga
  8. Suara mesin di laboratorium dapat menimbulkan kebisingan. Jika terjadi secara terus menerus, dapat mengganggu fungsi pendengaran dan menyebabkan ketulian. Keadaan ini dapat dihindari dengan menggunakan pelindung telinga. Pelindung telinga dapat berupa busa yang dipasang di saluran pendengaran.

  9. Pelindung tangan.
  10. Sarung tangan disposable wajib digunakan ketika peneliti atau praktikan berada di laboratorium mikrobiologi. Penggunaan sarung tangan harus mampu menutup sampai bagian karet dari jas laboratorium. Perhatikan bahwa sarung tangan yang digunakan tidak robek atau berlubang, dan gunakan sesuai dengan ukuran tangan, tidak terlalu sempit atau terlalu longgar. Bahan Latex cukup sering digunakan di dalam laboratorium karena memiliki keuntungan murah, dan penampilan yang bagus, namun sering menyebabkan alergi. Jika sarung tangan yang digunakan terkontaminasi dengan bahan infeksius atau diduga infeksius, atau robek, lakukan penggantian dengan sarung tangan baru.

Cara mencuci tangan harus dilakukan dengan cara yang benar. Menggunakan air mengalir dan sabun. Cara mencuci tangan yang benar sebagaimana diajarkan oleh CDC dan WHO sebagai berikut (Centers for Disease Control and Prevention, 2019)

  1. Basahi tangan dengan air mengalir, tuangkan sabun
  2. Gosok tangan menggunakan sabun sampai berbusa mulai dari telapak tanagn, punggung tangan jari-jari dan kuku.
  3. Gosok tangan kurang lebih selama 20 detik.
  4. Bilas dengan air bersih mengalir
  5. Keringkan tangan dengan menggunakan handuk kering atau udara kering (mesin pengering tangan).

Basahi air dengan air mengalir

Tuangkan sabun secukupnya

Gosok sabun apda permukaan tangan

Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari pada masing-masing tangan secara bergantian

Menggosok telapak tangan dan sela-sela jari

Menggosok ujung-ujung jari dengan gerakan saling mengunci

Putar-putar jempol tangan kiri pada genggaman telapak tangan kanan dan sebaliknya

Menggososk memutar ujung-ujung jari kanan pada telapak tangan kiri dan sebaliknya

Bilas air dengan air mengalir

Keringkan kedua tangan menggunakan tisu

Matikan kran dengan menggunakan tisu

Tangan telah bersih

 

Gambar 3. Langkah mencuci tangan WHO (World Health Organization, 2019)
Mencuci tangan dapat juga dilakukan dengan cara menggosok kedua tangan dengan handsinitizer berbasil alcohol 60%. Tahap yang dilakukan sama dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.

Setelah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan alcohol, kemudian menggunakan sarung tangan dengan cara yang benar. Teknik pemakaian sarung tangan non-steril sesuai WHO adalah sebagai berikut:

  1. Ambil sarung tangan dari kotak sesuai ukuran tangan
  1. Sentuh sarung tangan hanya pada permukaan yang terbatas pergelangan tangan

  1. Gunakan sarung tangan kanan yang pertama
  1. Ambil sarung tangan untuk tangan yang lain menggunakan tangan yang belum menggunakan sarung tangan. Sentuh hanya pada pergelangan tangan sarung tangan

  1. Tangan yang sudah menggunakan sarung tangan membantu menggunakan tanpa menyentuh permukaan tangan lainnya
  1. Tangan yang sudah menggunakan sarung tangan tidak diperboolehkan memegang alat yg bukan indikasi (handphone, alat makan, dll

Gambar 4. Menggunakan sarung tangan non-steril (World Health Organization, 2009)

Cara pelepasan sarung tangan juga harus dilakukan dengan benar agar dapat melindungi diri sendiri dari kontaminasi bakteri. Cara pelepasan sarung tangan ditunjukkan oleh Gambar

 


Gambar 5. Cara melepas sarung tangan

Sarung tangan disposable tidak perlu dicuci dan tidak diperbolehkan untuk digunakan kembali. Sarung tangan yang telah dilepaskan dimasukkan ke dalam tempat sampah biohazard untuk didekontaminasi bersama sampah biohazard lain sebelum dibuang. Pada saat sedang menggunakan sarung tangan, maka harus menghindari untuk menyentuh gagang pintu, telepon, smartphone, karena dapat mengkontaminasi alat-alat tersebut.

Setelah melepas sarung tangan, biasanya bearsamaan dengan melepas jas praktikum, maka wajib mencuci tangan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan air mengalir mengikuti langkah cuci tangan WHO.

  1. Pelindung kaki

Ketika bekerja di laboratorium, tidak disarankan menggunakan sandal, atau sepatu terbuka. Pelindung kaki di laboratorium yang disarankan adalah dengan menggunakan sepatu tertutup. Reagen dapat saja tumpah dan mengenai kaki. Jika kaki dalam keadaan terbuka tidak menggunakan pelindung, akan menyebabkan kerusakan pada kaki.

Penanggulangan Kecelakaan di Laboratorium

Prinsip keamanan di laboratorium harus dipahami oleh seluruh peneliti/praktikan. Mengidentifikasi alat-alat emergency baik berupa shower dengan pencuci mata, telepon emergency, APAR, maupun kotak obat. Selain itu juga harus memahami bahan yang akan digunakan untuk praktikum atau penelitian, di mana setiap bahan memiliki identitas berupa simbol apakah bahan tersebut iritan, korosif, mudah terbakar, mudah meledak
Namun, meskipun sudah mengikuti semua prosedur keamanan di laboratorium, kecelakaan di laboratorium masih dapat terjadi. Oleh karena itu, penanganan kecelakaan di laboratorium menjadi hal yang harus diketahui (Occupational Safety and health Administration, 2011).

  1. Jika terjadi kecelakaan pada mata, segera bilas dengan menggunakan shower eye selama 15 menit.
  2. Jika terjadi tumpahan bahan kimia pada jas, maka segera melepaskan jas dan didekontaminasi sebelum dilakukan pencucian
  3. Jika terjadi tumpahan bahan kimia, biologi, pada badan, segera cuci di bawah shower selama 5 menit, dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
  4. Jika terjadi tumpahan bahan kimia, biologi di meja laboratorium maka, segera tutup dengan tisu penyerap cairan (adsorben), kemudian meja dilakukan dekontaminasi dengan menggunakan larutan Chlorin 0.5%. Pembersihan dilakukan dengan memutar alat penyerap searah dengan jarum jam. Penganan kecelakaan tumpahan bahan kimia harus menggunakan APD dengan benar.

1.6 Pemeliharaan dan Penyimpanan APD

Alat pelindung diri membutuhkan pemeliharaan dan penyimpanan yang benar. Berikut adalah cara yang digunakan:

  1. Sebelum memulai bekerja di laboratorium, memastikan semua alat perlindungan diri tersedia dan berfungsi dengan baik.
  2. Alat pelindung diri yang telah kadaluarsa, rusak, harus segera dibuang sesuai prosedur pembuangan yang berlaku.
  3. Setelah pemakaian alat pelindung diri, selalu melakukan pembersihan dengan benar.
  4. Menyimpan alat pelindung diri dari debu, sinar matahari secara langsung agar terjaga keberfungsiannya.

1.7 Pembuangan limbah laboratorium

Agar tetap dapat menjaga keamanan baik praktikan, laboran, maupun lingkungan, maka pembuanagn limbah harus dilakukan dengan benar sesuai prosedur. Ada beebrapa bahan limbah yang dihasilakn dari aktivitas di laboratorium:

  1. Media dengan mikroorganisme dnegan tabung reaksi atau petri disk. Dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 1210 selama 15 menit. Media dapat dibuang pada saluran yang memiliki bak control, sedangkan tabung reaksi dan cawan petri dapat digunakan kembali dengan terlebih dahulu dilakukan pencucian dan sterilisasi.
  2. Jarum suntik dan benda tajam lainnya dimasukkan ke dalam boks khusus pembuangan benda tajam, safety box biohazard. Kemudian dimasukkan ke dalam insinerator.
  3. Sarung tangan bekas pakai dan masker dimasukkan ke dalam boks pembuangan tersendiri.


Gambar 6. Safety box biohazard

Referensi
Centers for Disease Control and Prevention. (2019). When and How to Wash Your Hands | Handwashing | CDC. Retrieved December 21, 2019, from https://www.cdc.gov/handwashing/when-how-handwashing.html
Occupational Safety and health Administration. (2011). Laboratory Safety Guidance. Retrieved from https://www.osha.gov/Publications/laboratory/OSHA3404laboratory-safety-guidance.pdf
Tille, P. M. (2017). Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. In Basic Medical Microbiology (fourteenth, p. 45). St. Louis Missouri: Elsevier.
World Health Organization. (2005). Content Sheet 2-1: Facilities and Safety Overview. Retrieved November 30, 2019, from https://www.who.int/ihr/training/laboratory_quality/2_b_contents_fac_safety.pdf?ua=1
World Health Organization. (2009). GLOVE USE INFORMATION LEAFLET.
World Health Organization. (2019). WHO | Clean hands protect against infection. Retrieved December 21, 2019, from https://www.who.int/gpsc/clean_hands_protection/en/