tetap sehat meski tak lulus spmb

“TETAP SEHAT MESKI TAK LULUS SPMB…?”

Oleh    : dr.Titik Kuntari, MPH 

APA yang harus dilakukan oleh seorang lulusan SLTA (meliputi tamatan SMU dan SMK) jika tidak lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) atau Ujian Masuk (UM) Perguruan Tinggi Negeri (PTN)…? Haruskah menganggur selama setahun ini, hingga ada kesempatan mengikuti SPMB pada tahun yang akan datang…?. Diskusi dan renungan tentang aspek ini, memang harus dicermati dengan seksama bagi para peserta SPMB yang kurang beruntung tahun ini, agar waktu selama satu tahun ini tetap bernilai, produktif dan tidak sia-sia. Namun secara prinsip, pemikiran untuk menganggur (dalam arti yang sesungguhnya : tidak mengerjakan kegiatan apapun / kontra produktif), harus dihilangkan. Dan diganti dengan paradigma kerja – mengerjakan apa saja, selama itu positif ; tidak merugikan orang lain dan diri sendiri meski reward (imbalan) yang diterima mungkin jauh dari yang diharapkan.

Para pelajar adalah masyarakat intelektual yang skill-nya memang berada pada wilayah pemanfaatan otak dan kemampuan berfikir (brain-working). Selama 12 tahun menempuh studi (dari jenjang SD : 6 tahun ; SMP : 3 tahun ; SLTA : 3 tahun) tentu sangat disayangkan jika tradisi intelektual ini tidak dilanjutkan. Yang paling ideal tentu melanjutkan tradisi ini hingga ke perguruan tinggi (kuliah). Namun kuliah di PTS (Perguruan Tinggi Swasta)-pun dengan skema pembayaran SPP dan sumbangan gedung yang cukup tinggi, bukan sesuatu yang sederhana. Artinya, tidak hanya dibutuhkan kemampuan otak yang cemerlang untuk menjalani proses perkuliahan tadi tetapi juga persiapan plafond dana yang tidak sedikit. Jika kondisinya ideal dan memadai, maka melanjutkan kuliah di PTS tentu sangat dianjurkan. Tinggal sekarang, yang harus juga diperhatikan dengan seksama, adalah memilih jurusan studi yang prospektif dan kans lapangan kerjanya cukup terbuka lebar. Jangan sudah lelah lahir dan batin kuliah, rampung jadi sarjana kemudian hanya menambah panjang deret daftar pengangguran.
Jika dalam tahun ini, kondisi keuangan memang belum cukup memadai untuk melanjutkan studi dengan skema pembayaran yang tinggi – Maka tentu waktu satu tahun ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengumpulkan modal agar di tahun yang akan datang, meski tidak lulus SPMB lagi – tetap dapat melanjutkan kuliah di PTS. Jadi, bekerja sambil belajar (untuk mempersiapkan diri) selama satu tahun ini merupakan alternatif  kegiatan yang paling mungkin dilakukan dan paling jelas manfaatnya. Dan iklim serta determinasi belajar ini harus dipertahankan. Jika kita mengistirahatkan otak kita dari aktivitas belajar terlalu lama, misalkan dua bulan saja dan begitu akan kita mulai lagi pasti terasa akan sangat sulit. Karena itu, pola dan program belajar harus terus kita pertahankan seperti halnya saat masih aktif di bangku sekolah reguler dulu sehingga tidak dibutuhkan energi yang terlalu besar untuk kembali beradaptasi dengan pola belajar mandiri.
 
Ada begitu banyak item dan jenis pekerjaan yang bisa kita lakukan di luar dunia yang sudah biasa kita temui. Ada dua koor besar, wilayah kerja yang perlu kita cermati dan kenali dengan baik yakni: Model kerja konvensional yakni dengan mekanisme yang sudah lazim, masuk melalui serangkaian kegiatan test (melamar), dan juga mendapat gaji sesuai kesepakatan (kontrak kerja. Model berikutnya adalah model kerja mandiri, di mana yang bersangkutan mencoba membuka lahan pekerjaannya sendiri tanpa harus melamar kerja meski income yang diperoleh lebih un-predictable. Namun, dari kegiatan survey pasar dan riset (kecil-kecilan) rencana pendapatan – kita dapat menganalisis berapa kira-kira pendapatan yang akan kita dapatkan setiap bulannya. Misal: dengan membuka usaha rental komputer, bisnis retail alat-alat komputer, jual beli HP 2-nd, jualan pulsa, jadi distributor atau agen buku, majalah, surat kabar dan tabloid. Bagi mereka yang berjenis kelamin wanita, mungkin dapat membuat terobosan dengan mencoba segmen kerja kuliner (makanan) dengan bekerjasama dengan toko-toko roti, kue dan makanan yang tersebar di mana-mana.
 
Bagi yang hobi dengan dunia tulis menulis, mungkin dapat belajar menjadi Penulis. Tidak usah ikut pelatihan-pelatihan yang mahal-mahal, yang terpenting terus menulis berkarya dan mencoba mendistribusikan karya-karya tadi ke media-media cetak, lembaga penerbitan dan lain-lain. Dari usaha tadi, akan kita ketahui faktor kelemahan apa saja yang harus kita perbaiki. Dan mekanisme seperti apa saja yang harus kita lewati agar karya-karya kita mendapat pengakuan publik.
 
Prinsip-prinsip ini perlu kita lakukan. Dengan aktifnya kita menggunakan otak dan akal kita, maka akan lahir optmisme, semangat dan keinginan untuk terus maju yang berimplikasi secara langsung terhadap stabilitas kondisi psikis kita. Bekerja itu akan melahirkan harapan dan harapan itu akan membuat jiwa kita menjadi sehat, adrenalin kita akan mengalir dengan deras sehingga kitapun akan selamat dari berbagai penyakit psikis yang bisa muncul jika kita menganggur. Karena itu, meski belum lulus SPMB tahun ini dan belum mendapat kesempatan untuk kuliah di PTS – jangan bersedih terlalu lama. Segera bangkit dan rumuskan cita-cita dan tujuan kita. Orang-orang bijak mengatakan bahwa: Kegagalan itu adalah keberhasilan yang tertunda. Dan keberhasilan seseorang bukan keberhasilan sehari dua hari yang dia dapatkan saat ini. Namun proses panjang, yang disertai dengan kerja tanpa lelah untuk membuktikan kapasitas diri. Karena itu, tetap semangat dan jangan menyerah. Selalu ada kesempatan yang ke dua asalkan kita mau terus dan terus berusaha. Keajaiban itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi orang harus bekerja untuk membuat keajaiban. Wallahu a’lamu bishawwab