persiapan menghadapi musim yang kurang bersahabat

PERSIAPAN MENGHADAPI MUSIM YANG KURANG BERSAHABAT

Oleh    : dr.Titik Kuntari, MPH  
INFORMASI resmi dari pemerintah yang dapat kita lihat dan baca melalui berbagai media bahwa diprediksikan bulan januari-februari, curah hujan di pulau jawa cukup tinggi. Dan harus kita akui bahwa dari beberapa kali hujan yang turun, debit air yang turun terbilang cukup tinggi dengan durasi hujan yang juga tidak sebentar. Para ahli mengatakan di antara ciri-ciri (tipe) hujan di masa pancaroba, biasanya berlangsung dengan cukup lebat berdurasi kira-kira 1 jam. Sementara jika hujannya cukup awet, maka itu menunjukkan bahwa musim memang sudah memasuki fase musim penghujan.
Hujan tetap merupakan fenomena alam yang sangat menarik. Pada satu sisi kedatangannya memang benar-benar ditunggu, khususnya bagi petani. Namun ketika hujan sudah mulai turun … tidak sedikit juga masalah yang kemudian dapat ditimbulkan. Jika saja alam dirawat dengan baik (tanpa adanya illegal logging, pembuangan residu pabrik sembarangan,polusi udara, limbah rumah tangga dll)  maka tentu hujan tidak akan menjadi masalah. Toh setiap tahunnya jumlah curah hujan selalu sama dan tidak mengalami fluktuasi berlebihan. Artinya…? Kita sudah melakukan berbagai kesalahan-kesalahan mendasar dalam mengelola alam kita. Ini bisa dibuktikan dengan terjadinya banjir di daerah-daerah baru yang sebelumnya tidak termasuk ke dalam kelompok wilayah waspada banjir seperti halnya siklus tahunan di Jakarta.
 
Berdasarkan teori kemungkinan, dengan mundurnya musim kemarau kemarin maka besar kemungkinan musim penghujanpun akan mundur siklusnya.  Oleh karena itu, ada baiknya kita mempersiapkan lingkungan dan keluarga kita sebaik-baiknya untuk menyongsong berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi. Khususnya yang berkaitan dengan antisipasi terhadap kemungkinan bermunculannya berbagai penyakit, menular ataupun tidak yang biasanya mengiringi datangnya musim penghujan. Penyakit-penyakit yang lazim muncul di musim penghujan biasanya : Flu (influenza), Diare (gastro enteritis), Chikungunya, Thypus (thyphoid) , dan Demam berdarah (DHF). Ini termasuk penyakit-penyakit klasik yang sudah cukup akrab dating di musim penghujan. Meski demikian tidak berarti kita boleh meremehkan penyakit-penyakit tadi. Kewaspadaan harus selalu kita tingkatkan. Seiring dengan buruknya system penataan lingkungan, besar kemungkinan penyakit-penyakit (yang) baru (dikenal) seperti flu burung dapat menjadi ancaman yang serius. Sebagai informasi saja, bahwa di amerika saja flu burung termasuk ke dalam kelompok penyakit yang cukup ditakuti karena memiliki peluang besar untuk menjadi endemik. Pemerintah amerika kemudian mengatur sedemikian ketat sistem peternakan unggas, sehingga peluang interaksi antara unggas dan manusia sangat kecil atau minimal sekali. Coba kita bandingkan dengan lingkungan di sekitar kita, di mana ayam, bebek, itik dan angsa bisa berkeliaran bebas keluar masuk rumah penduduk dan meninggalkan kotorannya di teras-teras rumah. Interaksi manusia-unggas  ini akan semakin berbahaya seiring dengan datangnya musim penghujan. Badai dan aliran air hujan dapat menyebar luaskan virus-virus tersebut dengan sangat cepat.
 
Apa yang dapat kita lakukan, selain melakukan bersih-bersih di sekitar tempat-tempat yang kira-kira akan menjadi tempat berkembang biak jentik-jentik nyamuk. Ada beberapa hal yang paling mungkin untuk kita lakukan, meliputi kesiapan lingkungan (kebersihan) dan kesiapan fisik anggota keluarga. Saluran-saluran air harus dicek ulang. Sumur-sumurpun kalau memungkinkan harus dikuras, apalagi untuk rumah yang perencanaan sanitasinya buruk. Misal jarak antara sumur dan septic-tank kurang dari 10 meter sehingga bakteri coli dapat berpindah tempat melalui sistem resapan. Atau untuk rumah yang lahannya berkontur rendah, saat hujan turun akan terjadi banjir sehingga cairan dari septic-tank bisa berpindah tempat ke mana saja. Kegiatan kebersihan itu juga harus ditingkatkan dengan menjaga kebersihan sistem sirkulasi udara, memproteksi lubang-lubang angin agar hewan-hewan yang bermunculan pasca turunnya hujan seperti laron tidak masuk. Dan tidak lupa juga untuk selalu rajin membersihkan bekas-bekas kotoran unggas dengan dis-infectan, jika unggas-unggas tersebut habis mengeluarkan kotoran (eksresi). Tentu himbauan ini akan lebih efektif jika para peternak unggas kemudian menyadari semua bahaya ini dengan mengandangkan unggas-unggasnya. Karena kasihan tetangga-tetangga yang tidak memiliki unggas dan harus terus menerus kebagian membersihkan kotoran unggas. Tetapi hanya semangat kekeluargaan dan toleransi yang sangat tinggi saja, yang dapat membuat kita menyadari itu semua. Sayangnya akhir-akhir ini, semangat itu mulai memudar berganti dengan egoisme.
 
Jika memang kondisi lingkungan sudah cukup baik dan sehat, maka personnyapun harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Olah raga semacam aerobik harus mulai ditingkatkan dengan teratur. Dan ini bisa dilakukan bersama-sama seluruh anggota keluarga lainnya dalam bentuk permainan-permainan yang bisa diikuti oleh semua anggota keluarga. Tujuannya pro-fun and healthy (senang/hiburan dan sehat). Nutrisi dan suplemenpun harus ditingkatkan, seperti konsumsi susu dan vitamin. Dua hal ini sangat kita butuhkan untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Dan jangan pernah merasa kuat terhadap penyakit. Sebagai contoh, jika sejauh ini kita jarang terkena diare meski makan dan minum sembarangan maka sekarang pola itu harus dirubah karena daya tahan tubuh terhadap penyakit akan terus menurun seiring bertambahnya usia. Makanan yang terbuka dan mengkonsumsinya tanpa mencuci tangan merupakan salah satu syarat potensial untuk munculnya diare., Atau jika selama ini merasa cukup kuat terkena hujan, maka sekarang tidak ada salahnya jika bepergian selalu membekali diri dengan mantel hujan. Berikutnya, deteksi dini terhadap penyakit juga perlu dilakukan seperti segera ke puskesmas terdekat jika panas tubuh mulai tinggi , muncul gejala pilek, diare ataupun gejala demam berdarah. Khusus untuk kasus demam berdarah dalam kondisi tertentu juga dibutuhkan transfusi darah, sehingga peta golongan darah dalam keluarga harus diketahui termasuk teman/relasi yang bisa dimintai bantuan jika kondisi mendesak khususnya untuk anggota keluarga yang golongan darahnya sulit untuk mendapatkan donor. Jika semua persiapan sudah kita lakukan, maka banyak-banyak berdo’a semoga Allah SWT selalu melindungi kita dari berbagai penyakit yang muncul. Wallahu A’lamu Bishawwab