mengoptimalkan fungsi kms untuk mengurangi gizi buruk pada balita

MENGOPTIMALKAN FUNGSI KMS UNTUK MENGURANGI GIZI BURUK PADA BALITA
Oleh: dr. Titik Kuntari, MPH
Tumbuh kembang yang baik pada masa janin dan anak merupakan faktor yang penting dan menentukan tumbuh kembang anak kita dikemudian hari. Anak dengan tumbuh kembang yang baik akan menjadi generasi yang kuat, cerdas dan berkualitas. Untuk mewujudkan hal tersebut, anak kita tentu memerlukan asupan gizi yang baik.
    
Beberapa waktu terakhir ini, kita sering mendengar atau membaca baik di media cetak maupun televise adanya kasus gizi buruk pada anak terutama balita. Masalah gizi buruk ini tetap saja terjadi meski berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan kejadiannya, diantaranya program pemberian makanan tambahan (PMT) pada anak sekolah, posyandu, pemberian paket susu untuk keluarga miskin.

Peran serta masyarakat tentu sangat penting untuk bisa menekan angka kejadian gizi buruk pada balita. Diperlukan kesadaran yang tinggi dari tiap keluarga untuk menjaga kesehatan anggota keluarganya. Ibu memegang peran yang penting dalam hal ini, mengingat ibulah pendidik dan pengasuh utama bagi anaknya. Satu hal yang sederhana tetapi sering dilupakan oleh para ibu dan kader kesehatan adalah Kartu Menuju Sehat (KMS). Selama ini di posyandu, menurut pengamatan penulis, penggunaan kartu ini hanya terbatas untuk mencatat berat badan anak. Bahkan seringkali catatan berat badan inipun tidak dibawa pulang ibu tetapi ditinggal/ disimpan petugas sehingga fungsi KMS menjadi tidak optimal.
Padahal, di dalam KMS ini ada catatan pertumbuhan anak, yang diwakili oleh perubahan berat badannya  tiap bulan. Pemahaman para ibu terhadap grafik pertambahan berat badan ini penting agar ibu bisa melakukan tindakan sedini mungkin jika pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan usianya. Disinilah peran petugas dan kader kesehatan untuk dapat menjelaskan kepada para ibu apa yang harus dilakukan jika grafik berat badan anak naik, mendatar atau malah turun, berada pada garis hijau, kuning atau merah. Jika hal tersebut dapat dilakukan dengan baik, masalah kurang gizi akan dapat terdeteksi dan tertangani lebih dini.
 
Selain itu, KMS juga berisi informasi tentang makanan dan pola makan untuk anak kita sehingga diharapkan para ibu bisa mengetahui dan mengusahakan pemberian makanan yang seimbang bagi anaknya. KMS juga memberikan informasi tentang tahap perkembangan yang seharusnya sudah dapat dilakukan anak pada usia tertentu, misalnya pada usia 9 sampai 12 bulan anak bisa berjalan dengan berpegangan (tetah) dll. Adanya keterlambatan pada tahaptahap perkembangan ini menunjukkan adanya gangguan yang serius pada anak, sehingga memerlukan pemeriksaan dan tindakan yang lebih lanjut. Ketepatan dan kecepatan tindakan tentu akan mengurangi risiko terjadinya kondisi yang lebih buruk.
 
Selain penimbangan berat badan setiap bulannya, anak juga memerlukan imunisasi. Imunisasi diberikan agar anak terhindar dari berbagai penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, misalnya campak, polio, difteri dll. Kondisi sakit tentu akan mengganggu tumbuh kembang anak. Informasi tentang jadwal pemberian,dan efek samping perlu diberikan kepada ibu. Seringkali, terutama di pedesaan, ibu menolak anaknya diimunisasi karena takut anaknya akan  demam atau justru sakit setelah imunisasi.
 
Idealnya KMS selalu dibawa dan disimpan oleh masing masing ibu, sehingga mereka bisa memantau perkembangan dan pertumbuhan anaknya. Kemampuan “membaca” KMS inilah yang harus lebih disosialisasikan kepada ibu dan kader kesehatan sehingga KMS bukan hanya berfungsi sebagai tempat mencatat hasil penimbangan berat badan anak saja tetapi yang lebih penting untuk dipahami adalah fungsi komprehensifnya untuk memantau tumbuh kembang dan status kesehatan anak.