Kekuatan Keyakinan Terhadap Nilai-Nilai Islam

dr. Syaefudin Ali Akhmad, M.Sc

Sepulang dari Rakerja Universitas di Salatiga ada sebuah impian, sebuah pemikiran, sebuah hasrat, sebuah kepercayaan, dan sebuah harapan yang tertanam dalam benak pimpinan UII diberbagai level untuk mewujudkan 7 keunggulan UII dalam 4 tahun ke depan. Tujuh keungulan tersebut adalah keunggulan keislaman, keunggunalan pengajaran berbasis riset, keungulan etos islami, keunggulan sistem yang responsif, keunggulan karakter mahasiswa, keunggulan alumni yang adaptif dan keunggulan profil institusi. Tujuh keunggulan tersebut menjadi jaminan untuk bisa mencapai visi dan misi serta tujuan UII dalam setiap periode kepemimpinan sampai tahun 2028 sesuai RIP UII.

Problem mendasar yang muncul dalam setiap forum selam RAKERJA UNIVERSITAS adalah mengapa dengan usia yang ke-71 tahun UII masih belum bisa memuaskan stakeholder untuk menjadi perguruan tinggi islam yang maju dalam bidang akademik/pendidikan, penelitian, pengabdian dan dakwah islamiyah. Setiap ada audit atau akreditasi selalu kedodoran dan kewalahan dalam mencapai sasaran mutu dan 7 standar mutu pendidikan tinggi sehingga terkesan solusinya hanya sekedar reaktif dengan memberikan janji nanti akan dilakukan program untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai universitas islam tertua di Indonesia masalah klasik yang dihadapai oleh UII adalah konsistensi UII terhadap nilai-nilai islam yang rahmatalillalamin. Sering disampaikan bahwa banyak orang islam yang belum islami. Demikian juga banyak perguruan tinggi islam yang belum islami. Lahirnya orang hebat dari UII dengan latar belakang profesionalismenya belum menjadi tradisi budaya organisasi karena sampai saat ini belum ada budaya organisasi UII yang bisa dibaca dalam bentuk dokumen, dipahami dan dijadikan acuan bersama dan menjadi proses yang yang terstandarisasi. Lahirnya orang hebat tersebut lebih banyak karena faktor intangible dari pribadi yang bersangkutan daripada faktor tangible yang dimiliki oleh UII dan nama besar UII dipakai oleh orang tersebut untuk menambah nilai tambahnya. Dulu UII belum ada apa-apanya dan besar karena pendirinya yang memiliki nama besar sehingga lambat laun UII tambah besar selanjutnya hari ini UII sudah besar namanya dan tua umurnya namun bisakah UII mampu menghasilkan pemimpin besar sebagaimana para pendirinya. Nama besar seperti prof Mahfud dan DR. Busyro itu lahir karena sentuhan proses pendidikan di UII saat itu yang berjalan dengan fasilitas dan sistem ala kadarnya dengan belum adanya sistem mutu dan yang ada hanya teladan dari dari orang-orang hebat yang konsisten dengan nilai-nilai Islam. Tujuh keunggulan UII tersebut harus diakui sudah diwujudkan oleh pendiri UII hanya dengan keyakinan dengan konsisten terhadap nilai-nilai islam. Keunggulan keislaman sudah diwujudkan oleh para pendahulu UII saat itu sebagai tokoh dan pribadi yang islami bukan sekedar pencitraan. Lain lagi dengan tokoh profesional seperti Prof Sarwidi sebagai ahli gempa dan Prof Jawahir yang terkenal dengan keahlian di bidangnya sebagai pakar anthropologi hukum.

Dengan adanya sistem mutu yang dijalankan oleh UII sejak tahun 1999 seharusnya bisa menghasilkan alumni yang lebih baik lagi dalam konteks kepemimpinan bangsa tidak sekedar pencapaian akreditasi institusi A.

Menurut Dr. Ibrahim Elfiky seorang trainer terkenal dari Mesir menutukan bahwa selain kekuatan tujuan dalam mengaktualisasikan personal power untuk maju maka diperlukan kekuatan keyakinan seperti keyakinannya Nabi Nuh as ketika dia bersama pengikutnya diperintahkan harus membuat kapal. Sejak dari menanam pohon sampai ditebang pohon itu dan dipakai untuk membuat kapal di atas bukit maka kaumnya selalu memperolok-olok Nabi Nuh karena aneh sekali membuat kapal bukannya di pinggir pantai malah di atas bukit. Tapi dengan keyakinan kepada perintah Allah maka Nabi Nuh tetap menunaikan perintah Allah swt. Keyakinan kepada Allah yang menumbuhkan keyakinan pada diri sendiri dan membentuk keyakinan antar sesama telah menguatkan Nabi Nuh dalam perjuangan dakwahnya selama 950 tahun. Keyakinan itu menurut Dr. Ibrahim adalah kekuatan di balik semua pencapaian. Keyakinan adalah kepercayaan yang telah matang hingga pada titik di mana kita berani mengambil tindakan. Kepercayaan membuat kita mampu mencapai impian yang mungkin sedangkan keyakinan berkenaan dengan yang mustahil dan mengubahnya menjadi kenyataan. Kepercayaan itu awalnya mengendalikan pikiran kita sedangkan keyakinan itu pada akhirnya membuat kita bertindak. Kepercayaan datang lebih dahulu tetapi ia harus diikuti oleh keyakinan dan keyakinan sesungguhnya berkaitan dengan tindakan. Keyakinan adalah kepastian, jaminan, kepercayaan dan kebenaran yang pasti dibalik semua tindakan-tindakan kita. Cukuplah dengan keyakinan kepada janji Allah bahwa dengan sholat akan bisa mencegah keji dan mungkar serta cukuplah dengan sabar dan sholat untuk menjadi penolong kita di UII untuk maju. Keyakinan bahwa dengan menolong saudara kita maka Allah pasti akan menolong kita serta keyakinan bahwa hanya dengan menolong agamanya Allah dengan dakwah maka Allah pasti memenangkan kita. Keyakinan yang mantap hanya akan kuat dengan pengetahuan atau ilmu yang mendalam bagaimana mungkin kita akan yakin untuk menyetir dengan selamat kalau kita belum belajar menyetir atau belum memiliki keterampilan menyetir. Mari kita pelajari nilai-nilai islam secara mendalam sehingga keyakinan kita kepada islam semakin mantap untuk membawa UII unggul di masa depan menjadi rahamatalill’alamin. Keunggulan keislaman sebagai keunggulan yang pertama dan utama bisa menjadi modal paling besar untuk membangun UII yang maju sehingga keunggulan yang lain akan mudah tercapai. Jika tidak maka mungkin akan sebaliknya bisa saja islam hanya menjadi simbol, cerita dan impian saja di UII ini tanpa pernah menjadi budaya organisasi yang hidup meskipun UII bisa saja maju seperti universitas di negara maju tapi islam ditinggalkan di negerinya sendiri dan warga UII menjadi ragu dengan sistem nilai Islam atau syariah  yang terdiri dari aqidah, ibadah, dan muamalah. Perlu dipahami bahwa sistem nilai islam yang bersifat formal (syariah) yang berbeda dengan nilai-nilai islam yang bersifat universal seperti kebersihan, keadilan dan kedisiplinan. Untuk mewujudkannya maka kekuatan keyakinan kepada firman Allah QS Al Jumuah ayat 2 yang artinya “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. Untuk memcapai keunggulan UII maka setiap civitas akademik UII harus melakukan 4 fungsi untuk bisa menjadi agent of change mencetak generasi yang cerdas dan sholih yaitu dengan tilawah atau membacakan kebesaran Allah kepada umat melalui kegiatan catur dharma terutama dakwah, melakukan fungsi tazkiah yaitu pembersihan jiwa dengan dzikir ibadah, melakukan fungsi taklim wa taklum yaitu belajar mengajar dengan mengajarkan kitab baik kitab suci alquran/qauliyah atau buku-buku ajar (textbook)/kauniyah serta mengajarkan hikmah yaitu budi pekerti atau akhlaq mulia.

Selamat berjuang menegakan sistem nilai islam dan nilai-nilai islam dan semoga Allah meridhoi UII amien.