Isu Flu Babi Menakutkan

Isu Flu Babi Menakutkan
 
Oleh: Sunarto

Setelah isu SARS, Flu burung, kini dunia dikejutkan oleh isu Flu Babi. Pemerintah dan WHO meminta istilah ini sebaiknya diganti dengan isu Flu Meksiko atau Flu H1Ni. Namun tetap saja, orang lebih tertarik dan mudah menyebut dengan Flu Babi. Entah mengapa isu Flu Babi begitu menggema seantero dunia. Bahkan puluhan kepala negara turut ambil bicara dan kebijakan baru. Ada apa dibalik  isu flu Babi?
Padahal dari jumlah korban, masih jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kasus kematian karena penyakit: jantung koroner, pembuluh darah, TBC, bahkan karena kecelakaan lalu lintas. Kematian karena jantung koroner ratusan ribu pertahun di Indonesia. Setiap hari pasti terjadi ratusan orang mati karenanya. Mengapa tidak geger? Jawabannya karena sudah biasa atau tidak menarik untuk diangkat. Lebih jauh lagi karena tidak menguntungkan produsen vaksin dsb.

Jika memang Flu Babi menakutkan, mengapa kita tidak bersiap mengambil langkah mencegah. Anehnya beberapa pihak bahkan pejabat Pemerintah justru membuat pernyataan-pernyataan atas kesiapannya dengan ratusan rumah sakit rujukan flu babi? Apa artinya? Bahwa kita pasti akan terserang. Kata lain adalah kita mengaku bahwa ketahanan bidang kesehatan masih lemah. Ini terasa menambah keresahan baru masyarakat.

    Faktor penentu keadaan sehat atau sakit, sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia, lingkungan, pelayanan kesehatan dan faktor kependudukan. Terbukti secara umum bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian sakit pada manusia adalah perilaku dan lingkungan. Dilihat dari sisi ini, mestinya isu flu babi lebih tepat ditanggapi dengan kesiapan kebijakan untuk mengubah perilaku dan lingkungan. Upaya pelayanan kesehatan masyarakat sebaiknya lebih mengedepankan pencegahan (prevensi) dan promosi (pendidikan perilaku sehat).

    Pemerintah belum menampakkan kesiapannya secara serius dalam menghadapi  berbagai kemungkinan kasus-kasus baru yang bakalan terus berkembang. Selain faktor perubahan lingkungan global, akan sangat mungkin karena tingkah laku manusia yang berlebihan akan menciptakan faktor resiko penyakit baru. Pengutamaan atas kebijakan pencegahan dibanding pengobatan harus menjadi paradigma baru yang sangat cocok untuk mengatasi kasus sejenis flu babi (infeksi) maupun jenis penyakit lain.